"Rais !" suara Billi yang lantang terdengar jelas di telinga Rais. Langsung saja, Rais menoleh seketika saat namanya di panggil dari kejauhan. Billi berlari kecil untuk menyamakan posisinya dengan Rais.
"Kenapa, Bil?" tanya Rais. Rais dan Billi berjalan beriringan.
"Lo dapet socmed adek gue darimana?" tanya Billi to the point. Rais sedikit kaget, tapi dengan cepat ia bisa menguasai diri kembali.
"Kan lo friend gue, sedangkan Cinthia friend lo. Lagian tinggal searching aja juga langsung ketemu." jawab Rais santai. Sesekali dia melirik curiga ke arah Billi yang tidak sadar kalau dirinya diperhatikan.
"Ehm... lo mau tahu nggak kisah gue buat ngejadiin Cinthia friend gue?" ujar Rais memecah keheningan yang sempat menyelimuti mereka. Billi menolehkan kepala ke arah Rais, sedikit tergoda untuk mengetahui kisah temannya tersebut. Langsung saja dengan pedenya Rais menceritakan kisahnya tersebut.
****************
Setelah gagal mendapatkan warnet yang terdekat, sehabis kelas kuliah terakhir sekitar jam tujuhan selepas maghrib, Rais keliling-keliling sekitar kampusnya untuk mencari warnet. Hampir seluruh fakultas di universitasnya dia jelajahi, hanya untuk mencari sebuah warnet yang menyediakan satu space untuk dirinya.
Akhirnya, setelah satu setengah jam keliling-keliling mencari warnet yang nggak penuh, Rais pun menemukan warnet idamannya. Warnet yang menyediakan satu space untuk ngenet bagi dirinya, warnet yang spacenya benar-benar kosong tanpa penghuni yang dengan sengaja meninggalkannya untuk ke kamar kecil. Warnet yang cepat dan harganya memenuhi kantong Rais perjamnya saat itu. Warnet yang jauh banget letaknya dari kampusnya.
Rais pun masuk ke dalam warnet itu. Dengan perasaan yang berbunga-bunga, bergembira setelah mengalami musibah yang bertubi-tubi, akhirnya sampailah ia kepada tujuannya, nge add Cinthia. Hanya untuk meng add Cinthia. Nggak lebih apalagi kurang.
Begitulah kisah yang diceritakan Rais kepada Billi yang manggut-manggut mendengarkannya.
"Bego juga lo, tinggal beli paket ngeadd dari hp kelar. Nggak usah warnet segala kali." komen Billi yang buat Rais bengong. "Iya juga ya..." ujarnya dalam hati.
****************
Besok adalah hari terakhir dari ujian semester Cinthia setelah kurang lebih hampir semingguan Cinthia menghadapi ujian. Malam itu, Cinthia merasa malas untuk menyentuh buku pelajarannya. Malas untuk membaca tulisan-tulisan hitam di buku pelajarannya tersebut. Malas untuk memasukkan kata-kata dalam buku pelajaran tersebut ke dalam kepalanya. Inilah sindrom yang biasa melanda para siswa di hari terakhir ujian.
Cinthia mengambil buku latihan-latihan soal dari dalam tasnya. Daripada capek membaca bukunya yang tebal-tebal, lebih baik mengerjakan soal-soal.
Tiga jam sudah berlalu, Cinthia tidur terlentang di kasurnya. Soal-soal sudah selesai dikerjakan. Dengan segera Cinthia masuk ke kamar mandi untuk menyikat gigi dan mencuci mukanya.
Seselesainya melakukan rutinitas sebelum tidur, seperti biasa Cinthia mengeringkan wajahnya pada handuk yang tergantung di pintu. Cinthia beranjak keluar dari kamar mandi. Entah mengapa pandangannya terarah kepada ponsel yang ia letakkan di atas meja rias.
Sempat ada rasa tertarik untuk memeriksa inbox massagenya. Memeriksa apakah Rais membalas smsnya atau nggak. Namun, segera diurungkan niatnya tersebut. Ditepisnya segumpal perasaan yang merayap masuk ke dalam perasaannya. Dengan cepat Cinthia kembali naik ke atas kasurnya.
"Selesai! Gila! Badan gue pegel-pegel semua! Akhirnya gue bisa istirahat!" seru Cinthia.
Seperti biasa Cintha bersama tiga orang sahabatnya yang lain Gaudy, Yama dan Urdha berjalan ke arah parkiran mobil. Dan seperti biasa juga, Yama dan Cinthia numpang naik mobil Gaudy. Sedangkan Urdha mengendarai motornya sendiri.
Sesampainya di parkiran, keempat orang tersebut mengobrol sebentar.
"Duh, liburan semester rencana kita apa nih?" Gaudy memulai membuka percakapan.
"Liburan! Belajar lo semua! UAN tahu!" bentak Urdha kepada teman-temannya.
"Nyantai donk, Dha! Refreshing dikit napa ?" celetuk Yama. Diam sebentar. Tampak beberapa di antara mereka berfikir sejenak.
"Kita pada ke pantai yuk! Nginep dua hari, abis itu kita jalan-jalan deh ke dufan." seru Gaudy.
"Mmm...kayaknya gue punya voucher gratisannya deh. Besok deh gue kabarin lagi. Gue tanya ke bokap dulu. Kalau emang ada, sekalian aja kita planning rencana liburan kita." usul Yama.
Semua mengangguk setuju. Urdha mengangkat tangan dan melihat jam tangannya.
" Udah jam segini, gue ada bimbel. Gue duluan,ya!" Urdha mulai menyetarter motornya.
"Hati-hati, Dha!" ujar Gaudy.
Urdha mengangguk dan tersenyum sekilas dari balik helmnya. Motor Urdhapun melesat pergi meninggalkan gerbang sekolah. Disusul oleh mobil Gaudy yang juga pergi meninggalkan pelataran parkir sekolah.
Cinthia sampai di rumah. Cinthia membuka pintu pagar rumahnya dan menutupnya kembali. Suasana rumahnya siang itu sangatlah sepi, tidak ada tanda-tanda rumah itu dihuni kalau saja tidak ada mobil yang terparkir dan halaman rumah dan rumah yang terawat dengan sangat baik.
Cinthia membuka pintu rumahnya dan menaiki tangga ke lantai dua dimana kamarnya berada. Langkah Cinthia terhenti ketika dia mencium aroma masakkan makan siang yang sudah Bi Anti masakkan untuk dirinya. Cinthia memutar haluan, mengganti tujuan perjalanan dari kamarnya di lantai dua menjadi ke arah meja makan.
Cinthia membuka tudung saji dan melihat lauk pauk yang masih berasap-asap, tanda baru saja selesai di masak. Cinthia mengambil piring dan mengambil nasi secukupnya. Dengan pandangan kelaparan, Cinthia mengambil lauk pauk yang telah disajikan oleh Bi Anti untuk dirinya.
Selesai mengambil makan siangnya, Cinithia kembali pada tujuan semulanya, yaitu kamar tidurnya.
Udara dingin dari AC kamarnya menerpa wajah dan tubuh Cinthia dengan nyaman. Sejuk terasa ketika Cinthia masuk ke kamarnya setelah ia berpanas-panasan pulang dari sekolah.
Cinthia meletakkan makan siang yang baru saja ia ambil di atas meja riasnya yang tertata rapi. Cinthia meletakkan tasnya pada tempatnya dan mengganti bajunya dengan baju sehari-hari yang biasa ia kenakan di rumah.
Cinthia memberi salam kepada tempat tidurnya dengan cara berbaring dengan nyaman di atas kasur empuk tersebut. Setelah itu, Cinthia mulai menyalakkan komputernya untuk internetan setelah pulang sekolah. Sambil menunggu komputernya menyala seutuhnya, Cinthia menyantap makan siangnya dengan duduk mencangkung di atas kursi di depan komputernya.
Langsung saja setelah komputernya menyala seutuhnya, Cinthia mengconnect komputernya dengan sambungan internet. Seperti anak muda yang lain, Cinthia membuka socmed sambil googling iseng-iseng. Terlihat sebuah pesan pada wallnya
Karena penasaran, Cinthia membaca pesan barunya tersebut dengan perasaan terkejut bercampur senang. Soalnya, tanpa disangka-sangka yang mengirim pesan itu adalah Rais. Sangat tidak disangka-sangka. Big surprise for Cinthia.
Cinthia mulai membaca pesan yang cukup singkat dari Rais . Walaupun isinya cuma sekedar say hello dan menanyakan kabar Cinthia, tapi bagi Cinthia itu lebih dari cukup. Pesan tersebut menandakan kalau Rais masih inget sama dia. Apalagi, ditambah dengan kata-kata kalau kamu udah selesai semesterannya kita contact-contactan lagi, ya! menambah kebahagiaan Cinthia.
Cinthia membuka laci dan mengambil handphonenya yang tergeletak begitu saja di atas meja. Untuk pertama kali sejak dinon aktifkannya ponselnya itu, Cinthia langsung mengirim whatssap kepada Rais. Tapi, diurungkan lagi niatnya. Antara malu dan egonya bertarung sengit di lubuk hatinya. Akhirnya, egonyalah yang menang. Kalau misalnya dia yang butuh, dia aja yang nelfon, pikirnya sambil meletakkan handphonenya kembali ke atas meja.
Cinthia kembali menekuni komputernya. Membuka notification yang ada dan bermain game kesukaannya. Sambil tetap menunggu, menunggu dengan pasti. Menunggu ringtone handphone berbunyi, mengalun lembut memanggil Cinthia, menunggu sesuatu yang nggak pasti itu ada atau tidak di dalam hatinya.
****************
"Bil! Sini lo!" teriak Rais berteriak memanggil Billi dari jauh. Sambil duduk di bawah pohon beringin besar yang memancarkan aura mistis di siang hari. Billi yang sedang mendiskusikan tugas presentasi kelompoknya itu menoleh dengan muka kesal. Kelihatan sekali kalau Billi nggak suka kalau sekarang dia diganggu. Semuanya terlihat dari raut wajahnya ketekuk-tekuk.
Tapi, memang dasarnya Rais nggak peka dengan keadaan temannya yang sedang sibuk, dengan santai dia melambai-lambaikan tangannya memanggil Billi.
Billi terpaksa permisi sebentar kepada kedua teman sekelompoknya. "Bentar dulu,ya! Dipanggil orang freak!" jelas Billi. Dengan tampang cemberut, Billi berjalan mendekati Rais yang sedang duduk dengan santai bersender ke pohon sambil cengar-cengir nggak jelas.
"He! Ngapain lo manggil-manggil gue! Gue sibuk!" bentak Billi marah-marah. Rais cuma nyengir melihat temannya itu ngomel-ngomel di depannya.
"Slow...Slow... Duduk dulu Mbak...sini duduk samping gue. Mau minum? Nih, sudah saya siapkan es teh. Dijamin rasanya enak dan segar." ujar Rais mempromosikan es tehnya. Billi duduk juga di samping Rais dan mengambil segelas es teh dari tangan Rais dengan menatap Rais aneh, seakan-akan Rais adalah makhluk terfreak yang pernah dia lihat.
" Ada apa?" Billi bertanya. Ditanya Billi, Rais malah cengar-cengir yang membuat Billi enek melihat wajah orang tersebut.
"Ada apa sih! Cepetan! Gue masih ada urusan!" Billi sedikit membentak Rais yang membuat cowok itu menghilangkan cengiran jailnya.
Billi sudah merasa kalau nih orang ada maunya karena nggak biasanya Rais memanggil dirinyaa disertai cengirannya yang nggak jelas ditambah segelas es teh gratis.
" Begini..." Rais memulai percakapan. Terlihat dari wajahnya, raut wajah kikuk dan bingung bercampur di sana, terpeta dengan jelas, sangat jelas sekali. Billi mengangkat sebelah alisnya. Firasatnya mengarah pada seseorang yang akan menjadi tema perbincangan antara dirinya dengan Rais.
Cinthia.
"Gue tahu lo mau ngomong tentang apa." kata Billi dengan entengnya yang membuat kepala Rais yang tadinya tertunduk menjadi terangkat menatap Billi.
"Nggak usah pake mangap kenapa?" protes Billi yang membuat si pemilik mulut mingkep seketika.
"Udah, lo hubungi aja dia. Dia pasti seneng." lanjut Billi. Rais tampak merenung sebentar. Billi memperhatikan hal tersebut dengan senyuman terkulum. Pikirannya mulai mengkhayal dan tanpa ia sadari sendiri, ia bergumam pelan.
"Kalaupun apa yang gue firasatin beneran terjadi, gue rela kok!"
Gumaman yang begitu pelan tersebut, menarik perhatian Rais sekejap. Kepalanya menoleh ke arah Billi.
"Apa lo bilang? Kalaupun? Apaan sih! Yang jelas napa?" Rais sedikit memaksa.
"Nggak! Udah ah! Gue balik! Banyak urusan! Sibuk!" Billi berdiri dari duduknya. Meninggalkan Rais sendiri di bawah pohon. Billi segera bergabung dengan teman-temannya yang sedari tadi menunggunya.
****************
Ringtone hp milik Cinthia berbunyi ketika ia asyik di depan komputernya. Secepat kilat disambarnya ponsel miliknya itu.
"Halo!" sapanya antusias, berharap telfon itu dari orang yang diharapkannya.
"Cin! Kayaknya liburan kita ke pantai batal deh." terdengar suara Yama dari seberang sana.
