Kemarahan Alan Part. 2

Laporan dari Leo yang mengatakan jika Lara sedang berbicara dengan Diego, membuat Alan tak tahan untuk keluar ruangan dan mencari tau akan kebenarannya. Benar saja, dari jarak beberapa meter sepasang mata tajam Alan menangkap kedua insan tersebut berbicara saling berhadapan.

Ingin tak perduli tetapi langkah kaki Alan seolah berbicara lain. Pria tampan itu seakan terbakar cemburu mana kala melihat istrinya berbicara dengan pria lain, terlebih baik Lara atau pun Diego terlihat bercanda dan tertawa lepas. Hati Alan menolak untuk terima.

Kaki panjangnya melangkah lebar mendekati dua insan yang sepertinya masih saling tertawa. Lara tak menyadari kedatangan Alan, begitu pun dengan Diego. Sampai suara deheman yang keluar dari mulut Alan, menghentikan derai tawa kedua insan tersebut.

"Ehem."

Pandangan Lara dan Diego kini tertuju pada sosok pria bertubuh tinggi tegap yang bari saja muncul diantara mereka. Diego tampak biasa saja, sementara Lara terkejut luar biasa. Ia meneguk salivanya berat, mundur beberapa langkah selepas melihat kedua tangan Alan yang terkepal.

"Hai, Bro," sapa Diego yang tetap terlihat santai. Sejujurnya Dokter muda itu sepat melihat Alan mendekat, hanya saja ia berpura tak melihat sebab sengaja ingin membuat rivalnya itu cemburu. Cemburu?. Hah, yang benar saja.

"Lara, kenapa kau disini?." Bukan menanggapi ucapan Diego, Alan justru melempar tanya pada sang istri sedangkan yang ditanya gelagapan. Bingung ingin menjawab apa.

"H-honey, a-aku datang untuk mengantar makan siang." Lara terbata-bata menjawab. paper bag berisi kotak bekal pun tak luput ia perlihatkan.

Alan menyerigai kemudian berkata, "Mengantar makan siang tapi kau malah asik berbicara dengannya." Alan melirik pada Diego yang juga tersenyum sinis ke arahnya.

"Ya, tadinya aku ingin masuk ke ruanganmu tetapi aku lebih dulu bertemu dengan Diego kemudian kami berbicara."

Alan yang pada kenyataannya tak memiliki hubungan yang baik dengan sang istri, semakin tersulut emosi. Apa yang dikatakan Lara seperti tak ia percaya. Terlebih wajah Diego yang seperti sedang menantang.

"Ayo, ikut aku." Alan lekas mengengam pergelangan Lara begitu erat. Lara sampai meringis karna menahan sakit. Alan sendiri tak perduli, lekas ia tarik tubuh sang istri untuk menjauhi Diego dan mengikuti langkahnya.

Lara mengira jika Alan akan membawanya masuk ke ruang kerja, tapi ternyata tidak. Melewati sekian banyak pasang mata di area Rumah sakit, Alan tetap menarik pergelangan tangan sang istri sampai masuk mobil.

"Honey, kita akan kemana?." Lara bertanya meski takut-takut. Entah mengapa saat ini Alan seperti mengalami kemarahan yang lebih dari biasa. Lara yang biasanya masih berani untuk menggoda, kini seperti tanpa daya. Lara takut jika semakin menyulut amarah Alan sehingga membahayakan nyawanya.

"Kemana kau bilang?." Pertanyaan Alan sontak membuat Lara mengangguk ketakutan. "Kita akan pulang," sambung Alan kemudian setelah membanting pintu mobil hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring.

"Pu-pulang?." Setelahnya Lara tak berani lagi bicara. Kendaraan yang membawa mereka dikemudikan Alan cukup kencang. Lara hanya bisa memejamkan mata dan merapal doa demi keselamatan. Rupanya amarah Alan kali ini tak main-main.

Hening, baik Alan atau pun Lara sama-sama diam. Kendaraan pun melesat cepat, melewati kendaraan lain dan hanya butuh waktu dua puluh menit untuk bisa sampai kerumah.

💗💗💗💗💗

"Cepat keluar dan masuk ke dalam rumah," titah Alan setelah kendaraan memasuki garasi.

"T-tapi..."

"Aku bilang keluar dan cepat masuk ke dalam rumah," ulang Alan saat sang istri masih berada di tempatnya semula. Tidak keluar dari mobil dan seperti enggan untuk beranjak.

Tangan Lara yang gemetar mulai membuka sabuk pengaman. Saat mendapat tatapan tajam, Lara cepat-cepat keluar dari mobil dari masuk ke dalam rumah.

Lara berpikir keras, kiranya hal apa yang menyulut api kemarahan Alan padanya sampai semembara ini. Andai pria itu lapar, bukankah dirinya tadi ingin mengantarkan makan siang, hanya saja belum sempat diberikan karna lebih dulu bertemu dengan Diego?.

Kekalutan yang melanda membuat Lara masuk ke dalam kamar dan memilih untuk beristirahat. Akan tetapi baru saja tubuh sintal milik Lara menyentuh ranjang, pintu kamar tampak terbuka.

"Honey." Lara terkejut, tiba-tiba Alan masuk ke dalam kamar kemudian mengunci pintunya dari dalam.

Pria itu menyerigai, dengan gerakan cepat membuka jas kebesaran kemudian dua kancing kemeja atas. Di tempatnya Dilara menelan ludah, terlebih langkah kaki Alan yang semakin mendekat ke arah ranjang.

"H-honey."

"Kenapa, kau terkejut atau justru senang?." Alan berkacang pinggang, menatap aneh pada lara yang beringsut mudur dan memasang wajah ketakutan.

"Hentikan aktingmu. Bukankah selama ini kau selalu menggodaku. Berpakaian seksi untuk mengundang hasratku." Alan melangkah lebih dekat. Kacing kemejanya bahkan sudah seutuhnya terbuka. Menampakkan bagian dadaa bidang serta perutnya yang rataberotot.

Dilara menelan ludah. Ya, dirinya memang suka menggoda karna iming-iming pendidikan kelima adik-adik jika bisa mengandung benih dari Alan. Akan tetapi tidak seperti ini caranya.

"Kenapa diam!." Bentakan Alan membuat Lara berjingkat. "Kau ingin aku tiduri 'kan. Kau juga ingin sekali aku sentuh 'kan?." Alan menyerigais sinis, menatap tubuh Lara dari ujung kaki sampai kepala. "Ayo kita lalukan. Ku jamin, kau pasti tak berdaya di bawah kendaliku." Posisi yang cukup dekat membuat Alan dalam satu kali gerakan menarik pergelangan Lara. Gadis itu pun berontak namun tenaga Alan jauh lebih besar.

"Ti-tidak, ak-aku mohon ja-jangan sekarang." Lara memohon, mengiba. Wajahnya ketakutan serta peluh yang mulai bercucuran. Sesungguhnya ia tak menyalahkan sikap Alan saat ini. Bukankah dirinya memang suka mengoda. Berpakaian minim berharap Alan mau menyentuntuhnya. Tapi sekarang kenapa dirinya justru ketakutan.

"Kenapa, bukankah kau menginginkannya?. Ayolah, jangan memasang wajah sok suci. Seperti gadis lugu yang belum pernah dimasuki oleh siapa pun," cibir Alan dengan kata-kata pedas.

Lara terus meronta. Berharap ia lepas dan berlari ke kamar mandi untuk mengunci diri. Akan tetapi sebuah tamparran keras sukses membuat tubuh Lara terhunyung dan terjatuh di atas ranjang.

Keberuntungan bagi Alan, dengan sigap pria itu menindih dan mengukung tubuh Lara untuk tetap dibawahnya. Tak dibiarkan begitu saja, pria itu dengan segera menciumi bibir Lara meski sang empunya terus meronta.

Alan seperti seseorang yang sedang kalap. Akibat rasa cemburu dirinya mulai menjamah tubuh perempuan yang dulunya ia sebut jijik. Ia tak perduli meski sang gadis menolak dan terus meronta, karna setelah perempuan itu lelah bertahan, Alan lekas mengerayangi dan menyentuh semua yang ada dalam tubuh istrinya. Dalam rasa lelah, sepasang mata Dilara berair. Perempuan menangis, dalam diam dan ditengah kesakitan.

Tbc.

Terpopuler

Comments

yesi yuniar

yesi yuniar

gara2 diego ini 🙄🙄

2023-08-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!