Bab 5

Dari malam itu, mata Siera nampak membengkak. Dia juga menahan rasa laparnya karena Gavin tidak juga membuka pintu kamarnya. Hingga di pagi hari barulah Gavin membuka pintu kamar.

Siera sudah mandi dengan keramas. Meskipun di dalam kamar dia dan Gavin tidak melakukan apa apa tetapi ini adalah hari pertamanya setelah dia mengganti status.

Gavin dan Siera nampak bergandengan tangan menuju ke ruang makan untuk memulai hari mereka ketika akan berangkat bekerja.

Padahal sebelum mereka akan keluar kamar, mereka cekcok terlebih dahulu. Sehingga akhirnya Gavin mengalah. Ini masih berada di dalam lingkup keluarga Anggoro. Sebagai pria, dia juga harus menjaga wibawanya. Dan akhirnya Gavin menuruti permintaan Siera untuk saling menggandeng satu sama lain.

Di sana Anggoro dan Aulia nampak sangat senang dengan keakraban mereka. Begitu juga ibu Siera.

"Semua sudah lengkap, ayo kita mulai sarapannya." kata Aulia.

Pelayan pun menghidangkan makanan yang sudah disiapkan sejak petang. Satu persatu langsung ditata di atas meja.

Begitu makanan dihidangkan, mata Siera berbinar terang. Ia sudah lapar sejak semalam dan hari ini sepertinya ibu dan neneknya memasak lebih banyak.

Tanpa sadar ia menuangkan beberapa makanan lezat di piringnya. Sementara Gavin melihatnya dengan ekspresi datar.

Sementara ayah dan ibunya menyiapkan makanan kepada nenek dan suaminya.

Saat Handayani melihat Siera yang mengambil untuk dirinya sendiri, ia menegur putrinya.

"Putriku, kenapa kamu tidak memberikan nasi itu untuk suamimu." tegur Handayani.

Aulia dan Anggoro langsung mendongak dan menatap Siera. Apalagi saat ini Siera sudah hampir menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.

Ketika semua tatapan teralih padanya, ia pun meringis dan tertawa kering.

"Iya, bu ini juga mau diberikan sama Gavin." kata Siera meletakkan sendok. Ia pun menyerahkan sepiring dengan lauk penuh kepada Gavin.

Sementara Gavin mengerutkan keningnya seraya menatap piring yang begitu penuh. "Apa aku babi!" desis Gavin di dalam hati.

Meskipun begitu, Gavin tetap menerimanya dengan pasrah.

Semua keluarga Anggoro pun lega. Mereka melanjutkan sarapannya setelah Siera mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

Setelah sarapan selesai, perut Gavin terasa begah. Ia merasa tidak nyaman pada bagian perutnya.

Drttt drttt drttt

Tepat saat ini telepon masuk dari Damian. "Halo."

Kali ini Gavin sedang duduk di teras samping untuk menyegarkan matanya. "Ada apa?" tanya Gavin.

"Tidak tuan, saya hanya ingin menyampaikan ucapan selamat kepada tuan. Sejak tuan tidak masuk kerja, saya sibuk mengurusi perusahaan. Dan baru sempat hari ini mengucapkan selamat kepada tuan." ujar Damian dari sebrang sana.

Gavin menggeram tetapi ia hanya berdehem sebagai jawaban. "Hm."

"Baiklah tuan, semoga anda menjalani hari indah bersama istri anda. Saya lanjut kerja dulu." setelah itu Damian buru buru menutup telepon. Takut Gavin akan murka.

Gavin menghela nafas seraya menyimpan ponselnya ke dalam saku celana.

Ternyata berhari hari tidak kerja sangatlah membosankan. Tetapi ini masih dalam hari cuti. Gavin tidak dapat melakukan apa apa selain hanya duduk diam.

Sementara Siera kini sudah mulai sibuk. Pemindahan pabrik di kertanegara membuat dirinya harus pergi ke tempat konstruksi.

Namun sebelum pergi sebagai seorang istri ia harus mendapatkan ijin lebih dulu kepada suaminya. Ia pun mencari Gavin kemana mana. Setelah beberapa putaran sang pelayan mengatakan jika Gavin berada di teras samping.

Siera pun segera bergegas kesana.

"Gavin." panggil Siera

Pria itu yang menatap lurus ke arah taman pun menoleh. Siera mengenakan pakaian kerja. Ia nampak anggun dengan dress berwarna putih yang dibalut dengan cardigan di bagian atasnya.

"Aku akan pergi ke tempat konstruksi. hari ini adalah hari pertama pembangunan pabrik." kata Siera.

"Aku akan mengantarmu." kata Gavin menimpali.

"Tidak perlu, aku memiliki sopir. Biar sopir saja yang mengantar." kata Siera buru buru menolak. Ia masih agak trauma dengan sikap Gavin.

"Aku suamimu." Ucap Gavin tegas.

Siera pun menyerah dan akhirnya mau di antar oleh Gavin. Lagi pula Gavin sangat bosan jika harus tinggal di rumah.

"Baiklah." Kata Siera.

Dalam perjalanan menuju pembangunan pabrik, mereka terlihat sama sama diam.

Gavin terlihat fokus menyetir, sementara Siera membolak balik sebuah dokumen di tangannya. Ia benar benar harus teliti dalam setiap pekerjaan jadi ia terus fokus pada dokumen.

"Siera." seru Gavin dengan suara rendahnya. Kali ini mobil yang ia kendarai berhenti di lampu merah. Membuat ia mempunyai waktu untuk sedikit santai.

"Hm." sahut Siera berdehen sekilas. Matanya tidak mau berpindah dari dokumen di pangkuannya.

Gavin menoleh seraya memperhatikan Siera yang terlihat fokus. Kemudian memerhatikan dokumen yang tengah dibaca oleh Siera.

Kemudian Gavin tidak lagi melanjutkan percakapannya, ia kembali fokus pada jalanan karena lampu merah berganti lampu hijau.

Drrrtttr drrtttt drrtttt

"Halo." sapa Siera mengalihkan pandangan dari pangkuan menatap lurus ke depan.

"Nona, apakah anda akan datang kemari. Pembangunan pabrik akan segera dimulai?" tanya Asisten Siera bernama Santi.

"Iya. Sebentar lagi aku akan sampai." jawab Siera seraya melihat jam di tangannya.

"Baik, saya akan menunggu anda." kata Santi kemudian sambungan di tutup.

Siera menyimpan ponselnya kembali ke dalam tas. Ia lupa memberitaukan alamatnya kepada Gavin ketika menyadari dirinya kini sudah di jalanan.

"Ach Gavin, konstruksi itu berada di jalan merpati nomer 13. Aku hampir lupa memberitaumu soal ini."

Gavin mengangguk. Kemudian Siera baru teringat kala tadi Gavin memanggilnya.

"Oh ya, tadi kau mau bicara apa?" tanya Siera seraya menoleh ke arah Gavin.

"Tidak jadi karena kau sudah mengatakannya." Kata Gavin tetap serius dalam mengemudi.

Siera tersenyum canggung.

"Sebagai pimpinan aku benar benar harus fokus. Jadi aku minta maaf." kata Siera.

Gavin tampak mengerutkan keningnya. "Soal semalam, apa kau juga tidak ingin minta maaf." kata Gavin. Semalam ia benar benar kesal terlepas dia telah di tampar oleh Siera.

"Egh..."

"Ckckckck, kau bahkan melupakan hal itu." Gavin mencibir.

"Gavin." pekik Siera melotot ke arah Gavin ia benar benar tidak ingin membicarakan hal ini. "Itu karena kamu terlalu kasar padaku. Ciuman itu adalah ciuman pertamaku."

Gavin terkejut dengan penuturan Siera namun juga sekaligus senang. Siera ternyata masih menjaga keperawanannya selama ini. Ia pikir setelah berpisah jauh, wanita itu akan melakukan hal di luar dugaannya.

"Gavin kau juga sangat berubah sekarang." kata Siera dengan nada kecewa.

"Aku berubah?" kata Gavin tertawa mengejek. "Aku tetaplah Gavin yang sama. Apanya yang berubah?" kata Gavin berubah serius.

"Kau berubah kasar sekarang." dengus Siera. Ia memalingkan wajahnya menatap luar jendela. Ia merasa kecewa sejak pertama kali bertemu.

Keadaan menjadi hening. Tidak ada percakapan lagi di antara mereka.

Hingga mobil telah sampai di jalan merpati nomer 13. Keduanya turun bersamaan.

Santi segera menghampiri ketika melihat Siera datang.

"Nona Siera, ini helmmu. Kau harus mengenakannya karena ini daerah berbahaya." kata santi.

Siera mengangguk dan menerima helem itu lalu mengenakannya.

Santi membawa Siera berjalan jalan di sekitar pembangunan. Terlepas itu dia juga melupakan Gavin yang ternyata mengikutinya.

Siera memperhatikan setiap pekerja yang bekerja. Juga memerhatikan konstruktor menjelaskan tentang pembangunan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!