Hingga tak terasa waktu mulai beranjak siang. Siera pun tersadar ketika dia tidak menemukan Gavin. Ia menoleh ke sana kemari mencari keberadaanya.
"Nona, apa nona mencari tuan Gavin?" tanya Santi yang melihat Siera celingukan.
"emm, iya." Siera merasa malu karena pertanyaan Santi. Sebagai istri seharusnya dia tidak melupakan Gavin. Kini Gavin entah pergi kemana.
Kemudian Santi menunjuk ke sebuah gerai yang menjual minuman. "Tuan Gavin di sana." kata Santi.
Siera pun mengikuti telunjuk Santi yang mengarah pada keberadaan Gavin.
Terlihat pria itu duduk di depan gerai seraya minum air di botol. Siera tersenyum. "Terima kasih Santi. Aku terlalu fokus pada kerjaan sampai lupa kalau Gavin juga ikut denganku." Kata Siera nyengir.
Santi menggelengkan kepalanya. Bisa bisanya dia lupa sama suaminya sendiri.
Siera pun bergegas menghampiri Gavin yang sesekali minum air. Udara yang panas membuatnya terasa gerah.
"Gavin." panggil Siera. Wanita itu berjalan kesusahan karena bidang yang tidak rata apalagi ia mengenakan heels setinggi 7 cm. Hampir saja wanita itu terjerembab jika saja Gavin tidak segera menangkapnya.
"Ugh." Siera mengaduh.
"Hati hati." kata Gavin menangkap tubuh ramping Siera.
Seketika tubuh mereka saling terpaku dengan posisi Siera berada di bawah pelukan Gavin.
"Ehemm..." dehem Santi seraya tersenyum yang ditutupi dengan tangan.
Seketika Siera menarik kesadarannya. Gavin segera mengangkat tubuh Siera hingga wanita itu berdiri tegak.
Gavin pun meminta air putih di botol dari penjual lalu memberikannya kepada Siera.
"Terima kasih." Kata Siera. Ia menunduk malu seraya meminum air putih itu melalui sedotan.
Sementara Gavin terlihat cuek dan cool. Bahkan ia juga memberinya tempat duduk yang tadi ia duduki.
Santi mendekati Siera dan berbisik pelan. "Sepertinya tuan Gavin sangat perhatian pada anda. Tidak seperti yang anda ceritakan sebelumnya." kata Santi.
Siera mendelik menatap santi sehingga wanita berbalut jas kerja pun itu pun tergelak.
Kini tiba saatnya jam makan siang, para pekerja itu segera mengakhiri kerjaan mereka dan pergi ke kantin untuk makan siang.
"Nona, sudah siang. Kita akan kembali ke kantor atau mau makan disini." Tanya Santi.
Siera melihat Gavin yang sejak tadi hanya diam. "Gavin. Kau mau makan siang di mana?" tanya Siera.
Terlihat Gavin melihat jam di tangannya. "Di sekitar sini aku lihat ada restoran. Kita ke restoran saja." kata Gavin. Dia tadi melihat kondisi kantin yang tidak terawat itu. Ia sedikit jijik dengan tempat itu. Selain itu, dia adalah Bos. Biasanya dia akan makan di tempat yang mahal.
Siera menatap Santi. "Apa kau juga mau ikut?" tanya Siera kepada Santi.
Santi segera menggeleng dan menolak tawaran Siera. "Tidak perlu. Kalau begitu aku akan kembali ke kantor." kata Santi.
Wanita itu segera pergi dari hadapan Siera selepas berpamitan dengan Siera.
"Ayo kita pergi." Ajak Siera pada Gavin
"Hm." dehem Gavin.
Pria itu melangkah lebih dulu seraya menarik tangan Siera. Tampak pipi Siera memanas. Ia menggembungkan pipinya untuk mengurangi rasa panas itu.
Sesampainya di mobil Gavin membukakan pintu untuk Siera. Setelah aman, dia pun memutari mobil masuk ke dalam kursi kemudi. Mobil Siera pun melaju meninggalkan lahan konstruksi.
"Aku pikir kita harus segera pindah." Kata Gavin saat berada di perjalanan.
"Pindah?" tanya Siera mengernyit.
Gavin mengangguk. "Ya."
"Kenapa harus pindah?" tanya Siera.
"Tidak terlalu bebas jika hidup bersama keluarga besar. Aku ingin menjaga privasiku dan kau juga bisa menjaga privasimu." kata Gavin mengutarakan pikirannya.
Ia masih teringat tadi pagi saat akan pergi sarapan bersama. Dia tidak bisa jika harus berakting setiap hari. Dia ingin dirinya bebas tidak terjerat dalam ikatan.
Siera terdiam sejenak memikirkan perkataan Gavin.
"Oke. Kau benar. Jika seperti ini keluarga besar akan tau yang sebenarnya kalau kita hanya berpura pura." Siera pun setuju.
"Aku akan memerintahkan Damian untuk mencarikan rumah baru." kata Gavin.
"Hm." Siera mengangguk.
Mobil tiba di sebuah pelataran restoran. Gavin memarkirnya tidak terlalu jauh. Keduanya turun bersamaan dan masuk secara bersamaan meski mereka tidak saling menggandeng. Mereka hanya berjalan berdampingan layaknya pasangan lainnya.
Mereka duduk di bangku yang kosong. Namun karena jam makan siang adalah waktunya istirahat dijam kerja maka banyak pengunjung yang mengantre di sana.
Seketika restoran itu penuh dan ramai. Terlihat mereka saling mengobrol satu sama lain. Siera memperhatikan sekitar yang begitu ramai.
"Disini terlalu berisik. Apa kau terganggu?" tanya Siera.
Siera masih mengingat jelas kalau Gavin tidak suka keramaian saat jam makan. Jadi dia bertanya.
"Tidak apa apa. Sebentar lagi mereka akan segera pergi." kata Gavin masih terus menikmati makan siangnya.
Siera kembali menunduk dan melanjutkan menghabiskan makanan yang tersisa.
Dan benar saja, sekitar jam 12 lebih 45 para pengunjung itu berkurang satu demi satu. Restoran itu pun sedikit lengang.
"Apa kau akan pergi ke kantor atau pulang?" tanya Gavin seraya mengelap tangannya dengan tisu.
Siera meletakkan sendok dan minum air putih. Setelah air berkurang hingga setengah gelas. Wanita itu meletakkan di sampingnya. "Kita pulang saja. Di kantor belum ada persiapan apa apa. Belum sepenuhnya bekerja. Lagipula ini masih masa pemindahan." putus Siera.
Gavin melambaikan tangan dan meminta bill pada pelayan. "Kau pergilah ke mobil. Aku akan membayar bill." kata Gavin setelah pelayan itu pergi.
"Hm." Siera mengangguk. Ia mengambil tas tangan yang ia letakkan di kursi samping. Menyampirkan ke bahu dan keluar restoran.
Sementara Gavin pergi ke kasir dan membayar tagihan.
Saat Siera berjalan keluar dari restoran ada segerombolan orang mengenakan jas hitam yang hendak masuk ke dalam restoran.
"Siera!" panggil salah satu segerombolan orang berjas itu.
Seketika pandangan Siera menoleh. Ia memerhatikan wajah pria yang memanggilnya dengan seksama.
Kemudian ia teringat jelas dengan wajah yang sangat familiar baginya.
"Thomas." Siera tampak terkejut. Pria itu adalah teman kecilnya saat di SMP.
Thomas tersenyum lalu mengisyaratkan kepada yang lain untuk masuk lebih dulu.
"Hai, apa kabar Siera. Bukankah kau pindah ke kota Shine?" tanya Thomas.
"Benar. Sekarang aku kembali dan akan berbisnis di sini." kata Siera.
"Ach benarkah." tampak mata Thomas hampir tidak percaya.
Siera sudah tinggal di Shine sepuluh tahun dan kini wanita itu kembali ke tempat asalnya. Membuat Thomas terpikirkan akan cinta lamanya.
"Ya." sahut Siera mengangguk pasti.
"Bagus sekali. Lain kali aku akan melakukan reunian. Kuharap kau tidak pernah absen setelah hari ini." kata Thomas tersenyum.
"Ya, sudah lama aku selalu absen dalam reunian. Dan kegiatan ini sangat bagus bisa mengulang masa masa SMP dulu. Aku pasti datang." kata Siera.
Kemudian Thomas mengeluarkan kartu namanya dari balik saku jasnya. "Ini kartu namaku, kau bisa hubungi aku kapan saja."
"Baiklah." kata Siera menyimpan kartu nama itu ke dalam tas tangannya.
"Sepertinya aku harus masuk sudah ditunggu oleh yang lain." kata Thomas berpamitan.
"Oke."
Thomas pun masuk ke dalam sementara Siera mencari mobilnya dan masuk ke dalam mobil.
"Siapa pria tadi?" tanya Gavin begitu pria itu masuk ke dalam kursi kemudi.
"Dia Thomas, teman masa SMPku." Jawab Siera.
Gavin mengenakan sabuk pengamannya dan mulai menyalakan mesin mobil.
"Kuharap itu benar." kata Gavin lalu melajukan mobilnya meninggalkan pelataran restoran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments