Rasa Yang Tak Biasa

Seorang pria yang duduk di atas ranjang tampak terpekur. Berulang kali ia mengusap wajah kasar saat melirik pada perempuan yang terlelap tak jauh darinya.

Alan, pria muda itu masih mengingat dengan jelas kejadian beberapa jam lalu. Akibat terbakar api cemburu, pria itu kalap. Ia tak perduli wajah ketakutan Lara saat dirinya mendesak untuk menyentuh, melakukan aktifitas lebih saat nafsu Alan mendadak muncul ketika melihat istrinya sedang bersama pria lain.

Saat Alan melihat Lara sedang bersama sang Kakek, saat itu dirinya masih bisa menahan diri. Akan tetapi setelah menangkap basah dengan Diego, Alan kalap. Dilara ia bawa pulang kemudian menyalurkan hasrat di atas ranjang.

"Honey, k-kau mau apa?." Wajah Lara sudah terlihat pucat. Tentu akting ketakutan Lara semakin membuat hasrat Alan memuncak.

"Apa lagi, tentu ingin meni du ri mu." Alan menyerigai. Ia melepas kemeja dan mulai membuka gesper serta celana. "Kau salah besar jika ingin bermain-main denganku. Setelah Kakek aku yakin, tidak lama lagi Diego pun akan kau ajak tidur."

Lara yang ketakutan bersiap untuk berlari tapi Alan lebih dulu menahan dan mendorongnya ke atas ranjang. Disitulah pergumulan terjadi. Sekelebat Alan menangkap ketakutan, air mata, dan isak tertahan saat dirinya menyentuh setiap inci bagian tubuh Lara.

Meski berulang kali Alan mengucap kata jijik, namun setelah satu persatu pakaian Lara terbuka, Alan seperti terhipnotis. Tak ada sejengkal kulit pun yang luput dari sapuan bibir Alan. Pria itu seperti menemukan dunianya, terbuai oleh pesona gadis yang sejatinya sudah menjadi wanita halalnya.

Tak ada des ahan yang keluar dari bibir Lara. Perempuan itu terlihat menggigit bibir saat Alan melakukan penyatuan. Sementara Alan, pria yang sudah jauh terbuai akan nikmatnya surga dunia itu terus men desah. Meracau serta meleguh, terlebih saat pertahanan sang istri berhasil dibobol.

A-apa?.

Alan tersentak. Sejenak ia menghentikan aktifitas nikmatnya di atas tubuh Dilara. Ia tatap sudut mata perempuan dalam kukungannya yang berair. Perempuan itu menangis dalam diam.

Dia masih vir gin?.

Alan memang tak pernah menjamah wanita mana pun, akan tetapi untuk urusan perempuan yang masih tertutup segel, Alan yang berprofesi sebagai Dokter tentu mengetahui. Nafsu yang kian memburu serta mengetahui jika sang istri masih suci membuat Alan kian mengebu-gebu. Tak perduli sakit serta tangis Dilara. Alan berpacu untuk menuntaskan hasrat yang minta disalurkan setelah berbulan-bulan lamanya menikah.

"Aku tak menyangka jika kau senikmat ini," ucap Alan saat masih berada di atas tubuh Lara. Meski dipenuhi nafsu namun Alan melakukannya dengan pelan. Ia usap lembut tubuh Lara yang mulai berpeluh karna ulahnya. Perempuan itu hanya pasrah, tetap berada di bawah kendali Alan sampai pria itu mengalami ******* berulang-ulang.

Dilara tersungkur, setelah penyatuan yang terakhir kali. Tak ada lagi tenaga membuat perempuan itu jatuh dan terlelap di atas ranjang dengan posisi membelakangi Alan. Sedangkan Alan, pria itu masih menetralkan deru nafas. Menatap punggung polos Lara, dengan pikiran yang tak bisa digambarkan.

💗💗💗💗💗

Selepas malam panas yang membara untuk Lara dan Alan, sepasang suami istri itu justru terlihat canggung satu sama lain. Lara terlihat menjaga jarak, sedangkan Alan, pria itu diam namun tetap memperhatikan sang istri dari kejauhan.

Pagi ini tak ada Lara yang centil, Lara yang membuat sarapan dengan pakaian minim dan terus berbicara dengan suara manja untuk mengoda Alan. Piyama satin panjang menjadi pakaian yang dikenakan Lara pagi ini. Ia membuat sarapan pagi, tampak tertatih pun dengan wajahnya yang kusut seperti kelahan.

"Honey, sarapanmu sudah aku siapkan." Lara memangil Alan di kamar. Tanpa menunggu jawaban, perempuan itu sudah menghilang. Alan sampai tertegun melihatnya.

Saat sampai di meja makan, benar saja beberapa makanan sudah tersaji tapi kemana perempuan itu?.

Alan menghela nafas dalam. Ia pun duduk dan mulai menikmati omelet buatan Lara. Tetap terasa nikmat seperti biasa, dan semakin membuat perasaan Alan tak menentu dibuatnya.

"Bi, dimana Lara?." Alan bertanya pada seorang pelayan yang berdiri tak jauh darinya.

"Nyoya Lara pamit ke kamar, Tuan. Sepertinya kurang enak badan."

Jawaban sang pelayan membuat Alan menghela nafas dalam. Apakah Lara tak enak badan karna dirinya semalam?. Karna dirimya yang tak pernah puas, dan menginginkanya lagi dan lagi?.

Alan bangkit dari duduk, dirinya melangkah menuju ruang kerja dan mencari sesuatu di sana. Beberapa menit di dalam pria itu keluar dengan membawa beberapa macam tablet obat.

"Bi, tolong berikan ini pada Lara. Suruh dia meminumnya, dan katakan jika ini adalah perintah dariku," titah Alan seraya mengulurkan obat tersebut pada sang pelayan.

"Baik, Tuan."

Rasa yang tak menentu membuat Alan pun tak lagi menikmati makan. Ia menyudahi sarapan dan berniat untuk secepatnya ke Rumah sakit.

"Tuan, bekal anda tertinggal." Langkah Alan terhenti. Ia berbalik badan, seperti tak yakin dengan kalimat yang baru saja ia dengar.

"Bekal, Lara membuatkanku bekal?." Seperti tak percaya saat pria itu bertanya. Sedangkan Bibi pelayan tampak mengernyit. Bukankah Nyoya mereka memang membuat bekal untuk suaminya setiap hari, tapi kenapa hari ini seperti baru saja sadar?.

"Ya, Tuan. Sebelum masuk kamar Nyonya sempat menitipkannya pada saya." Bibi pelayan menjelaskan. Seperti permintaan Lara, ia pun memberikannya pada Alan meski reaksi Tuannya tersebut cukup membuatnya kebingungan.

Masih dengan rasa tak menentu Alan membawa kotak bekal tersebut bersamanya. Sesungguhnya ia ingin bertemu Lara, melihatnya atau sedikit menyapa. Akan tetapi perempuan itu memilih mengurung diri, tidak seperti hari biasanya.

Alan merasa ada yang aneh. Kenapa hari ini serasa ada yang hilang dalam diri. Saat dirinya terbangun, Lara sudah tak ada di sisi. Lara juga sudah mempersiapkan pakaian sebelum dirinya terbangun dan membersihkan diri. Lalu saat sarapan, perempuan itu justru memilih berada di kamar seperti sengaja menghindari dirinya. Ya, Tuhan. Kenapa rasanya semembingungkan ini?

Selama bekerja pun pikiran Alan tak fokus. Isi kepalanya hanya dipenuhi dengan Lara. Tentang kejadian semalam dan sakitnya Lara.Terlebih saat dihubungi, perempuan itu sama sekali tak merespon dan justru menolak panggilan darinya berulang kali.

Alan nyaris melemparkan ponselnya ke dinding. Ia kalut, terlebih Bibi pelayan mengatakan jika Lara mau meminum obat tetapi tidak mau makan. Lara mengunci diri, tak merespon meski Bibi pelayan mengetuk pintu kamar berkali-kali.

"Setidaknya angkat panggilanku, Lara," geram Alan. Dia tak bisa tenang. Ponsel yang semula di gengaman kini benar-benar terhempas kelantai. Hancur tercerai-berai, sama seperti apa yang dirasakan Lara saat ini.

Tbc.

Terpopuler

Comments

yesi yuniar

yesi yuniar

semangat alan buat mendapatkan dilara 🤗

2023-08-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!