"Kenapa?" tanya Cinthia lesu. Kecewa karena tidak jadi berlibur ke pantai bersama-sama sahabatnya dan kecewa karena itu bukanlah telefon dari orang yang diharapkannya.
"Ternyata bonyok gue udah nyiapin liburan buat sekeluarga."
"Ohh...lo udah bilang ke Urdha sama Gaudy?" tanya Cinthia sambil meneruskan iseng-isengnya di komputer.
"Udah. Syukurnya mereka berdua ngerti. Lo sendiri, gimana?"
"Ya,udah nggak pa-pa kok. Bukan rejeki kita berempat kali." Cinthia menjawab seadanya.
"Ya,udah deh Cin! Sorry,ya! Da daaa..." terdengar bunyi ponsel ditutup dari seberang sana. Diikuti oleh Cinthia yang juga menutup ponselnya sendriri dan meletakkannya kembali di dekatnya masih berharap apa yang dinantikannya.
****************
Sambil menggenggam hpnya, Rais mondar-mandir di dalam rumahnya. Sudah dua jam lebih lima puluh delapan menit (dan tinggal dua menit lagi untuk membuat semua itu menjadi tiga jam pas!) cowok itu melakukan perjalan dengan rute kamarnya – kamar mandi – kamarnya – dapur – kamarnya – kamar mandi - kamarnya. Nggak tahu karena dia mencret karena sakit perut gara-gara minum 13 jus jeruk ditambah tiga potong pizza dengan sambel yang extra pedas atau memang nggak ada rute lagi yang nyaman untuk dilewati Rais selain tiga tempat tersebut.
Masih memegang ponselnya, Rais menenteng-nenteng benda mungil tersebut dari tadi. Pikirannya masih berkutat dengan perkataan Billi tadi siang. "Udah, lo hubungi aja dia. Dia pasti seneng."
****************
Malam datang juga. Besok adalah hari pertama liburan semester untuk Cinthia dan Cinthia sendiri nggak tahu cara menghabiskan liburannya tersebut. Rencana liburan ke pantai bareng sahabat-sahabatnya, batal sudah. Padahal Cinthia sudah merasa senang karena liburannya akan terisi.
Sehabis nonton dvd bersama kakaknya, Cinthia segera naik ke kamarnya bersiap-siap untuk tidur dengan persiapan-persiapan yang biasa dilakukan oleh Cinthia. Cuci muka, sikat gigi dan cuci kaki. Setelah melakukan hal-hal tersebut, Cintha naik ke atas kasurnya.
Inginnya langsung tidur, tapi nggak tahu kenapa, malam ini Cinthia belum bisa untuk segera memejamkan matanya. Padahal daritadi Cinthia sudah bolak-balik badannya di atas kasur, baca bacaan sebelum tidur, ayat kursi dan teman-temannya supaya tidak diganggu oleh syaiton-syaiton.
Tapi, tetap saja matanya tidak mau terpejam. Cinthia bangun, duduk sebentar di atas kasurnya, garuk-garuk kepala, bingung. Gue mau ngapain ya? pikirnya. Tiba-tiba tanpa disangka-sangka handphonenya berbunyi.
Cinthia terkejut dan heran. Ia bangun dari kasurnya, berjalan ke tempat di mana ia meletakkan handphonenya. Tanpa melihat siapa yang menelfon, Cinthia langsung mengangkatnya.
"Halo?" sapanya .
Tidak ada jawaban dari seberang.
"Halo!" sekali lagi Cinthia menyapa, kali ini dengan nada yang sedikit keras.
"I..iya..halo." akhirnya si penelfon itu menjawab sapaannya juga. Seorang cowok, Cinthia nggak bisa menebak siapa yang menelfonnya malam-malam begitu.
"Siapa, ya?" tanyanya balik.
"Ini gue, Rais." terdengar jawaban dari sana. Cinthia kaget saat mendengar kata Rais yang diucapkan oleh si penelfon.
"Sorry kemaleman ya nelfonnya?" tanya Rais kepada Cinthia.
"Nggak, pa-pa! Gue belum tidur kok." jawab Cinthia.
Rais sedikit bersyukur karena Cinthia nggak merasa terganggu oleh telfonnya. Ternyata nggak sia-sia pengorbanannya malam itu. Hanya karena bingung untuk menelfon cewek ini, Rais mondar-mandir di dalam rumahnya selama 3 jam.
Akhirnya dengan santai dan rileks, mengalirlah percakapan hangat antara Rais dan Cinthia. Tanpa kenal batasan waktu, mereka berdua tetap mengobrol dengan nyamannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Teco
Wow, luar biasa!
2023-08-25
1