Part 4b

Sudah enam hari Cinthia melewati hari liburnya yang bisa dibilang adalah liburan yang spesial. Kebingungannya di awal liburan hilang sudah. Selama enam hari ini, Cinthia menghabiskan waktunya bersenang-senang bersama Rais. Walaupun kebanyakan dihabiskan hanya untuk telfon-telfonan di kamar, bertemu hanya dua kali, hari Selasa dan Rabu karena di hari tersebut Rais nggak sibuk kuliah dan kerja.

Rencananya, hari Minggu besok Cinthia mau menemani Rais ke pembukaan pameran foto temannya sekitar jam empat sore. Cinthia tentu saja bersedia karena ajakan itu adalah ajakkan Rais yang pertama.

Dengan tampang yang bisa dibilang polos dan sedikit malu ditambah dengan rasa percaya diri yang kurang, Rais mencoba mengajak Cinthia untuk menemani dia. Saat Rais berbicara untuk mengajaknya, jujur Cinthia tidak mendengar jelas apa yang dikatakan Rais. Yang terdengar hanya gumaman nggak jelas seperti orang baca mantra. Sampai-sampai, Cinthia harus mendekatkan kepalanya ke mulut Rais yang spontan membuat Rais memundurkan kepalanya.

Akhirnya, dengan intonasi yang benar, Rais bisa berbicara dengan jelas ke Cinthia yang langsung diiyakan oleh Cinthia. Rais langsung tersenyum sumringah dan mengacak-acak rambut Cinthia yang disambut dengan pukulan ringan ke tangan cowok tersebut.

Setelah mengikat rambutnya, Cinthia segera keluar dari kamarnya. Sambil menelfon.

"Sorry, Dy. Gue nggak bisa. Besok gue ada acara." jawab Cintha menolak ajakkan Gaudy untuk jalan bareng besok. Sekalian menghabiskan sisa hari terakhir liburan mereka. Terdengar ******* pelan dari Gaudy.

"Jadi, nggak bisa,ya?" tanya Gaudy kembali, sedikit kecewa.

"He-eh." jawab Cinthia sambil menggelengkan kepalanya sendiri yang sudah menjadi kebiasaannya yang ia yakini Gaudy pasti tahu walaupun Gaudy nggak melihat sendiri.

"Emang ada acara apa sih, Cin! Masa nyimpen rahasia sama sahabat lo sendiri." kata Gaudy sedikit bernada manja. ******* pelan terdengar dari Cinthia.

"Rais."

"Jadi gimana ceritanya?" tanya Gaudy yang udah stand by duduk di kasur Cinthia sambil memeluk boneka kucing Cinthia yang cukup gede.

Cinthia membalik kursi yang ada di depan meja komputernya. Sambil mencari posisi yang enak, Cinthia duduk sambil memeluk bantal kecilnya.

Gaudy yang langsung datang ke rumah Cinthia setelah mendengar nama Rais yang Cinthia sebutkan sebagai alasan kenapa Cinthia nggak bisa pergi bersama dirinya dan teman-teman yang lain.

Ternyata nama Rais menyimpan kekuatan yang membuat Gaudy rela pergi berkunjung ke rumah Cinthia. Rahasia dibalik hubungan antara Cinthia dengan cowok yang nggak dikenalnya itu menggelitik rasa ingin tahu Gaudy.

"Seperti yang udah gue kasih tahu ke lo semua, dia itu temen kakak gue. Nggak lebih."

Gaudy memandang ke dalam bola mata Cinthia, memandang lebih dalam, mencari tahu apa gerangan yang terjadi sebenarnya antara Cinthia dengan si Rais ini.

"Lo suka sama dia,ya?" tanya Gaudy spontan. Tentu saja mendengar hal yang nggak disangka-sangka dari mulut Gaudy, Cinthia kaget setengah mati. Sampai-sampai air putih yang lagi diminumnya menyembur keluar dari mulutnya.

Gaudy langsung menyingkir dari tempat duduknya. Menjauhi area muncratan maut Cinthia.

"Apaan sih, Dy! Ngaur aja kalau ngomong!" ujar Cinthia sewot sambil mengelap mulutnya yang basah.

"Ngaur gimana? Wajarkan kalau misalnya seorang cewek dan seorang cowok saling suka? Saling jatuh cinta? Jadi, apa yang ngaur coba?" Gaudy mulai berargumen. Cinthia diam mendengar argumen yang dilontarkan oleh Gaudy. Dia memikirkan perkataan Gaudy sambil mengelap tepian tempat tidur yang basah terkena semburannya.

Saling suka...saling jatuh cinta....gue sama Rais? Nggak... nggak mungkinlah dia naksir gue...walaupun...Cinthia tidak melanjutkan perkataan dari batinnya. Lebih tepatnya Cinthia takut untuk melanjutkan perkataan batinnya yang bisa membuat dirinya sakit, hatinya sakit dan semua inderanya sakit.

"Udahlah, Dy. Lagian besok dia cuma minta gue nemenin dia ke pembukaan pameran foto temennya kok. Nggak ngapa-ngapain." ujar Cinthia, sedikit lebih pelan dan kalem dari yang tadi.

"Apa jangan-jangan dia yang suka lo?"

Cinthia diam sebentar mendengar perkataan Gaudy. Isi kepalanya kembali mencerna kata-kata yang Gaudy ucapkan.

Rais suka gue? Unbelievable...Cinthia melempar tisu yang basah ke tempat sampah. Cinthiapun duduk tepat dihadapan Gaudy. Cinthia mendekatkan wajahnya ke arah Gaudy yang membuat Gaudy sedikit bergidik.

"Nggak...mungkin." ujar Cinthia dengan nada yang pelan, datar dan intonasi yang sangat jelas. Setelah mengucapkan dua kata tersebut, Cinthia menjauhkan wajahnya dari hadapan Gaudy yang mati kutu saking tegangnya melihat tingkah Cinthia. Dengan santainya, Cinthia meninggalkan kamarnya disusul teriakkan dari Gaudy.

"Kenapa nggak mungkin?! Selalu ada bantuan invisble hand untuk kita!"

Cinthia tidak menoleh, membiarkan perkataan Gaudy tentang invisble hand memenuhi otaknya. Cinthia tetap berjalan keluar dari kamarnya.

"Cin! Tunggu donk!" seru Gaudy. Kali ini sambil bangkit dari kasur Cinthia dan setengah berlari kecil menyusul si empunya kamar keluar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!