Bab 13

Siera membawa kue yang sudah disiapkan Wati. Tidak lupa membawa makan siang sekaligus. Dia keluar menuju garasi dan masuk ke dalam mobil. Ia meletakkan kotak berisi kue dan makan siang itu di kursi samping.

Sepanjang jalan Siera membayangkan banyak hal. Hingga dua puluh menit kemudian ia telah sampai di area halaman perusahaan Gavin.

Ia mematikan mesin mobil. Membuka sabuk pengaman. Mengambil kotak berisi makanan itu lalu keluar. Tampilannya yang cantik dan elegan menarik perhatian semua orang.

Siera berjalan menuju pintu loby. Namun ketika langkahnya hampir mencapai pintu, dua orang penjaga menghadangnya.

Siera mengerutkan kening.

"Kenapa kalian menghadangku?" tanya Siera.

"Maaf nona, anda di larang masuk." kata penjaga itu.

Apa!

Dia adalah istrinya. Mengapa di larang masuk?

Seketika wajah Siera menjadi muram.

Sedangkan penjaga itu tidak merasa bersalah sama sekali. Dulu mereka pernah membawa Siera keluar dari kantor Gavin dan sampai sekarang Gavin memerintahkan untuk tidak mengizinkan Siera masuk. Sehingga penjagaan di depan pintu begitu ketat.

"Oke, karena kalian tidak mengizinkanku masuk. Tolong berikan ini pada Gavin." Siera pun hanya bisa menyerah dan memberikan kotak bekal kepada penjaga itu.

Kedua penjaga itu saling berpandangan. Merasa enggan untuk menerimanya. Tetapi karena Siera yang wajahnya penuh harap pun kedua penjaga itu menerima kotak itu.

"Baik nyonya, nanti jika pak Gavin keluar akan saya berikan." kata penjaga itu lalu menerima kotak bekal itu.

"Hm, kalau begitu aku pergi." Siera pun pergi dengan kecewa.

Setelah mobil Siera meninggalkan pelataran perusahaan Gavin.

Kedua penjaga itu membawanya ke loby.

"Apa itu?" tanya resepsionist bername tag Vera.

"Itu kotak bekal buat tuan Gavin." kata penjaga.

"Siapa yang memberinya?" tanya Vera lagi.

"Seorang wanita cantik." sahut penjaga itu lalu menaruh kotak bekal itu di atas meja.

"Kau tidak tanya apa statusnya? Di perusahaan ini sudah berulang kali wanita cantik datang membawa kotak bekal. Setiap kali memberinya ke pak Gavin. Pak Gavin malah marah marah. Lalu membuang kotak bekal itu ke tempat sampah." kata Vera.

"Benarkah?" tanya penjaga itu.

"Hm. Jadi lain kali kau langsung buang saja kotak itu. Nanti pak Gavin marah dan kalian bisa dipecat." kata Vera.

"Baiklah." penjaga itu berwajah pasrah.

Vera membantunya membuang kotak bekal itu ke tempat sampah.

"Kau pergi sana. Aku sudah membuangnya. Kau aman sekarang." kata Vera.

"Hm." penjaga itu pun kembali ke depan.

Sementara Siera pulang dengan keadaan senang. Ia membayangkan Gavin yang memakan kue buatannya pasti suka.

Drrrtttt drrttt drrttt

Ponsel Siera berdering. Membuyarkan lamunannya. Ia memencet tombol pada dasbor mobil, telepon segera tersambung.

"Santi." seketika raut wajahnya tambah senang.

"Nona, kamu di mana?" tanya Santi.

"Di jalan mau pulang." kata Siera.

"Oh, ya. Aku menemukan restoran baru. Sangat enak dan terkenal. Ayo kita makan siang bersama." kata Santi.

"Restoran mana itu?" tanya Siera.

"Dijalan Garuda nomer 13. Restoran pemuda." kata Santi.

"Oke. Aku akan menyusulmu." kata Siera.

Seketika Siera membelokkan mobilnya dan menuju jalan Garuda nomer 13 seperti yang disebutkan Santi.

Dalam 20 menit Siera pun sudah sampai di sana. Ia memarkirkan mobilnya di area parkir halaman luas restoran itu.

Siera nampak celingukan mencari keberadaan Santi, hingga Ia menemukan jika Santi duduk berada di dekat jendela. Santi melambaikan tangannya dan Siera langsung bergegas ke sana.

"Santi." kata Siera.

"Silahkan duduk nona." kata Santi seraya berdiri.

Siera segera duduk. "Bagaimana kau tau restoran ini Santi." tanya Siera penasaran. Ia meletakkan tas tangannya di kursi sampingnya.

"Haha, aku secara acak melihat digoogle. Dan ternyata tempatnya sangat bagus." kata Santi dengan malu.

Tak berapa lama makanan dihidangkan. Mata Siera berbinar terang melihat semua jenis makanan itu.

"Hm, sepertinya sangat lezat." kata Siera.

"Ini semua aku pesan sesuai kesukaan nona. Ayo kita makan." kata Santi.

"Terima kasih Santi. Kau tau jika aku memang sedang lapar." kata Siera seraya berbisik pelan. Santi langsung tertawa.

Kedua wanita cantik itu langsung makan dengan senang.

"Siera!"

Mendengar ada seseorang yang memanggil, Siera mendongakkan kepala.

"Eh Tomas. Kau disini?" Siera tersenyum dan melihat Tomas berada tak jauh darinya. Seketika Tomas langsung menghampiri Siera.

"Hei." sapa Tomas.

"Hai, kau sendirian?" tanya Siera seraya mencari keberadaan teman Tomas.

"Hm, aku menunggu seseorang." kata Tomas.

"Eh, ayo silahkan duduk. Tidak pantas membiarkan tamu berdiri." kata Siera

Tomas segera duduk.

"Kenalkan ini Santi asistenku." kata Siera memperkenalkan.

"Tomas."

"Santi."

Kata mereka masing masing menyebutkan namanya seraya berjabatan tangan.

Tomas tampak senang bercerita dan bergurau. Sama seperti dulu saat masih SMP.

"Oh, ya sebentar lagi reunian akan di adakan. Apakah kau sudah masuk digrup." tanya Tomas.

Siera menggelengkan kepala. "Belum." sahut Siera.

"Minta kontakmu, biar aku masukkan digroup." kata Tomas.

Siera memberikan nomer kontaknya sementara Tomas langsung memasukkannya ke dalam group.

Ponsel Siera terus bergetar ketika memasuki group. Siera membuka group dan membaca isinya.

"Wah, ternyata begitu banyak yang berada di group." gumam Siera.

"Benar. Mereka masing masing sudah ada yang memiliki jabatan dan ada yang menjadi ibu rumah tangga." kata Tomas.

"Dengan begini memang bisa saling komunikasi." kata Siera.

Begitu banyak pesan masuk ke dalam chat group. Siera satu persatu membacanya.

Sementara itu, Gavin telah melakukan meeting di luar kantor. Dan dia sekarang berada di restoran yang sama. Saat meeting telah selesai ia menikmati makan siangnya dengan tenang.

Tanpa sadar Damian yang menemukan Siera lebih dulu. "Tuan, itu sepertinya nyonya." kata Damian karena duduknya langsung menuju ke arah Siera.

Gavin menolehkan kepala menuju ke arah Siera. Dan benar saja itu adalah Siera. Gavin nampak mengerutkan keningnya karena Siera nampak asyik dengan pria lain yang berada di sebelahnya.

Nampak kedua manusia beda gender itu saling berdekatan. Hingga jika dari jauh nampak mereka begitu intim. Tapi sebenarnya mereka tidak terlalu dekat. Hanya sesekali Tomas melihat layar ponsel Siera dan membaca chat yang berada digroup.

"Siera, apa yang dilakukan mereka disini?" gumam Gavin dengan kesal.

Nampak Siera begitu tertawa dengan lepas, tidak seperti dirinya saat di rumah. Wanita itu seringkali meneriakinya dan suka membantah perkataannya.

Tanpa sadar Gavin mengepalkan tangannya dengan erat.

Sementara Damian sudah menyelesaikam makannya. "Tuan, saya akan membayar bill dan menunggu anda di mobil." kata Damian.

"Hm pergilah." kata Gavin.

Damian pun pergi.

Gavin tampak memerhatikan Siera yang mengobrol tanpa beban. Gavin wajahnya memerah karena kesal.

Setelah lama mengobrol, teman Tomas pun datang. Tomas berganti ke tempat duduk lain. Sementara Siera masih fokus pada ponselnya.

Tiba tiba Santi merasa ada yang memerhatikannya, ia menoleh kesana kemari hingga dia menemukan Gavin yang menatapnya dari kejauhan.

Jantung Santi langsung berdegup kencang. Ia melirik Siera yang masih asyik dengan dunianya.

"Nona, ada tuan Gavin." kata Santi dengan menarik narik baju Siera.

"Gavin? Dimana?" tanya Siera. Wanita itu meletakkan ponsel di meja dan menoleh ke sana kemari.

Dan benar saja, Gavin telah menatapnya begitu lama dengan mata yang memerah. Seketika Siera langsung meneguk air liurnya susah payah.

"Ga...Gavin." gumam Siera. "Gawat, tadi dia pasti sudah lama. Sampai dia menatapku seperti itu. Pasti dia lihat aku bersama Tomas." gerutu Siera dalam hati.

Gavin beranjak dari duduknya dan menghampiri Siera.

"Gavin, hai." Siera tersenyum canggung seraya melambaikan tangannya.

"Ayo pulang." kata Gavin.

"Egh."

Gavin adalah orang yang keras kepala. Tanpa minta persetujuan Siera, pria itu langsung menarik tangan Siera dan membawanya keluar.

"Eh mobilku." kata Siera.

"Biar nanti orangku yang ambil." kata Gavin datar.

Siera mendesah pelan.

Ia bersama Gavin masuk ke dalam mobil Gavin. Damian yang menyetir.

Sepanjang jalan, Gavin terdiam begitu lama. Karena amarahnya ia tidak ingin mengata ngatai Siera. Siera juga terdiam dan memilih memandang keluar jendela.

"Tidak mau menjelaskan." kata Gavin memulai percakapan.

"Jelaskan? Jelaskan apa?" tanya Siera mengerutkan kening.

Nampak Gavin menghela nafas.

Kemudian Siera pun teringat akan kotak bekal yang ia kirim ke kantor Gavin. Siera pun menoleh dengan wajah berbinar.

"Gavin. Bagaimana rasa kuenya?" tanya Siera.

"Kue?" Gavin tidak mengerti. Ia tampak menaikkan alisnya.

"Iya. Tadi aku membuatkan kue untukmu. Apakah kau sudah memakannya?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan. Aku tidak mendapatkan kiriman apa apa di kantor." kata Gavin jengkel.

Siera mengerutkan kening. Sudah jelas ia mengirimkan kue buatannya ke perusahaan Gavin. Atau jangan jangan penjaga tadi membuangnya. Siera pun menjadi muram. Ia mengepalkan tangannya erat erat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!