NovelToon NovelToon

The Choice Queen

TCQ 1: Dongeng Baru

Sebuah cahaya dari langit, mirip seperti sebuah komet jatuh ke atas atap sebuah istana megah yang sangat luas. Cahaya itu kemudian masuk ke tubuh seorang wanita berpakaian putih yang sedang berbaring dengan mata terpejam di atas ranjang. Wanita tersebut berusia sekitar dua puluh tahun, berwajah cantik namun bibirnya sangat pias.

Sekilas, dia seperti sesosok mayat yang baru saja meninggal. Wanita itu hanya ditemani seorang pelayan yang sedang menangis tersedu-sedu. Bulu mata lentik milik wanita itu bergerak, menandakan bahwa masih ada kehidupan.

Kemudian, matanya terbuka tidak seberapa lama, menatap ke atas langit-langit yang dipenuhi kain sutera berwarna-warni. Samar-samar, indra pendengarannya menangkap raungan dan ratapan pelayan di sekelilingnya.

“Nonaku, betapa malangnya hidup kamu! Kompetisi pemilihan belum dimulai, tetapi kamu malah meninggal. Bagaimana kami harus menjelaskannya kepada Yang Mulia Raja?” ratap seorang pelayan. Wanita itu perlahan bangkit. Pergerakannya membuat pelayan mendongakkan kepala, lalu menatapnya dengan terkejut.

“Nonaku! Ya Tuhan, Nonaku belum meninggal!” Pelayan itu berucap syukur lalu melakukan kowtow hingga keningnya terbentur lantai berkali-kali.

Li Fengran menatap horror disertai terkejut, tubuhnya otomatis mundur ke sudut ranjang. Sikap gadis berpakaian seperti pelayan itu sangat aneh, mengapa dia melakukan kowtow yang berlebihan?

Adegan seperti ini tidak ada dalam realita nyata di dunia modern. Satu-satunya hal yang ia pikirkan hanyalah…

“Kawan, kalau boleh aku tahu, ini sedang syuting drama apa ya? Kenapa kalian melibatkanku?” tanya Li Fengran itu seperti orang linglung. Gadis pelayan itu dahinya berkerut.

“Nona, apa kamu tadi bermimpi menjadi pemain opera?”

Li Fengran itu terdiam sesaat. Matanya mengamati keadaan sekitar untuk mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi. Drama apa ini? Mengapa dia di sini?

Sutradara mana yang begitu kejam menculik seorang pembaca komik dan menjadikannya salah satu pemeran tanpa melalui casting terlebih dahulu?

Apa mungkin sutradara menculiknya dan membawanya kemari? Jangan-jangan, sutradara nakal itu telah lama mengincarnya? Lalu mengapa suasananya seperti ini? Di mana kamera dan semua kru? Mengapa hanya dia sendiri?

“Aku ingin bertemu dan bicara dengan sutradaranya!” ucap wanita itu. Namun, si pelayan jutsru terlihat semakin kebingungan. Tiba-tiba, perut Li Fengran sakit.

Setelah batuk beberapa kali, seteguk darah dimuntahkan dari dalam mulutnya. Darah tersebut mengenai pakaian dan kain selimut, membuat pelayan di sampingnya terkejut dan berteriak panik.

“Nona! Tabib! Panggil tabib!”

Li Fengran itu justru menatap darah yang keluar dari mulutnya dengan tatapan aneh. Dia mengusap sisa cairan merah itu di mulutnya, kemudian mencium baunya. Anyir. Ini adalah darah asli, bukan pewarna buatan. Kekentalannya juga sama persis dengan darah manusia asli.

“Adegan muntah darahnya asli? Apa itu adalah darahku?” tanyanya sambil menunjuk muntahan darah yang berceceran.

“Nona! Bertahanlah, saya akan memanggil tabib!”

Li Fengran masih menatap ceceran darah dengan aneh. Hebat, pikirnya. Pembuat naskah dan sutradara drama ini pasti benar-benar gila.

