Gavin membawa Siera pulang ke rumah. Sementara Damian kembali ke kantor.
"Masih tidak mau menjelaskan?" tanya Gavin.
"Apa yang perlu aku jelaskan?" balik tanya Siera. Iapun merasa marah karena kue yang ia buat susah payah malah dibuang.
"Siera!" pekik Gavin semakin tersulut emosi karena bantahan Siera.
Siera tidak ingin lagi mendebat Gavin jadi ia pergi ke kamarnya.
Gavin mengerutkan keningnya. "Kenapa seperti dia yang malah marah." gumam Gavin.
Pria itu kemudian menuju dapur, mengambil air dingin dari dalam kulkas. Setelah menenggaknya ia mengembalikan air dalam botol itu ke tempat semula.
Berharap rasa amarahnya mereda. Setelah beberapa saat pria itu pun beranjak dari kursinya dan menuju kamarnya. Kebetulan pintu kamar Siera tidak tertutup rapat. Gavin melihat melalui celah pintu.
Di dalam kamar itu Siera justru terduduk dengan memandang layar ponsel dengan serius.
"Siera, kau melihat apa?" kata Gavin langsung memasuki kamar Siera tanpa mengetuk pintu.
Justru wanita itu melengos dan memunggungi Gavin yang sedang bertanya.
"Cih, harusnya aku yang marah. Kenapa justru kau yang marah." cibir Gavin.
Siera langsung menoleh dan menatapnya tajam. Tanpa sadar Gavin malah merinding.
"Siera!" panggil Gavin.
"Tidak perlu di bahas lagi, sana keluar. Aku mau istirahat." kata Siera mengusir Gavin. Ia meletakkan ponselnya dan menyelimuti dirinya.
Gavin tampak pasrah. Pria itu hendak keluar namun pikirannya tertuju pada ponsel Siera. Ia berbalik badan lalu mengambil ponsel Siera.
Saat menjelang malam, Siera terbangun. Ia melihat jam didinding sudah jam 7 malam. Ia bergegas bangun dan mandi.
Tepat saat itu Gavin sudah menunggunya di ruang makan. Siera menyusulnya.
Mereka berdua makan dalam diam. Kadang pelayan yang melihat merasa heran. Setiap kali bertemu selalu bertengkar. Tetapi mereka selalu bersama setiap melakukan hal makan. Seolah mereka selalu memberi waktu untuk berdua saja.
Selesai makan, seperti biasa Gavin akan duduk di teras samping merokok dalam diam seraya menikmati angin malam.
Gavin mengeluarkan ponsel membaca chat yang berada di ponsel Siera. Ia membaca setiap chat yang masuk dan keluar. Hingga ia menemukan nama kontak Thomas.
Gavin segera membukanya dan membaca setiap pesan yang masuk dari Thomas.
Gavin berdecak karena Thomas ingin mengajak Siera reunian dan yang paling mengesalkan adalah Thomas mencalonkan diri untuk menjadi pasangannya.
"Dasar wanita murahan." gerutu Gavin mencibir Siera. "Apa bagusnya dia sampai mereka berebut ingin menjadi pasangannya." kata Gavin.
Karena Gavin juga melihat nama kontak ketua kelas. Ketua kelas itu bernama Banyu. Dan Banyu juga mencalonkan dirinya untuk menjadi pasangannya saat di acara reunian itu.
Lagi lagi Gavin berdecak. "Cih gak akan aku biarkan mereka menjadi pasangannya. Jangan harap!" kata Gavin.
Gavin terus mengotak atik ponsel Siera. Dan sang pemilik tidak tau jika ponselnya sudah disabotase Gavin.
Keesokan harinya. Gavin mengembalikan ponsel Siera ke tempat semula. Sehingga Siera tak menyadari jika semalam ponselnya berada di tangan Gavin.
Siera juga tidak memerdulikan chatnya bersama Thomas dan Banyu.
Wanita itu mandi dan pergi sarapan setelahnya. Namun pagi itu baik Gavin atau Siera yang mau memulai percakapan lebih dulu.
Mereka seakan berperang dalam diam. Biasanya Gavin pergi dengan berpamitan. Tetapi kali ini pria itu tidak mengatakan apapun selain pergi begitu saja.
Padahal semua permasalahan ini hanyalah salah paham semata.
"Tuan, anda sepanjang pagi ini tidak terlalu fokus. Tuan Wardi sejak tadi bertanya tentang simulasi penambahan saham dan anda menjawab dengan saham keuntungan. Ada apa?" tanya Damian ketika ia menyadari tuannya yang tak biasa.
Tampak Gavin menopang dagunya dengan satu tangannya. "Siera semalam justru balik marah kepadaku. Dia bilang dia mengirimkan kue di kantor. Coba kau tanya. Apa memang dia menitipkan sesuatu ke resepsionist." kata Gavin.
"Baik tuan, akan segera saya tanyakan." kata Damian.
Segera pria itu menyambungkan telepon langsung ke resepsionist.
Kata resepsionist yang bernama Windi tidak menerima apa apa.
"Tuan, mereka bilang tidak menerima apapun dari nyonya." kata Damian.
"Tidak mungkin, dia marah karena hal ini. Pasti ada yang membuangnya." kata Gavin.
Gavin pun berpikir keras. Kemudian ia teringat jika ia memerintahkan penjaga untuk mengusir Siera jika wanita itu datang lagi.
"Penjaga itu. Pasti penjaga itu. Damian kau panggil penjaga depan untuk ke ruanganku." perintah Gavin.
Damian pun segera memanggil penjaga.
Penjaga yang bernama Burhan pun terkejut kala bos memanggilnya. Ia menggigil ketakutan karena tidak memberitaukan soal kejadian kemarin.
"Burhan, cepat katakan apakah wanita yang dulu pernah aku usir kemarin datang?" tanya Gavin.
Terlihat Burhan menunduk dalam. "Iya tuan. Dan saya menahannya karena tuan pernah memerintahkan untuk tidak membiarkannya masuk."
"Kamu!" seru Damian ingin memukul penjaga itu. Apa dia tidak tau jika dia adalah istri bos.
"Damian!" pekik Gavin.
Damian pun mengatupkan bibirnya dengan mata menatap nyalang penjaga itu.
"Apa dia memberikan sesuatu. Atau menitipkan sesuatu."
"Eh."
Penjaga itu pun merasa cemas. "I...iya tuan." jawab penjaga itu dengan gagap.
"Apa itu?" tanya Gavin.
"Sa...Saya memberikan kotak makan itu kepada Vera. Tetapi Vera bilang banyak wanita cantik yang memberikan bekal kepada tuan dan tuan selalu memarahinya lalu membuangnya ke tempat sampah. Dan saat itu Vera menasehatiku lalu membantu membuang kotak itu ke tempat sampah." kata penjaga itu berterus terang.
"Dasar tak berguna. Itu adalah kotak bekal yang dikirim oleh istri tuan. Apa kau tidak tau. Malah membuangnya. Cari mati!" marah Damian hampir menampar wajah penjaga itu.
Penjaga yang mendengarnya langsung memucat.
Apa! Istri.
Seketika Burhan langsung berlutut.
"Tuan, maafkan saya. Saya benar benar tidak tau. Mohon hukum saya tuan! Tapi jangan memecat saya." Kata Burhan memohon ampun.
Tampak Gavin menghela nafas.
Burhan nampak menangis deras. Ia bersujud dihadapan Gavin.
Damian merasa marah. Tetapi melihat Gavin yang begitu tenang, ia mendekati Gavin.
"Tuan, dia sudah membuang kotak itu. Nyonya jika tau pasti akan sangat marah." kata Damian.
"Dia memang sudah marah." Gavin menghela nafas. "Tapi itu juga tidak jauh dari salahku. Sekarang aku harus menebusnya." kata Gavin.
"Hah." Damian menganga karena Gavin terlihat pasrah.
"Damian, kau hukum penjaga itu saja dan untuk Vera kau pecat saja." perintah Gavin.
Penjaga yang mendengarnya berubah senang. "Tuan terima kasih karena anda tidak memecat saya." kata penjaga.
"Hm pergilah." kata Gavin.
Setelah membungkuk hormat penjaga itu keluar dari ruangan Gavin.
Gavin terdiam beberapa saat. Ia memikirkan sesuatu untuk menebus kesalahannya kepada Siera.
Saat malam Gavin menemukan Siera sudah tidur. Tetapi untungnya besok adalah weekend. Jadi ia masih memiliki waktu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments