Masih Nego

"Bisa panggilkan orang tua saya mbak. Saya harus bicara dengan mereka". Ujar Khaira.

Khaira masih berusaha untuk bertemu orang tuanya.

Dia tidak mungkin menikah tanpa izin dan restu dari orang tuanya. Apalagi pernikahan yang akan berlangsung sebentar lagi.

Pernikahan untuk mengantikan calon menantu bosnya yang ternyata sudah hamil.

"Nanti ya mbak. Kita selesailan dulu riasannya. Waktu kita tidak banyak". Jawab salah satu mua.

Dia berusaha dengan cepat merias calon pengantin, karena terburu waktu.

"Mbak...".

"Tenang dulu ya mbak, kita keburu waktu. Kalau bisa mbak tidur saja biar bekerja dengan tenang". Potong mua itu.

"Tapi aku..".

"Tidur saja mbak. Biar cepat selesai pekerjaan kami". Ujar mua itu.

Hhfff

Khaira menarik nafasnya kasar. Lalu menghembuskannya.

Tadi dia lupa mengambil ponsel miliknya yang dia letakan di dalam lemari yang terletak di ruang tamu. Dengan tas temannya juga.

Dia tidak bisa keluar, karena di tahan oleh kedua mua yang dapat amanah dari bosnya untuk segera menghias dirinya.

Padahal dia berharap bang Nofri membantunya untuk kabur. Eh malah dia tidur.

Membuat Khaira kesal.

Saking kesalnya, dia mengomel dalam hati. Hingga beberapa kali bergerak kasar.

"Tidur mbak. Jangan gerak terus. Nanti semakin lama meriasnya". Ujar Mua.

"Biar saja lama selesai. kan tidak jadi menikah". Jawab Khaira.

"Jangan begitu mbak. Kami bisa di marahi bapak dan ibuk. Kalau kami dimarahi, dan silaporkan pada atasan kami. Bisa saja kami di pecat mbak.

Bagaimana anak kami makan jika kami di pecat". Ujar salah satu mua.

"Tapi aku mau bertemu orang tuaku mbak". Jawab Khaira.

"Sabar mbak. Sebentar lagi juga mereka kesini.

 Mereka juga sedang berbicara dengan bapak". Jawanya.

"Orang tua saya sudah sampai mbak?". tanya Khaira.

"Sepertinya sudah mbak. Tadi saat kami baru sampai, dan disuruh masuk kesini ada bapak dan ibu sedang berbincang dengan lak Adrian.

Mungkin itu atang tua mbak". Jawabnya.

"Jadi mbak tenang saja. Tiduran. Biar riasannya cepat selesai dan cantik". Tambah mua yang satu lagi.

Khaira tidak bisa berbuat apa. Karena di pegang oleh kedua mua.

Entah kenapa, Khaira tertidur saat mua merias wajahnya. Entah berapa lama dia tertidur.

Hingga dia dibangunkan secara halus oleh mua itu.

"Mbak, bungun. segera ganti bajunya lagi.

Acara akan segera dilaksanakan". Panggil mua itu.

Mereka menguncang badan Khaira.

Khaira yang kaget hampir saja dia mengucek matanya.

"Eh. Eh... Jangan. Nanti rusak riasannya". Ujar mua itu memegang tangan Khaira.

Khaira yang semula bingung, akhirnya paham setelah di paksa berdiri di depan meja rias.

Wajahnya sudah di poles bak pengantin.

"Minum dulu mbak. Biar tenang".

Ujar salah satu mua memberikan air mineral gelas. Dan di sedot Khaira hingga habis.

"Mbak. Orang tua saya tidak kesini?". Tanya Khaira.

"Tadi ada mbak. Tapi mbaknya tidur. Mereka tidak tega untuk membangunkan mbak". Ujar mua.

"Ayo berdiri!". Perintah yang lain.

"Eh jangan. Nanti dia lihat" ujar Khaira menunjuk Nofri.

Tanpa bertanya, mereka berdua gaun yang melekat di tubuh Khaira.

"sedang tidur mbak. Lagian juga calon suami lirik sedikit boleh lah". Canda salah satu mua.

"Tapi..".

"Santai saja"

Ujarnya tanpa bisa di cegah. Hingga gaun Khaira melorot ke lantai.

Untung khaira memakai leging dan singlet berlengan. Hingga tidak terlihat kulit paha dan badan Khaira.

Dengan gesit mereka memasangkan kain songket putih gading sebagai bawahan. Tidak lupa kebaya borkat senada dengan songketnya.

Sementara yabg satu membenarkan kain songket dan kebaya yang Khaira pakai. Salah satu mua berdiri Sambil membenarkan ciput jilbab di kepala khaira.

Mereka bekerja sama memasangkan semua pernak pernik pada tubuh khaira.

Setelah kebaya khaira selesai, salah satu mua membangunkan Nofri.

"Pak. Bangun!". Ujarnya.

Dia menarik-narik ujung lengan baju Nofri.

"Ada apa?". Tanya Nofri.

"Sudah selesai calon istrinya di rias pak. Sekarang bapak yang akan ganti baju". Ujarnya.

Nofri hanya melihat Khaira sekilas.

"Aku...".

"Aku mau cuci muka dulu". Potong Nofri memasuki kamar mandi yang ada di kamar ini.

Hingga Khaira tidak jadi bicara. Apalagi melihat wajah dingin Nofri.

Daat Nofri keluar kamar mandi, kedua mua keluar dari kamar. Hingga Nofri memasang sendiri pakaiannya.

"Bang. Aku belum siap menikah. Tolong abang batalkan lernikahan ini". Pinta Khaira.

Nofri sedang memasang jas yang senada dengan kebaya Khaira.

Padahal tadi saat khaira memasuki ruangan ini, Nofri memakai jas warna putih.

"Bang. Tolong..".

"Diam. kalau aku bisa menolak sudah dari tadi aku lakukan". Ujar Nofri dingin.

Membuat Khaira terdiam.

"Sekarang ikuti saja alurnya dulu. Nanti kita fikirkan. Aku tidak mau keluargaku malu karena batal menikah.

Apalagi keluarga dan kerabat sudah banyak yang datang". Ujar Nofri menyisir rambutnya.

"Tapi ini juga memalukan buatku dan keluargaku bang. Masa tidak ada angin tiba-tiba aku menikah". Ujar Khaira.

"Makanya ikuti saja. Menikah. Dan nanti kita fikirkan lagi". Ujar Nofri.

Saat mereka berdebat, masuklah kedua orang tua khaira.

Dengan menganggukan kepala Nofri keluar dari kamar. Karena mua tadi mengatakan Nofri harus lebih dahulu menuju mesjid yang ada di seberang jalan depan ruko.

Dan beberapa menit kemudian di susul oleh rombongan Khaira.

"Yah. Aku belum mau....".

"Ikhlas dengan takdir Ra. Semua pasti ada hikmahnya". Potong ayah khaira.

"Iya. Lagi pula kalau kamu menikah, kamu tidak perlu lagi minta uang pada ayah kamu.

Tanggung jawab ayah kamu masih banyak. Adik kamu nasih sekolah". Ujar ibu khaira.

Lebih tepat ibu sambungnya.

Ya. Ayah khaira menikahi janda beranak tiga. Sekitar lima tahun yang lalu, saat khaira masih kelas satu sma.

Sementara khaira yang hanya berdua bersaudara sudah besar. Abangnya sudah bekerja sebagai montir dan tinggal bersama nenek di kampung.

Mereka hanya lulus sma, karena ayahnya tidak sanggub untuk membiayai dia kuliah. Padahal khaira termasuk siswi yang cerdas.

"Tapi kan semenjak aku bekerja tidak pernah merepotkan ayah. Bahkan tidak minta jajan lagi pada ayah". Jawab Khaira.

Karena dia sering berselisih paham dengan ibu sambungnya itu.

"Iya. Tapi dengan masih tinggal bersama itu kamu masih membebani ayah kamu". Sewot ibu sambung khaira.

"Bu. Aku ikut bantu ayah buat bayar sewa kontraksn lo bu.

Aku selalu...".

"Sudah.. Sudah..

Sekarang kamu akan menikah. Kamu akan ayah hantarkan pada imam yang akan membimbingmu.

Ayah sangat ikhlas jika kamu menikah dengan anak bos mu".

"Ya iya lah. kan calon anakmu itu kaya". Potong Ibu sambung khaira.

"Bu. Bisa menunggu di luar. Aku mau bicara dulu dengan khaira". Usir ayah khaira pada istri barunya itu.

"Aku tidak mau mengeluarkan uang untuk pernikahan ini. apalagi untuk menganti uang katering saat pesta.

Kalau bisa jangan adakan acara di pihak kita. Bikin rugi saja". Ujarnya.

"Iya. Kamu keluar dulu. Tunggu di luar". Ujar ayah khaira.

Mendorong istrinya keluar kamar. Lalu menutup pintu.

"Yah...".

"Ra..". Potong ayah khaira.

"Bukan ayah tidak mau menolak pernikahan ini. Mungkin dengan pernikahan ini kamu bisa berbahagia.

Ayah tahu. Kamu, ibu dan adik sambungmu sering berelisih paham. tapi ayah tidak bisa membela kamu di depan mereka.

Kamu tahu sendirikan dengan sifat ibu kamu itu?". Ujar ayah Khaira.

Khaira mengangguk. Dia tahu, ayahnya selama ini tidak bisa melawan ucapan istrinya itu.

karena istrinya itu adalah wanita pilihan orang tuanya. Masih kerabat ayahnya. Kakek khaira di pihak ayah.

Setelah istrinya meninggal. Kakek khaira meminta anaknya untuk menikahi keponakannya yang janda.

Padahal ibu khaira belum satu tahun meninggal. Tapi kakek memaksa.

walau dengan berat hati. Ayah Khaira menerimanya.

"Ayah hanya berdo'a. Semoga kamu bahagia dengan pernikahan ini". Ujar ayah khaira.

"Tapi yah. Aku takut.

Kan pernikahan ini sebagai penganti. Takutnya nanti...".

"Bismilah saja Ra. Semoga apa yang kamu fikirkan tidak akan terjadi.

Pasti tuhan sudah memberikan jalan yang terbaik untuk kalian". Ujar ayah khaira.

.

.

Jangan lupa Like dan komentnya teman.

Episodes
1 Berusaha Menolak
2 Masih Nego
3 Sah
4 Pesta
5 Aku Mengantuk
6 Gagal Besanan
7 Sebelum Sah
8 Istri
9 Sarapan Pagi
10 Berkunjung
11 Tempat tidur baru
12 Kedatangan Keluarga Ibu Tiri
13 Permintaan Yulia
14 Pergi
15 Perawatan
16 Rencana
17 Persiapan
18 Menyelesaikan Kekacauan.
19 Acara Selamatan
20 Di Ceramahi Tetangga
21 Kedatangan Ibu Tiri
22 Bercerita
23 Diam
24 Ayah Bercerita
25 Pilihan Untuk Ibu Tiri
26 Marah
27 Keputusan Ayah
28 Pulang ke Rumah Mertua
29 Tamu tidak Diundang
30 Petuah dari pak Adrian.
31 Bersiap
32 Bulan Madu
33 Memindahkan Barang
34 Jalan Sore
35 Berebut kamar
36 Menikmati Sunset
37 Mencari Makanan
38 Ayah
39 Tidak Bisa Tidur
40 Warung Ayah
41 Akhirnya
42 Gagal Motoran
43 Bukan Sarapan
44 Ambisi Yulia
45 Lagi
46 Kecelakaan
47 Rencana
48 Motoran
49 Pengusiran
50 Yulia Menyusul
51 Belum Berkemas
52 Saat Berkemas
53 Telfon Tengah Malam
54 Operasi
55 Pengakuan.
56 Kedatangan Mertua
57 Ayah Khaira
58 Rencana Pak Adrian
59 Ke Apartemen
60 Cincin
61 Nofri Marah
62 kenapa kamu disini
63 Kosan Ayah
64 Sedih
65 Apa Mungkin
66 Siapa Dia
67 Perdebatan
68 Saling Diam
69 Masih Diam
70 Pulang
71 Dirumah Mertua
72 Minta Izin
73 Pergi
74 Ayah Pindah?
75 Amukan Ibu Tiri
76 Kewarung Ayah
77 Pura-Pura?
78 Rencana Khaira
79 Ayah Setuju
80 Yulia
81 Masih Yulia
82 Kesibukan Baru Khaira
83 Hamil?
84 Minta Pendapat Ayah
85 Rencana Pulang Kampung
86 Bertemu Di Jalan
87 Lihat Ruko Baru
88 Nofri
89 Om Khaira Turun Tangan
90 Pindah
91 Kesibukan
92 Nofri
93 Dirumah Nenek
94 Keterangan Pak Rt
95 Jebakan Yulia
96 Aksi Nofri
97 Perdebatan kakek
98 Kemarahan Kakek
99 Kewarung Khaira
100 Pulang Ke Warung
101 Mulai Membalas
102 Kerumah Khaira
103 Tidak menemukan
104 Apa Wanita Itu Khaira?
105 Cemas
106 Gagal Bertemu.
107 Sedih
108 Kecewa Lagi
109 Sakit Perut
110 Apa?
111 Bertemu
112 Bayi Kembar
113 Jangan Ganggu
114 Tawa Khaira
115 Yulia Lagi
116 Penolakan Nofri
117 Petuah Dari Papa
118 Kejujuran Nofri
119 Yulia Malu
120 Suami Istri
121 Biarkan Saja
122 Berdebat
123 Di Kunjungi Teman
124 Penyesalan Yulia
125 Acara
126 Usilnya Nofri
127 Ambisi Yulia
128 Bertambah Malu
129 Amukan Mama Yulia
130 Bertemu
131 Penyakit Yulia
132 Curhat
133 Tangis Yulia
134 Rencana
135 Hari - Hari Yulia
136 Nofri
137 akhirnya
138 Rutinitas
139 END
140 Extra part 1
141 Extra part 2
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Berusaha Menolak
2
Masih Nego
3
Sah
4
Pesta
5
Aku Mengantuk
6
Gagal Besanan
7
Sebelum Sah
8
Istri
9
Sarapan Pagi
10
Berkunjung
11
Tempat tidur baru
12
Kedatangan Keluarga Ibu Tiri
13
Permintaan Yulia
14
Pergi
15
Perawatan
16
Rencana
17
Persiapan
18
Menyelesaikan Kekacauan.
19
Acara Selamatan
20
Di Ceramahi Tetangga
21
Kedatangan Ibu Tiri
22
Bercerita
23
Diam
24
Ayah Bercerita
25
Pilihan Untuk Ibu Tiri
26
Marah
27
Keputusan Ayah
28
Pulang ke Rumah Mertua
29
Tamu tidak Diundang
30
Petuah dari pak Adrian.
31
Bersiap
32
Bulan Madu
33
Memindahkan Barang
34
Jalan Sore
35
Berebut kamar
36
Menikmati Sunset
37
Mencari Makanan
38
Ayah
39
Tidak Bisa Tidur
40
Warung Ayah
41
Akhirnya
42
Gagal Motoran
43
Bukan Sarapan
44
Ambisi Yulia
45
Lagi
46
Kecelakaan
47
Rencana
48
Motoran
49
Pengusiran
50
Yulia Menyusul
51
Belum Berkemas
52
Saat Berkemas
53
Telfon Tengah Malam
54
Operasi
55
Pengakuan.
56
Kedatangan Mertua
57
Ayah Khaira
58
Rencana Pak Adrian
59
Ke Apartemen
60
Cincin
61
Nofri Marah
62
kenapa kamu disini
63
Kosan Ayah
64
Sedih
65
Apa Mungkin
66
Siapa Dia
67
Perdebatan
68
Saling Diam
69
Masih Diam
70
Pulang
71
Dirumah Mertua
72
Minta Izin
73
Pergi
74
Ayah Pindah?
75
Amukan Ibu Tiri
76
Kewarung Ayah
77
Pura-Pura?
78
Rencana Khaira
79
Ayah Setuju
80
Yulia
81
Masih Yulia
82
Kesibukan Baru Khaira
83
Hamil?
84
Minta Pendapat Ayah
85
Rencana Pulang Kampung
86
Bertemu Di Jalan
87
Lihat Ruko Baru
88
Nofri
89
Om Khaira Turun Tangan
90
Pindah
91
Kesibukan
92
Nofri
93
Dirumah Nenek
94
Keterangan Pak Rt
95
Jebakan Yulia
96
Aksi Nofri
97
Perdebatan kakek
98
Kemarahan Kakek
99
Kewarung Khaira
100
Pulang Ke Warung
101
Mulai Membalas
102
Kerumah Khaira
103
Tidak menemukan
104
Apa Wanita Itu Khaira?
105
Cemas
106
Gagal Bertemu.
107
Sedih
108
Kecewa Lagi
109
Sakit Perut
110
Apa?
111
Bertemu
112
Bayi Kembar
113
Jangan Ganggu
114
Tawa Khaira
115
Yulia Lagi
116
Penolakan Nofri
117
Petuah Dari Papa
118
Kejujuran Nofri
119
Yulia Malu
120
Suami Istri
121
Biarkan Saja
122
Berdebat
123
Di Kunjungi Teman
124
Penyesalan Yulia
125
Acara
126
Usilnya Nofri
127
Ambisi Yulia
128
Bertambah Malu
129
Amukan Mama Yulia
130
Bertemu
131
Penyakit Yulia
132
Curhat
133
Tangis Yulia
134
Rencana
135
Hari - Hari Yulia
136
Nofri
137
akhirnya
138
Rutinitas
139
END
140
Extra part 1
141
Extra part 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!