Li Fengran merasakan kepalanya berputar seperti perputaran planet yang mengelilingi matahari. Di matanya muncul jutaan bintang yang membulat membentuk mahkota seperti mahkota Princess Aurora yang berputar, membuat pandangan matanya agak kabur.

“Li Fengran, kamu harus memarahi sutradara itu jika bertemu nanti. Oh, jutaan bintang ini kenapa terus berputar-putar? Membuat kepalaku pusing saja!”

Melihat Li Fengran memaki diri sendiri, gadis pelayan di sampingnya sangat panik, lalu berteriak memanggil siapapun yang ada di sekitar sana. Malam sudah sangat larut, puncak musim dingin sedang berlangsung. Di malam bersalju tersebut, gadis pelayan itu menangis, meraung dan meratapi kembali kemalangan yang menimpa majikannya.

“Hei, apa kamu bisa mencubitku?” pinta Li Fengran.

Dia berharap jutaan bintang di kepalanya bisa hilang jika ada yang mencubitnya. Tapi, gadis pelayan di sampingnya menggeleng dengan cepat sambil menangis.

“Mana mungkin aku berani mencubitmu, Nona,” tolak pelayan tersebut.

Li Fengran masih linglung. Kalau dia bertemu sutradaranya nanti, dia akan memarahinya. Bisa-bisanya sutradara berbuat seperti ini. Biarpun dia tidak pernah bermain film, tapi dia tahu kualitas sebuah naskah yang bagus seperti apa.

Wanita itu tidak ingat bagaimana dia bisa jadi pemeran, karena dia hanya tahu kalau beberapa waktu lalu dia sedang membaca sebuah komik sambil menyetir dan mengalami kecelakaan beruntun.

Tunggu dulu! Sepertinya dia melupakan sesuatu!

Beberapa jam lalu, dia masih ada di jalan tol, meratapi tubuhnya yang bersimbah darah akibat kecelakaan beruntun. Saat itu, paramedis sedang melakukan intubasi dan mencoba menariknya kembali dari gerbang kematian. Li Fengran justru melihat dirinya semakin lama semakin memudar, hilang dalam kegelapan, dan tiba-tiba dia bangun di tempat ini.

“Bukankah aku sudah mati? Kalau begitu, apa ini adalah mimpi sebelum kematian datang menjemputku? Atau apakah aku dikirim ke dunia lain?” gumamnya.

Li Fengran mengira dirinya sudah gila karena terlalu banyak membaca komik dan menonton drama bergenre time travel yang kebanyakan plotnya sama. Bahkan di ambang kematian, dia masih memimpikannya. Parahnya lagi, dia bermimpi menjadi seorang pemeran.

“Ya Tuhan! Aku memang bukan orang baik, tapi aku juga tidak pernah melakukan kejahatan! Tolong jangan biarkan aku bermimpi yang aneh sebelum menuju akhirat!”

Noda darah di pakaiannya membuat Li Fengran mengingat kembali momen ketika kecelakaan itu terjadi. Dia berteriak seperti orang gila, namun suaranya tercekat. Wajahnya kembali pias, dahinya berkerut seperti sedang menahan sesuatu.

Li Fengran pingsan. Di alam bawah sadarnya, wanita itu masih bisa mendengar ratapan pilu pelayan tersebut secara samar-samar, yang perlahan menghilang karena pelayan tersebut keluar untuk mencari pertolongan.

Seorang pria bertubuh gagah berjalan memasuki Istana Changsun, istana tempat Li Fengran berada dengan langkah tegap tanpa suara. Seorang pelayan wanita lain mengikutinya dari belakang, berjalan menunduk dan berhati-hati. Pria itu menatap tubuh Li Fengran yang terpejam dengan tajam.

“Segera kirim dia keluar istana. Atur sesuai dengan rencana.”

Pelayan wanita mengangguk. Setelah itu, tanpa berkata apapun, pria itu langsung pergi. Mereka belum tahu kalau sebenarnya Li Fengran belum mati.

Dilihat dari gelagatnya, pria itu seperti seorang penjahat dan pelayan yang mengikutinya adalah bawahannya. Mereka ingin membuang Li Fengran ketika dia sedang tidak sadarkan diri.

Pelayan yang datang lalu menyuruh beberapa orang masuk. Tubuh Li Fengran dibungkus oleh kain selimut, digulung dan siap dipindahkan ke kereta yang sudah menunggu di luar istana.

Mereka melakukannya dengan hati-hati. Malam bersalju membuat istana itu sepi dan tidak ada yang memperhatikan.

Akan tetapi, ketika orang-orang itu hendak mengangkat tubuhnya, Li Fengran tiba-tiba membuka matanya. Dia menatap orang-orang asing itu dengan aneh, dahinya sampai berkerut. Reaksi keterkejutan juga tampak di wajah orang-orang itu.

“Apa kalian malaikat pencabut nyawa?”

Lalu, pelayan dan orang-orang itu berteriak seketika dengan panik. Mereka lari terbirit-birit karena ketakutan seperti melihat hantu. Benar saja, mereka lari sambil berteriak ada hantu. Li Fengran bergidik, lalu melihat ke sekelilingnya dengan ragu.

“Hantu? Apa kalian datang untuk memakanku?”

TCQ 2: Gadis Utusan

Setelah orang-orang asing itu pergi, gadis pelayan bernama Xiang Wan datang membawa sebaskom air hangat. Dia adalah pelayan yang tadi menangis meratapi nasib Li Fengran.

Melihat majikannya sudah sadar, Xiang Wan segera menghampirinya dan menanyakan keadaannya. Matanya yang sembab membuat Li Fengran sedikit iba.

“Aku baik-baik saja. Jangan menangis lagi.”

“Tapi, Nona hampir saja tidak bisa bertahan. Nona, sebaiknya kita lupakan pemilihannya dan kita pulang saja. Meskipun pasti dimarahi Tuan Besar, setidaknya kamu tidak akan menderita lagi!”

“Apakah orang-orang tadi adalah penjahat yang ingin membuangku?”

“Siapa yang Nona bicarakan? Kita hanya tinggal berdua di istana ini, tidak ada orang lain.”

Wanita itu terdiam. Li Fengran mengira mimpinya segera berakhir dan kematian datang menjemputnya. Nyatanya, dia masih ada di tempat ini.

Jika sudah begini, dia tidak punya pilihan selain bertanya untuk memperjelas realitasnya. Di sini begitu asing dan dia tidak mengenal siapapun.

“Sesuatu terjadi padaku dan aku mungkin melupakan beberapa hal. Apa kamu bisa memberitahuku kita ada di mana?” tanya Li Fengran.

“Nona, kita ada di ibukota Donghao. Ini adalah Istana Changsun. Nona datang untuk berpartisipasi dalam pemilihan calon ratu baru yang diadakan oleh Yang Mulia Ratu. Tapi Nona tiba-tiba sakit parah dan hampir tidak bertahan. Nona, bagaimana kalau kita pulang saja? Nona tidak punya banyak bakat dan itu pasti akan menyulitkanmu,” ratap Xiang Wan dengan menghiba. Sebaliknya, Li Fengran justru tidak terpengaruh oleh ekspresi menyedihkan di wajah Xiang Wan.

“Donghao? Istana Changsun, pemilihan ratu?”

The Choice Queen!

Li Fengran memikirkan situasinya. The Choice Queen? Li Fengran mengingat jelas kalau itu adalah judul komik terbaru yang dibacanya beberapa menit sebelum kecelakaan.

Ceritanya berkisah tentang seorang ratu di negeri bernama Donghao yang sakit-sakitan, lalu mengadakan kompetisi untuk memilih calon ratu baru yang akan menggantikannya ketika dia meninggal nanti. Ratu yang satu ini terlihat lemah, namun sebenarnya seorang pemikir yang dalam.

Di negeri itu, semua orang mengandalkan bakat dan kemampuan untuk bertahan hidup. Orang yang punya kekuatan kuat akan menang melawan orang berkekuatan lemah.

Dikisahkan bahwa Sang Ratu adalah seorang bangsawan dengan latar belakang keluarga yang luar biasa. Dia menjadi ratu saat usianya 18 tahun, diangkat ketika masa pemerintahan Raja Donghao berumur dua tahun.

Ratu adalah kecantikan sejati di Donghao. Dia bersanding dengan sang raja yang merupakan pria idaman gadis-gadis, yang berbakat dalam pemerintahan dan memahami seni berperang, dengan ilmu beladiri yang tinggi hingga mereka dijuluki sebagai pasangan yang sempurna.

Namun, siapa yang tahu kalau pasangan sempurna tersebut sebenarnya tidak lebih dari sebuah sandiwara saja. Sejak menikah, Raja Donghao dan ratunya tidak pernah benar-benar bersama.

Raja seperti sengaja menjauhinya, dan Ratu lebih banyak berdiam di istananya sendiri ketimbang melakukan kegiatan lain di sekitar Istana Donghao. Itu semua menyebabkan posisinya di istana kurang kuat.

Posisinya di istana kian terancam kala tubuhnya perlahan melemah dan sering sakit-sakitan. Menyadari situasi yang tidak baik untuknya, Ratu kemudian mengirimkan permohonan kepada Raja untuk memilih calon ratu baru melalui kompetisi, yang kelak akan menggantikannya.

Raja menyetujuinya dengan syarat bahwa dia tidak akan ikut campur dalam proses pemilihan.  Ratu juga meminta Raja untuk tidak memiliki selir atau menggantinya sebelum ratu yang baru diangkat atau dia meninggal.

Sang Ratu kemudian memerintahkan agar wanita bangsawan dari Empat Wilayah Kerajaan datang ke istana untuk mengikuti seleksi dan hukumnya wajib. Kepala masing-masing wilayah lantas mengirim para wanita bangsawan ke ibukota untuk mengikuti pemilihan tersebut.

Kompetisi pemilihan kemudian diadakan besar-besaran. Para wanita bangsawan diseleksi lewat pertarungan bakat. Ratu mengeliminasi banyak wanita dan membuat mereka seperti burung yang terkurung dalam sangkar, karena setiap wanita yang gagal dalam kompetisi akan dikembalikan ke wilayah masing-masing dengan dekret tidak boleh menikah.

Li Fengran tidak sempat membaca kelanjutannya karena kecelakaan mobil itu tiba-tiba menimpanya. Baiklah, anggaplah dia sedang tersesat ke dunia lain.

Pantas saja tadi dia merasa aneh karena tiba-tiba terbangun di tempat asing dengan kostum kolosal dan situasi yang tidak biasa. Ternyata itu bukan sedang syuting drama dan dia bukan diculik sutradara, tetapi dia sedang berada di bagian prolog cerita yang membawanya menyadari realitasnya saat ini.

“Jadi, aku adalah peserta pemilihan?”

Xiang Wan mengangguk.

Sial, Li Fengran kini berperan menjadi sosok dari salah satu peserta pemilihan tersebut, dia sangat syok. Tidak tahu bagaimana hari-harinya ke depannya, tetapi yang jelas hidupnya akan sulit. Mengikuti kompetisi menjadi ratu tanpa tahu apapun? Yang benar saja!

Li Fengran menghela napas dan mengeluh.  Persetan dengan pemilihan, dia hanya ingin melarikan diri sekarang. Apa daya, kondisi tubuhnya masih lemah. Tenaganya masih belum terkumpul hingga dia tidak bisa banyak bergerak.

Apalagi, di sini dia hanyalah seorang wanita lemah yang tidak mengenal siapapun, yang bisa mati kapan saja. Tunggu beberapa saat lagi sampai tubuhnya benar-benar pulih dan dia punya sedikit kekuatan, Li Fengran bertekad untuk kabur dari istana ini.

“Nona, ayo kita bersihkan noda darahnya terlebih dahulu!”

“Oh, baiklah.”

Xiang Wan lalu membantunya membersihkan diri. Pakaian yang terkena noda darah itu dilepas dan diganti dengan yang baru. Xiang Wan juga membantunya mengelap percikan darah yang menempel di kulit. Melihat kondisi itu, Li Fengran seperti sesosok hantu berdarah yang suka gentayangan.

Di tengah malam yang sangat dingin, Li Fengran keluar dari istana diam-diam. Istananya tidak dijaga dengan ketat hingga Li Fengran bisa pergi dengan leluasa. Dia melihat banyak lentera terpasang di tiang-tiang marmer yang menopang istana dan bangunan di sekitarnya.

Di tempat yang agak jauh dari Istana Changsun, tepatnya di sebuah taman kecil di luar istana, Li Fengran berdiri di tengah hamparan salju tanpa mantel musim dingin.

Dia berdiri di sana selama sepuluh menit. Li Fengran mulai merasakan kakinya beku. Ini pertama kalinya dia berada di alam terbuka tanpa pakaian penghangat.

Menatap langit yang sangat gelap yang menurunkan butiran salju, Li Fengran menghitung waktunya sendiri. Anehnya, meskipun kakinya terasa beku, suhu tubuhnya justru terasa hangat hingga dia tidak menggigil kedinginan.

Tubuhnya terasa lebih bugar sekarang. Tenaganya seperti kembali dan dia sudah tidak tampak seperti mayat hidup. Li Fengran juga heran mengapa ini bisa terjadi. Dirinya hanya ingin menghirup udara segar setelah menerima begitu banyak penjelasan yang membuat kepalanya pusing.

Li Fengran tidak menyadari kalau seseorang tengah mengawasinya dari dalam kegelapan. Dia meloncat-loncat di atas salju, menciptakan jejak kaki yang banyak di sana.

Saat Li Fengran sedang meloncat-loncat kegirangan, dia dikejutkan dengan suara seseorang yang berteriak dari arah Istana Changsun.

“Nona! Kamu di mana?”

TCQ 3: Memecahkan Kolam

Xiang Wan menemukan majikannya tengah melompat-lompat di atas salju dengan gembira. Xiang Wan panik, lalu berlari dengan cepat sambil membawa sebuah jubah berbulu yang tebal.

Xiang Wan segera menyelimuti tubuh Li Fengran dengan jubah tersebut, dia takut jika majikannya tumbang kembali.

“Nona, kau baru saja siuman! Kenapa kau melompat-lompat seperti seekor kelinci? Apa kau melihat sesuatu yang bagus?” tanya Xiang Wan bertubi-tubi.

Li Fengran tidak menanggapi pertanyaan pelayannya. Dia tetap sibuk melompat-lompat, hingga area bersalju di sekitarnya dipenuhi jejak kakinya. Li Fengran menatap angkasa yang gelap, tersenyum riang. Sama sekali tidak ada tanda bahwa dia baru saja lolos dari kematian beberapa jam yang lalu.

Dulu, Li Fengran pernah berselancar di atas salju saat dia menghabiskan waktu tahun barunya di Eropa. Saat itu, salju tengah turun. Sejak kecil, dia memiliki keistimewaan, Li Fengran selalu tahan pada suhu dingin.

Itulah sebabnya, ia merasa baik-baik saja di tempat ini. Mungkin, keistimewaannya turut membersamainya ke dunia dongeng ini.

“Xiang Wan, kembalilah! Aku ingin berjalan-jalan sebentar!”

Xiang Wan sedikit bingung dengan tingkah dan perkataan nonanya. Beberapa jam yang lalu bukankah dia masih terbaring sekarat di ranjang? Tetapi sekarang mengapa sudah pulih dengan cepat dan perilakunya justru malah aneh?

“Tapi, Nona-” Xiang Wan tidak sempat melanjutkan ucapannya karena Li Fengran telah berlari meninggalkannya sendiri. Alhasil, dia terpaksa kembali ke Istana Changsun sendirian karena tidak kuat dengan suhu udara yang semakin dingin.

Sementara itu, Li Fengran berjalan menyusuri area sekitar istana yang redup. Dia melihat cahaya kelap-kelip di beberapa bagian istana yang letaknya cukup jauh namun masih bisa ditangkap oleh mata telanjang. Li Fengran baru sadar kalau letak Istana Changsun ternyata lebih jauh dari yang dia kira.

Tidak hanya itu, istana tersebut juga terhalang oleh sebuah taman luas yang tertutup salju. Hanya ada jalan kecil berbatu yang di sisinya dipasangi lentera, untuk menandakan bahwa ini adalah sebuah jalan menuju sebuah istana, agar orang yang melewatinya tidak tersesat.

“Suasananya persis seperti yang kubaca. Hanya saja aku tidak tahu bagaimana akhir ceritanya.”

Li Fengran mendengus kecil. Li Fengran lalu berjalan kembali hingga dia sampai di sebuah taman lain yang ada kolam ikannya. Kolam itu membeku, persis seperti kolam yang dia lihat di film Home Alone yang selalu ditayangkan ketika libur natal tiba.

Didorong oleh rasa penasaran, Li Fengran kemudian berjongkok. Jarinya menyentuh permukaan kolam yang membeku. Entah kekuatan dari mana, es di sekitar bekas sentuhannya tiba-tiba retak, lalu retakannya menyebar hingga ke seluruh bagian kolam.

Li Fengran yang terkejut mulutnya menganga. Bagaimana ini? Dia sudah memecahkan es di kolam tersebut dan mungkin telah membangunkan para penjaga akibat kerasnya suara retakan itu.

Di negeri fantasi yang tidak diketahui  ini, para pengawal penjaga pasti menyadari fenomena aneh  yang terjadi tiba-tiba ini, atau mungkin sedang bergegas kemari karena inderanya merasakan sesuatu yang terlah terjadi.

“Oh tidak, aku harus kabur!” ucapnya.

Li Fengran lalu berlari meninggalkan kolam beku yang pecah tersebut sambil sesekali melihat ke belakang. Celah retakan kolam melebar ke segala penjuru, kemudian es di atasnya pecah. Air memercik dari dalam kolam.

Celaka, pikirnya. Pengawal pasti sedang mengejarnya saat ini. Li Fengran lalu bersembunyi di balik semak-semak yang agak jauh dari kolam tersebut, mengamati sampai situasinya benar-benar aman.

Benar saja. Tidak lama kemudian, segerombol pengawal kerajaan berseragam lengkap dan membawa tombak datang menyambangi kolam. Ekspresi para pengawal terlihat sangat terkejut. Para pengawal itu mencari ke sana kemari, tapi tidak menemukan satu orang pun.

Sambil terus bersembunyi, Li Fengran memperhatikan setiap gerak-gerik para pengawal. Kemudian, Li Fengran berjalan berjinjit, hendak kabur dari sana.

Pada sepuluh langkah pertama, semuanya aman. Tetapi, di langkahnya yang kesebelas, Li Fengran tanpa sengaja menubruk sesuatu yang keras hingga tubuhnya terhunyung ke belakang. Sambil memegangi dahinya, Li Fengran mengumpat kesal.

“Sial, kenapa pohon ini muncul dari sini?”

Li Fengran tidak menyadari kalau objek yang ditabraknya bukanlah sebuah pohon. Benar, bagaimana mungkin pohon bisa tiba-tiba muncul dan tumbuh di sini dengan cepat. Li Fengran menengadahkan kepala, matanya melotot melihat sosok pria bertubuh tegap berseragam bagus berdiri menatapnya.

Mati, pikirnya. Orang yang ditabraknya pastilah kepala pengawal. Bajunya hampir sama dengan para pengawal tadi. Bedanya, orang ini tidak membawa tombak. Wajahnya saja yang sedikit tampan dengan topi hitam di kepala. Orang itu masih menatap Li Fengran dan tidak bicara.

Karena dia adalah peserta pemilihan, kemungkinan orang di depannya tidak mengenalinya. Beberapa menit sudah berlalu tetapi orang yang ditabraknya masih diam dan terus menatapnya dengan aneh.

“Ahaha ternyata manusia. Tuan, apa kau adalah kepala pengawal? Apa kau akan membawaku kepada raja?” tanya Li Fengran sedikit gugup. Orang itu mengerutkan keningnya hingga alisnya bertaut.

“Sungguh, bukan aku yang membuat retakan itu. Apa kau bisa membiarkanku lewat? Majikanku sedang menungguku di Istana Changsun. Kau tahu kan kalau salah satu peserta pemilihan ada di sana dan sedang sakit? Aku tidak ingin menunda penyembuhannya. Jadi, geser sedikit jalannya.”

Tanpa menunggu jawaban dari pria itu, Li Fengran melewatinya. Dia begitu terburu-buru karena takut ketahuan. Terlihat sekali kalau wajahnya begitu tegang.

Bertemu dengan kepala pengawal memang kesialannya. Dia harus menghindarinya secepat yang dia bisa.

“Tunggu!”

Suara pria itu begitu berat namun tegas. Li Fengran seketika menghentikan langkahnya. Wajahnya semakin tegang. Gawat, dia ketahuan.

Li Fengran ingin sekali lari sekencang-kencangnya, atau menghilang sesaat untuk menghindari si kepala pengawal ini. Tapi tidak mungkin. Dia tidak punya kekuatan untuk melawannya. Li Fengran juga bukan bunglon yang bisa melakukan kamuflase diri.

“Ya? Apa Tuan punya perintah?” tanya Li Fengran ragu. Jaraknya dengan jarak kepala pengawal hanya terpisah sepuluh meter saja.

Jeda selama beberapa saat.

“Jangan keluar tanpa baju hangat. Cuacanya sangat dingin.”

Li Fengran menghela napas. Dia pikir dia ketahuan dan si kepala pengawal ingin menangkapnya. Syukurlah, orang itu tidak menyadari kalau dia adalah peserta pemilihan.

Mungkin, si kepala pengawal ini sedang linglung atau sedang tidak fokus. Entah sejak kapan pula Li Fengran tidak memperhatikan, tetapi jubah hangat yang tadi diselimutkan oleh Xiang Wan memang sudah tidak berada di tubuhnya.

Tidak ingin berlama-lama berhadapan dengan kepala pengawal yang menakutkan, Li Fengran hanya mengangguk lalu berjalan cepat tanpa menoleh. Tanpa sadar, kakinya tersandung batu beberapa kali hingga berdarah.

Jejak kakinya membekas di atas bebatuan bersalju. Orang itu terus menatapnya dari belakang dengan aneh, membuat Li Fengran merasa punggungnya ditusuk ribuan pisau.

Li Fengran benar-benar lega saat dirinya sampai di depan Istana Changsun. Xiang Wan yang telah lama menunggunya berlari mengampirinya ketika melihat wanita itu berdiri di pintu gerbang. Pelayan tersebut sangat khawatir karena majikannya yang baru selamat dari kematian malah keluyuran sepanjang malam.

“Nona, kau baik-baik saja? Tadi saya mendengar suara aneh dari arah istana raja, apa Nona juga mendengarnya?”

Li Fengran membelalak. Apa? Istana raja? Jadi, kolam beku yang terpecah itu ada di kawasan istana raja? Kolam itu adalah milik raja?

Li Fengran merasa seluruh dunianya tamat. Ia mengutuk dirinya yang terlalu ceroboh dan bodoh. Raja, si suami dari Ratu yang sakit itu pasti marah karena dia merusak kolam beku indahnya.

“Xiang Wan,” panggilnya.

“Ya, Nona?”

“Apa saran melarikan diri darimu masih berlaku?”

Pertanyaan bodohnya membuat Xiang Wan kebingungan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!