"Sialan Khaira dan mas Iman.
Katanya hanya selamatan kecil-kecilan untuk anaknya.
Tapi mereka malah memakai tenda dan hiasan bagus di rumah dan juga pakakai mengundang warga.
Berapa uang yang mereka habiskan untuk pesta ini". Gerutu ibu tiri khaira.
Mereka yang tadi di usir oleh pamuda dan bapak keamanan pasa acara selamatan khaira.
Pamuda dan bapak itu memang sudah di pesankan oleh ayah dan om khaira melaksanakan perintah.
Untuk melarang bu Mimi dan anaknya untuk masuk kerumah mereka.
Walau terjadi kekacauan sedikit. Tapi mereka bisa menahan bu Mimi dan anaknya untuk tidak masuk.
Beberapa warga tadi sempat marah pada pemuda dan bapak yang berjaga, melarang yang punya rumah dilarang masuk.
Tapi setelah di bilang perintah pak Iman, sang tuan rumah, warga akhirnya diam. Walau masih dalam tanda tanta.
Kok Sang suami melarang istrinya masuk. Hingga para ibu yang datang ke acara selamatan. Pulangnya membahas ibu tiri khaira itu.
"Ibu Mimi ingin mengacaukan pesta anak tirinya". Ujar salah satu ibu saat mereka baru keluar dari tempat acara.
"Iya, kemaren aku dengar bu Mimi itu minta uang hilang pada mertua khaira, karena sudah mengasuhnya selama ini". Tambah yang lain.
"Mengasuh khaira?. Kan pak Iman menikahi bu mimi itu baru lima tahun. Dan khaira juga sudah besar.
Mengasuh apanya?". Tanya yang lain.
"Malah pak Iman yang mengasuh anaknya bu Mimi. Secara semua biaya mereka di tanggung pak Iman". Tambah yang lain.
"Betul. Malah aku pernah dengar dari ibu warung depan. Bu mimi dan anaknya sering ngutang, dan khaira yang bayar". Ujar yang lain.
"Semalam aku dengar kak Jum kakakku yang bantu-bantu di sana bicara dengan suaminya. Ternyata bu mimi melarang pak Iman mengadakan acara selamatan ini.
Pak Iman tidak mendengarkan keberatan bu Mimi. Dua ingin hari spesial putrinya berkesan. Membuat bu mimi dan anak- anaknya marah. Hingga mengacak dan merusak isi kamar khaira.
Maka itulah pak Iman melarang bu mimi pulang kerumah sampai acara selesai". Jelas seorang ibu.
"Iya. Kakakmu dan tetangga ku kan ikut jadi panitia sibuk acara khaira.
Dia juga bilang, kalau bu mimi itu minta sejumlah uang pada mertua khaira saat akad nikah. Hingga dia di usir pak Iman". Tambah yang lain.
Mereka berbicara hingga sampai tempat ibu tiri khaira dan ketiga anaknya berada.
Di pertigaan yang tidak jauh dari tempat acara selamatan.
"Lho. Kok bu mimi berdiri di sini?". Tanya salah satu ibu pura-pura tidak tahu.
"Kami tidak bisa masuk kerumah sendiri. Dilarang orang yang berjaga di sana". Jawab bu mimi kesal.
"Padahal, kalau bukan aku siapa lagi yang menjadi tuan rumah di sana.
Mas Iman malah menyuruh istri adiknya untuk jadi tuan rumah.
Yang seenaknya saja mengatur uang mas Iman. Untuk pesta". oceh bu Mimi kesal.
"Mungkin bu Mimi ada bikin mas Iman kesal. Hingga tidak diikut sertakan". Tanya yang lain.
"Coba ibu-ibu fikir. Khaira itu menikahi anak seorang pengusaha, pasti uangnya banyak.
Tidak salahkan kalau aku sebagai ibunya minta uang hilang karena sudah mengasuhnya selama ini.
Aku juga melarang untuk acara begitu, untuk apa pesta meriah yang bikin uang habis sia-sia.
Kan tanggungan mas iman masih ada tiga anak lagi yang masih sekolah". Ujar bu Mimi mengoceh.
"Kalau menurut saya bu Mimi salah memberi keputusan. khaira itu putri kandungnya mas Iman. Ya dia berhaklah untuk membuat hari spesial putrinya meriah.
Dan juga kan bukan uang pribadi bu mimi. Mas Iman mah bebas untuk itu". Jawab seorang ibu.
"Ya mas iman yang salah dong bu. Walau aku ibu tiri putrinya, kan aku istri mas Iman. Dan harus ada persetujuan dari ku dulu untuk itu.
Karena keuangan aku yang mengurus". Jawab bu Mimi.
"Ditambah anak-anakku butuh uang lebih, karena tahun depan masuk kuliah". Tambahnya.
"Itu bu mimi egois namanya. Masa anak ibu sendiri yang di fikirkan. Sementara uang berasal dari mas Iman.
Kalau mas Iman ingin membuat putrinya senang, dia berhak untuk itu. Uang dia yang punya, khaira juga putri kandungnya.
Kalau untuk anak bu Mimi kan cuma anak tiri mas Iman, ya dia hanya bisa membantu semampunya.
Bukan sepenuhnya tanggung jawab mas Iman". Ujar ibu yang lain.
"Betul.
Secara kasarnya anak bu Mimi hanya menumpang tinggal dengan pak Iman.
Walau ibu istri sahnya. Tanggung jawab pak Iman pada anak tirinya bukan nafkah wajib. hanya semampunya dan yang penting iklas mas Iman memberi". Ujar yang lain.
"Tidak bisa begitu bu. Jika mau menerima janda, harus mau bertanggung jawab pada anak- anakya". Jawab bu Mimi kesal.
Karena di anggab menumpang.
"Iya itu yang salah tafsir. Hingga ayah tiri sering jadi kuda beban di keluarga barunya.
Harus mencukupi biaya istri baru dan anak-anak tirinya, tapi menelantarkan anak kandung yang seharusnya wajib di nafkahi". Ujar ibu itu tegas.
"Kalau anak bu Mimi ingin di bafkahi, ya suruh lah ayah kandungnya membiayai kuliahnya, bukan minta mas Iman yang bertanggung jawab". Sela yang lain.
Ibu tiri khaira akhirnya terdiam, karena tidak bisa membalas ocehan para ibu itu.
"Sebaiknya bu Mimi renungkan lagi, apa selama ini sudah menjadi ibu sambung yang baik bagi anak tirinya.
Jangan minta di cukupi, tapi tidak mau berbagi". tambah ibu itu.
Karena beberapa ibu di perumahan ini tahu, bu Mimi tidak perhatian pada anak tirinya itu. Bahkan bisa dikatakan kejam.
Menyuruh putri tirinya bekerja mengurus rumah dan memasak. padahal khaira bekerja tuap hari.
Dia malah memanjakan ketiga anak kandungnya. Tidak boleh memasak dan membereskan rumah.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments