Part 12

Rabu sore yang menyenangkan buat Cinthia dan Urdha yang udah diterima di perguruan tinggi. Urdha yang dengan gampang bisa masuk FK UNDIP lewat SNBP sedangkan Cinthia dengan hoki tinggi berhasil ngedapetin FSRDnya ITB.

Yama dan Vie sama-sama uji nyali buat nyoba UTBK. Vie pengen banget masuk Teknik Industrinya ITB atau nggak paling banter ITS, deh! Kalau dia nggak berhasil, dia bakal balik ke Malay dan kuliah di sana. Sedangkan Yama nggak terlalu muluk-muluk, dia pengen bisa masuk Farmasi UI dan milih gizi di FKM UI sebagai pilihan keduanya. Tapi, kalau Yama nggak lulus UTBK dia bakalan nganggur setahun dan bakal nyoba lagi tahun depan.

Gaudy yang lumayan nervous menghadapi UTBK karena tujuannya yang lumayan berat yaitu kedokteran gigi UNDIP. Alasan dia milih UNDIP lain dan tidak bukan adalah supaya nggak jauh-jauh dari Urdha. Yup! Urdha dan Gaudy dah balikkan tepat setelah Gaudy dan Cinthia keluar kamar Gaudy waktu itu.

Yama dan Vie makin menggila makannya karena stress belajar buat UTBK. Semuanya di pesen. Burger, ice cream, milkshake, nasi goreng, bakso semuanya mereka makan.

Putrapun sering whatssap ke Vie dan Cinthia. Biasa, whatssap iseng yang menceritakan betapa seksinya bule-bule di Wina dan Putra bersyukur kalau matanya yang dulu tertutup oleh Cinthia sekarang sudah terbuka.

"Ma! Itukan daging gue! Jangan lo ambil donk!" semprot Vie kesel karena dagingnya diambil.

"Alah...pelit lo! Dikit doank juga!" ujar Yama ngeles.

Yang lain cuma ngelihatin tingkah mereka yang malu-maluin sambil bergerak menjauhi mereka takut dikenali teman mereka.

"Rais apa kabar?" tanya Gaudy.

"Biasa...sibuk kerja...jawab Cinthia santai." Tiba-tiba Vie mendelik ke arah Urdha.

"Eh..Dha! Lo tutup nggak tuh buku! Stress gue ngelihatnya!"

"Apaan sih...nih soal seru banget nih..."

"Udah, Dha...ntar aja ngerjainnya di rumah,ya. Lagian inikan soal punya aku." ucap Gaudy yang langsung dituruti Urdha yang langsung menutup buku dan memasukkannya ke dalam tas.

"Eh,Cin! Si Putra ngirim WA gila nggak ke lo?"

"Emang WAnya nggak pernah normal. Cewek bule mulu yang diomongin. Sekalinya normal cuma nanyain kabar doank!" kata Cinthia sambil ngaduk-ngaduk lemon tea dan meminumnya.

"Masa Cin, dia ngirim dua foto cewek bule seksi gitukan, terus di bawahnya dia nulis. Bagusan yang mana? Jessy or Johanna? Freak abis gue rasa tuh orang!"

"Alah...katanya matanya sudah tertutup dari cewek-cewek bule..."

"Bullshit tuh orang. Dia bilang ama gue akhirnya matanya sudah terbuka."

"Dia juga bilang kayak gitu ke gue. Kurang ajar si Putra! Awas kalo dia balik ke Indonesia!"

"Eh, gimana waktu lo ngenterin dia ke airport?"

"Sinting!" ujar Cinthia sambil cemberut.

...****************...

Keesokan setelah tragedi air mata antara Cinthia dengan Gaudy, Cinthia harus nganterin Putra ke airport buat balik ke Wina. Cinthia ngerasa sedih waktu Putra udah siap-siap masuk buat check in. Cinthia narik baju belakang Putra yang ngebuat tuh cowok balik menghadap Cinthia.

"Put, jangan lupain gue sama Vie,ya...jangan lupa ngabarin ke kita...Kita pasti kangen juga ama lo..." ucap Cinthia yang bentar lagi berlinang air mata. Cinthia sangka Putra akan memeluk dia dan mengucapkan kata-kata perpisahan yang bagus-bagus.Tetapi...

"Bletak!!"

"Aduh!!!Apaan sih!!" omel Cinthia sambil ngusap-ngusap kepalanya yang ditabok sama Putra yang cuma cengengesan kayak orang bego.

"Lo tuh yang apaan! Nggak usah melankolis gitu sih! Pake mau nangis gitu. Guekan cuma ke Wina nggak mau ke alam baka, Mbak!"

"Tapikan nggak usah nabok gue! Sakit tahu!"

"Sorry deh..." ucap Putra sambil ikut-ikutan ngusap kepalanya Cinthia.

"Cin, gue harus masuk sekarang. Da daaa! Entar kalau gue mau balik ke Indonesia gue kabarin deh lo berdua. Sampein salam jitak gue ke Vie karena dia nggak bisa dateng. Titip salam juga buat keluarga lo,ya! Billi, cowok lo, sahabat-sahabat lo! Gue masuk ya!"ujar Putra sambil melambaikan tangan menjauh dari Cinthia dan masuk ke dalam ruang keberangkatan. Cinthia cuma bisa diem dan tersenyum sambil melambaikan tangannya juga.

...****************...

Sekitar pukul tujuh Citnhia sudah berada di depan pintu pagar depan rumahnya. Cinthia membuka pintu pagar tersebut dan terdengar bunyi pagar yang berdecit. Cinthia agak heran melihat ketenangan yang tidak biasa pada rumahnya. Cinthia mendadak galau.

Cinthia masuk ke dalam rumahnya. Dilihatnya semua keluarga pada ngumpul di ruang TV. Papa Wisesa, mama Wisesa dan Billi ada di sana. Rasa galau Cinthia makin memuncak karena nggak seorangpun yang menyalakan TV. Semua mata tertuju pada Cinthia.

"Cinthia, papa mau ngomong sama kamu. Sini...duduk dulu.ucap mama Wisesa lembut. Cinthia cuma ngangguk dan mematuhi perintah mamanya. Dia duduk di sofa kecil menghadap ke arah papa, mama dan Billi.

Cinthia memandangi setiap orang satu-satu. Semuanya berwajah serius. Cinthia meneguk ludahnya sendiri, gugup bercampur penasaran melihat kelakuan tiga orang di depannya yang menurutnya sangat-sangat aneh.

Besok, kita ke rumah kakek abis subuh. Kita semua sudah setuju sama usul kakek. Besok, kamu akan ditunangkan dengan cucu teman dan tetangga kakek..."

"Dijodohin?! Yang bener,Pa?!" protes Cinthia nggak terima. Papa Wisesa tidak menggubris protes Cinthia. Papa Wisesa langsung bangkit dari kursi dan pergi meninggalkan mereka semua. Billi mengikuti papanya, berdiri dan langsung naik ke atas, ke kamarnya.

Tinggallah Cinthia sendiri menatap mamanya, mencoba meminta penjelasan. Sayang, mama Wisesa cuma menggeleng dan pergi meninggalkan Cinthia yang shocked banget mendengar berita yang sangat tidak mengenakkan ini.

Sambil masih mencerna berita yang heboh tadi, dengan lesu Cinthia membawa tubuhnya buat naik ke atas menuju kamar tersayangnya. Dalam keadaan setengah sadar itu, Cinthia mencoba mandi untuk menenangkan diri dengan guyuran air dingin dari showernya.

Tapi, ternyata Cinthia masih merasa galau. Cinthia berbaring ngelamun menatap langit-langit kamarnya. Sambil ngelamun Cinthia bergumam.

Anjrit...monyet....gue dijodohin ama cucu tetangganya kakek?! Kenapa sih cuma sebelah pihak kayak gini? Nanti Rais gimana? Ah...Rais , gue harus nelfon dia.

Setelah mendapat sedikit pencerahan, Cinthia langsung bangun dan mengambil handphonenya yang tergeletak di atas meja. Dicarinya nomor Rais di phonebooknya setelah itu, Cinthia segera menghubunginya.

"Halo?" terdengar suara Rais di telinga Cinthia.

"Halo! Rais ! Aku mau cerita sama kamu! Masa aku..."

"Aku juga mau cerita, Cin. Sorry aku dulu,ya? Soalnya aku harus buru-buru." potong Rais . Cinthia yang mendengarnya langsung lemes dan duduk di pinggiran tempat tidurnya.

"Ya udah, mau cerita apa?"

"Aku dijodohin,Cin. Dan aku nggak bisa nolak karena ini permintaan terakhir kakek aku."

Jebb! Perasaan Cinthia tertohok seketika mendengar kata DIJODOHIN dari Rais . Pikirannya udah nggak fokus lagi. Matanya udah mulai panas, perasaannya udah nggak karuan lagi. Ingin rasanya saat itu Cinthia denger kata-kata tapi boong dari Rais . Tapi, kata-kata itu nggak keluar sama sekali.

"Ooh...kamu udah liat calon tunangan kamu?" ucap Cinthia getir.

"Udah sih...orangnya jelek, gendut, bawel, cerewet..." ucap Rais dengan santainya.

"Kalau gitu, kita udahan sampai di sini aja deh, Rais ! Makasih buat semuanya. Sorry aku nggak bisa ngomong apa-apa lagi." ucap Cintia sambil menahan air mata yang mau jatuh. Cinthia segera mematikan handphonenya. Tanpa perintah, Cinthia membenamkan mukanya ke bantal yang ada di depannya. Cinthia menangis, mengeluarkan uneg-uneg dari hatinya. Kenapa lo lebih milih tunangan lo yang abnormal itu sih, Rais ? tanya Cinthia pada dirinya sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!