Disudut kamar itu, arelta terdiam, ia berusaha menenagkan hati dan pikiranya.
"Apa mungkin yang dikatakan mas Bayu itu benar. Ayah tipe orang yang pemilih, apalagi jika itu untukku pasti ayah tak akan semudah itu menerimanya, akan tetapi saat dengan Axsa, Ayah berbeda." Ucap Arelta yang berbicara sendiri.
Mendengar suara pintu terbuka, arelta segera bebalik melihatnya. "Gimana kamu sudah telpon ayah?" Tanya Axsa yang baru saja masuk dan duduk disampingnya.
"Sudah"
"Lalu, bagaimana?"
"Ayah baik-baik saja, dan ayah juga bilang sekarang dia perjalan pulang ke indonesia kemungkinan malam nanti ayah baru sampai" ujar Arelta menjelaskan walaupun Axsa tak bertanya.
"Sykurlah, kalau gitu kamu tidak perlu khawatir lagi"
Gadis berhidung mancung itu lebih memilih menggangukan kepalanya, entah mengapap ia masih memikirkan perkataan bayu.
"Apakah masih ada sesuatu yang kamu pikirkan? Mengapa wajahmu terlihat begitu risau" Tanya Axsa yang menyadari jika ada sesuatu yang masih gadis itu khawatirkan.
"Tidak ada, Axsa. Mungkin aku hanya lelah." Arelta mencoba menyembunyikam ke khwatiranya itu.
"Baiklah, kamu istrihat saja, aku juga harus pergi ke kantor hari ini, kamu tidak apa-apa kan jika aku tinggal?"
"Tidak apa-apa, Axsa. Maaf, aku tidak bisa menyiapakan sarapan untukmu"
"Tidak masalah, istitahatlah. Jangan sampai kamu sakit lagi" Axsa menarik selimut itu menutupi tubuh arelta. "Aku pergi dulu " Lanjutnya, lalu mencium kening arelta.
Arelta meranjak meraih ponselnya yang terletak diatas meja. Melihat nomor yang tak dikenal menghubunginya gadis itu memilih untuk mengabaikanya, dan kembali beristirahat,Namun ponselnya kembali berdering dari nomor yang sama, arelta menatap layar ponsel yang terus bergetar dari nomor tak dikenal.
"Kenapa nomor ini terus saja menghubungiku? Apa aku blokir saja?" Arelta menatap nomor ponsel asing itu dengan kesal. "Tapi bagaimana jika ada hal penting" gumam Arelta pada ponselnya.
Karena ponsel itu terus bergetar, pada akhirnya areltapun mengangkatnya.
"Hallo, ini siapa?" ucap arelta saat panggilan telah terhubung.
"Aku Xena, bisakah kita bertemu"
Arelta terdiam saat mendengar namun Xena, tentu saja ia mengingatnya. " untuk apa? Aku tidak punya urusan denganmu" Jawab arelta.
"Aku tahu, tapi ini tentang Axsa. ada yang perlu kau tahu, arelta. Apa kau tidak penasaran dengan semuanya?"
Ucapan itu membuat arelta terdiam, gadis merenung, pikiranya kembali pada apa yang bayu katakan.
"Baiklah, dimana kita akan bertemu" Arelta setuju untuk bertemu dengan Xena, mungkin dengan ini ia akan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
"Dicafe *** aku akan menunggumu disana"
"Baiklah aku akan segera kesana" Arelta memutuskan sambunganya.
Gadis berambut panjang itu segera meraih tas slempang kecilnya, lalu pergi menemui Xena.
**
Tak butuh waktu lama, arelta sampai di cafe yang Xena katakan. Melihat Xena yang duduk pojok samping kaca, arelta segera menghampirinya.
"Jadi apa yang kau tahu tentang, Axsa." Arelta langsung bertanya pada poinya.
"Duduklah dulu, arelta. Apakah enak jika kita mengobrol seperti ini?" ujar Xena. Tak banyak komentar Arelta segera mendaratkan bokongnya pada kursi kayu kecil itu.
"Sekarang katakan apa yang kau ketahui?" Ucap arelta
"Baiklah. Apakah kau tahu seberapa menderitanya Axsa selama ini, karena ayahmu yang sudah membunuh keluarganya?"
"Maksudmu?"
"Apakah kau bodoh? Kau pikir aku tidak tahu apa yang ayahmu perbuat pada Axsa? Apa kau masih tidak menyadari jika pernikahan itu dilakukan karena ayahmu merasa bersalah?. Tinggalkan Axsa, arelta."
" kau tidak kasihan melihatnya, karena ayahmu dia kehilangan keluarganya, dikucilkan, dan dianggap sebagai pembunuh. Sekarang kau masih ingin menyiksanya dengan membuatnya terikat dalam pernikahan ini? Dimana hatimu, arelta? " lanjut Xena.
Arelta terdiam mendengar ucapan Xena, hatinya bergejolak tak menentu, membayangkan betapa terlukanya Axsa selama ini. Tanpa sadar air mata menetes dari pelupuk matanya.
"Tap-i aku mencintainya. Aku tidak bisa meninggalkannya?"
"Apakah kau yakin tentang perasaanmu itu? apa kau yakin jika yang membuat jantungmu berdetak itu Axsa, Bukan jantung Abian yang ada Axsa?"
Lagi-lagi ucapan Xena membuat arelta terdiam, gadis itu seketika mempertanyakan perasaanya, apa benar jika yang membuat jantung berdetak selama ini bukanlah Axsa, tapi Jantung Abian yang ada ditubuh Axsa.
"Sekarang kau pilih, diantara Axsa atau Abian, siapa yang paling kau cintai?" Ucap Xena.
Bibir itu seketika menjadi keruh, arelta terdiam tak menjawab ucapan Xena, rasanya sangat sulit untuk memilih diantara Axsa atau Abian yang paling ia cintai, karena kedua memiliki posisi yang berbeda dihati Arelta.
"Kenapa kau diam saja? Apakah sekarang kau merasa ragu akan hatimu?jika kau sungguh mencintainya harusnya kau tidak ragu untuk memilihnya. Arelta."
"Aku mencintai Axsa tapi aku tak bisa memilih diantara mereka siapa yang paling aku cintai" lirihnya, entah mengapa air mata itu keluar dari pelupuk matanya.
"Itu artinya kau tidak mencintai Axsa, arelta. Karena selama ini hatimu masih untuk Abian bukan?. Aku tak bisa membayangkan jika Axsa tahu kau dan ayahmu adalah penyebab atas penderitanya selama ini, dan lagi kebohongan cinta yang kau ucapan. Aku tak bisa membayangkan betapa terlukanya, Axsa."
Tiba-tiba saja gadis itu menangis memengangi dadanya yang terasa sesak kala mendengar apa yang xena katakan. Ia tak menyangka jika drinya selama ini telah merengkut kebahagian orang lain, bahkan membawanya dalam pernikahan yang didasari atas rasa bersalah, membuatnya terseret masalah, dan membuatnya kehilangan keluarganya.
Xena tersenyum menyerigai, sepertinya rencananya untuk membuat gadis itu terhasut berhasil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments