11. Pelayan Berambut Pendek

Yuniar kembali dari kampus beberapa jam kemudian. Gadis itu memarkirkan motornya di garasi motor, melepaskan helm, tas ransel dan jaketnya, lalu menggantung jaket itu di lengannya. Gadis itu berjalan menuju pintu utama rumah Aiden.

"Eh, kamu siapa?"tanya seorang gadis berpakaian pelayan berambut pendek menghadang Yuniar, menatap Yuniar dari atas hingga ke bawah.

Pelayan itu menelisik penampilan Yuniar. Wajah gadis yang cantik, walaupun polos tanpa make-up. Berbeda dengan dirinya yang cantik karena memakai make-up.

"Saya yang merawat Tuan Aiden,"sahut Yuniar sopan. Walaupun Yuniar istri Aiden, Yuniar sudah berjanji pada Aiden, bahwa Yuniar akan merahasiakan pernikahan mereka dari siapapun. Jadi, Yuniar hanya bisa mengaku sebagai perawat Aiden.

"Merawat Tuan Aiden? Aku tidak percaya! Aku belum pernah melihat kamu. Jangan masuk sembarangan ke rumah ini!"ketus pelayan berambut pendek yang usianya kemungkinan sama dengan Yuniar itu.

"Lebih baik aku membuat perawat ini pergi, biar tidak jadi menjadi perawat Tuan Aiden. Lalu, aku akan menawarkan diri untuk menjadi perawat Tuan Aiden,"gumam pelayan berambut pendek itu dalam hati penuh rencana.

"Tapi, saya benar-benar orang yang diminta Tuan Aiden untuk merawatnya,"sahut Yuniar.

"Jangan mengaku-ngaku! Aku tidak percaya padamu. Apa buktinya jika kamu adalah orang yang merawat Tuan Aiden? Pergi sana!"ketus pelayan itu seraya mendorong Yuniar.

"Brugh"

"Akhh"pekik Yuniar yang terjatuh karena tiba-tiba di dorong pelayan itu dengan kuat, hingga dahi Yuniar yang masih di perban terbentur lantai dan kembali berdarah. Namun Yuniar tidak menyadari bahwa dahinya berdarah.

"Brakk"pelayan itu menutup pintu rumah itu lumayan kuat.

"Merawat Tuan Aiden? Aku juga bisa merawat Tuan Aiden. Membantu Tuan Aiden mandi pun, aku tidak akan keberatan,"gumam pelayan itu tersenyum-senyum sendiri. Membayangkan jika dirinya membantu Aiden mandi,"Aku akan mengusir siapa saja yang datang untuk menjadi perawat Tuan Aiden. Dengan begitu, Tuan Aiden tidak akan memiliki pilihan lain, selain dirawat oleh ku,"gumam pelayan itu masih dengan senyuman di bibirnya.

Yuniar menghela napas panjang, kemudian beranjak bangkit dari lantai. Yuniar mencoba membuka pintu di depannya itu, tapi tidak bisa.

"Tok! Tok! Tok!"

"Tolong buka!"pinta Yuniar terus mengetuk pintu dan mencoba membuka pintu itu, tapi tetap saja tidak bisa.

Yuniar menekan bel di rumah itu, agar pintu itu di buka. Pelayan berambut pendek yang masih berada di balik pintu itu pun merasa geram saat mengintip dari lubang pintu, dan melihat Yuniar lah yang mengetuk pintu dan menekan bel.

"Ceklek"

Pelayan berambut pendek itu kembali membuka pintu dengan wajah yang terlihat geram. Tangan kanannya memegang penyapu dengan erat.

"Plak"

"Plak"

"Plak"

"Akhh! Hentikan!"pekik Yuniar seraya mencoba melindungi tubuhnya dengan kedua tangannya saat tiba-tiba pelayan berambut pendek itu memukulinya dengan brutal menggunakan gagang sapu.

"Pergi dari sini! Jika tidak pergi dari sini dan berani menekan bel lagi, aku akan menyiram kamu dengan air panas!"ancam pelayan berambut pendek itu.

"Brak"

Pelayan itu kembali menutup pintu rumah itu dengan hati dongkol.

"Awas saja jika dia tidak pergi. Akan aku hajar lagi dia. Ini adalah kesempatan ku untuk merawat Tuan Aiden. Tidak akan aku biarkan satu orang perawat pun merawat Tuan Aiden. Aku lah yang harus menjadi perawat Tuan Aiden,"gumam pelayan itu tersenyum licik.

Yuniar membuang napas kasar,"Di lihat dari pakaiannya, gadis itu adalah pelayan di rumah ini. Tapi, kenapa pelayan itu terlihat benci sekali padaku? Padahal sebelumnya kami belum pernah bertemu,"gumam Yuniar dalam hati yang merasa heran dengan pelayan berambut pendek itu.

"Jangankan beristirahat, aku bahkan tidak bisa masuk ke dalam rumah suamiku sendiri. Mungkin aku hanya bisa masuk ke dalam rumah saat Tuan Aiden pulang. Entah kapan Tuan Aiden akan pulang,"gumam Yuniar dalam hati.

Yuniar hanya bisa menghela napas berkali-kali. Gadis itu terpaksa duduk di dekat pintu dan membuka catatan kuliahnya tadi. Karena tidak ingin waktunya terbuang sia-sia. Setelah mempelajari materi yang di dapatkannya tadi, Yuniar memangku laptopnya dan mulai mengerjakan tugas kuliahnya. Tidak menyadari lengannya memar berwarna kebiruan karena di pukuli pelayan berambut pendek tadi.

Tanpa terasa hari semakin beranjak sore dan Yuniar nampak fokus pada laptopnya mengerjakan tugas kuliahnya. Pintu gerbang rumah itu terbuka, membuat Yuniar mengalihkan pandangannya ke arah mobil yang bergerak masuk ke pekarangan rumah itu menuju garasi.

"Itu mobil Tuan Aiden,"gumam Yuniar dalam hati yang mengenali mobil Aiden.

Yuniar sangat ingat dengan warna dan plat mobil Aiden. Karena Yuniar sudah sering melihat Aiden memakai mobil itu. Gadis itu bergegas membereskan buku dan laptopnya, lalu memasukkannya ke dalam tas ranselnya.

Aiden yang melihat Yuniar dari dalam mobil pun mengernyitkan keningnya saat melihat Yuniar duduk di dekat pintu memangku laptop. Begitu pula dengan Roni yang juga mengernyitkan keningnya.

"Kenapa gadis itu malah duduk di dekat pintu sambil memangku laptopnya? Apa yang dia kerjakan? Apa gadis keras kepala itu menunggu aku?"gumam Aiden dalam hati.

"Kenapa nona Yuniar ada di depan pintu? Apa nona Yuniar menunggu Tuan di depan pintu lagi seperti waktu di rumah sakit kemarin? Eh, kenapa nona? Seharusnya aku memanggil dia nyonya,"gumam Roni dalam hati.

Pelayan berambut pendek tadi pun bergegas menuju pintu saat melihat mobil Aiden memasuki pekarangan rumah. Pelayan itu merapikan penampilannya agar terlihat cantik di depan Aiden.

"Aku akan menyambut kedatangan Tuan Aiden,"gumam pelayan itu tersenyum cerah.

"Apa yang kamu lakukan di sini?"tanya Aiden saat sudah berada di depan pintu. Aiden nampak terkejut melihat perban di dahi Yuniar nampak berwarna merah. Aiden juga melihat lengan Yuniar yang terlihat memar berwarna kebiruan. Karena Yuniar memakai baju lengan pendek.

"Sa..

"Ceklek "

Yuniar urung melanjutkan kata-katanya saat mendengar pintu terbuka. Pelayan berambut pendek tadi kembali terlihat.

"Selamat datang Tuan,"ucap pelayan berambut pendek itu sedikit menunduk dengan senyuman manis di bibirnya.

"Gadis itu masih di sini? Apa dia belum kapok juga setelah aku pukuli?"gumam pelayan berambut pendek itu tersenyum manis pada Aiden, tapi melirik tajam pada Yuniar.

"Ikut ke kamar ku!"titah Aiden dengan suara datarnya.

"Baik, Tuan,"sahut pelayan berambut pendek itu tersenyum lebar,"Aku di ajak Tuan ke dalam kamarnya? Aihh.. Mau di suruh apa, ya?"gumam pelayan itu dengan hati yang berbunga-bunga bergegas menghampiri Aiden.

Aiden mengernyitkan keningnya mendengar sahutan pelayan di rumahnya itu. Sedangkan Roni nampak memicingkan sebelah matanya menatap pelayan itu.

"Bukan kamu! Tapi Yuniar,"ucap Aiden datar, dan Yuniar pun langsung mendorong kursi roda Aiden ke arah kamar Aiden.

Pelayan berambut pendek itu tersenyum kecut mendengar kata-kata Aiden.

"Jadi, Tuan Aiden sudah mengenal gadis itu? Namanya Yuniar? Aku akan membuat gadis itu tidak betah tinggal di sini. Akulah yang seharusnya merawat Tuan Aiden, bukan orang lain,"gumam pelayan itu menatap ke arah Yuniar yang semakin menjauh penuh kebencian.

Pelayan berambut pendek itu adalah cucu kepala pelayan di rumah Aiden. Kedua orang tuanya sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan. Keluarganya yang tersisa adalah kakeknya, yaitu sang kepala pelayan di rumah Aiden. Sehingga pelayan muda itu agak sombong dan merasa berkuasa di rumah Aiden.

"Sam! Saminten! Kenapa kamu diam di situ? Cepat bantu menyiapkan makan malam!"ujar kepala pelayan yang tiba-tiba muncul itu pada cucunya.

"Jangan panggil aku Sam, kek! Nggak gaul tahu! Panggil Intan,"sahut pelayan yang ternyata bernama Saminten itu.

"Sudah, cepat ke dapur sana?"sahut sang kepala pelayan tidak menanggapi perkataan Saminten.

Saminten pun bergegas ke dapur dengan wajah yang bersungut-sungut. Sedangkan kepala pelayan yang bernama Wanto itu hanya bisa menghela napas panjang melihat kelakuan cucunya.

Yuniar mendorong kursi roda Aiden hingga masuk ke dalam kamar. Kamar yang begitu luas, bersih, rapi, dan terlihat mewah. Furniture yang ada di dalam kamar itu juga terlihat bukanlah furniture yang murah.

"Ambil kotak obat di laci nakas sebelah kiri tempat tidur itu! Ganti perban di dahi kamu itu! Aku tidak suka melihatnya,"ujar Aiden dengan suara datar.

"Baik,"sahut Yuniar langsung melakukan apa yang diperintahkan oleh Aiden.

"Apa yang terjadi padanya? Kenapa dahinya kembali berdarah dan lengannya terlihat memar berwarna kebiruan seperti itu?"gumam Aiden dalam hati, namun tidak mau bertanya pada Yuniar. Aiden tidak mau Yuniar merasa di perhatikan oleh dirinya. Jadi, walaupun sangat penasaran, Aiden tidak mau bertanya pada Yuniar.

Tidak bisa di pungkiri, pada awalnya Aiden memang menyukai Yuniar. Tapi, harga dirinya yang terlalu tinggi membuat Aiden merasa terhina dan terluka, sekaligus kecewa karena Yuniar mau menikah dengan dirinya bukan berdasarkan rasa suka apalagi cinta. Yuniar mau menikah dengan Aiden karena merasa bersalah dan rasa bertanggung jawab karena tanpa sengaja Yuniar menyebabkan mereka mengalami kecelakaan hingga menyebabkan kaki Aiden menjadi lumpuh.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

雅婷郭

雅婷郭

hadeuh itulah resiko org tampan kaya lagi JD bnyak benih2 pelakor hhh

2024-07-19

0

Pisces97

Pisces97

saminten merasa nyonya
minta dipanggil intan gk cocok taukk 🤭

2024-04-08

1

Imas Jubaedah

Imas Jubaedah

jangan2 c suminten ingin naik pangkat jadi nyonya rumah....

2024-01-10

1

lihat semua
Episodes
1 1. Di Hadang
2 2. Hanya Terimakasih ?
3 3. Tekad Bulat
4 4. Sama-sama Keras Kepala
5 5. Persentase
6 6. Dengan Syarat
7 7. Perjanjian Pra Nikah
8 8. Menyerah
9 9. Berbohong
10 10. Di Awasi
11 11. Pelayan Berambut Pendek
12 12. Malu
13 13. Berlagak Seperti Nyonya
14 14. Adik Aiden
15 15. Mencari Muka
16 16. Menarik
17 17. Alam Mendukung
18 18. Dari Mana Dia Tahu?
19 19. Berapa Harus Mengganti?
20 20. Senang Menggoda
21 21. Keinginan.
22 22. Sadar
23 23. Tidak Apa-apa
24 24. Bertekad
25 25. Dibalikkan
26 26. Merasa Berhasil
27 27. Aroma Kecemburuan
28 28. Membangkang
29 29. Hasil Lab
30 30. Secerah Harapan
31 31. Demi Aiden
32 32. Asumsi
33 33. Kedua
34 34. Tidak Rela
35 35. Rekaman
36 36. Memutar Balikkan Fakta
37 37. Merasa Bersalah
38 38. Pamit
39 39. Berat Hati
40 40. Mengagumi Tanpa Memiliki
41 41. Menilai
42 42. Bahagia
43 43. Cemburu, Ya?
44 44. Salah Bicara
45 45. Untung Saja
46 46. Menghindar
47 47. By
48 48. Dilema
49 49. Modus
50 50. Mengganjal
51 51. Nampak Enggan
52 52. Belum Siap
53 53. Mengantisipasi
54 54. Was-was dan Bimbang
55 55. Belum Sadar
56 56. Rendah Diri
57 57. Terkejut Dan Penasaran
58 58. Kenapa?
59 59. Jaga Hatimu!
60 60. Sesak
61 61. Karena Kamu
62 62. Kalut
63 63. Lain Kali
64 64. Magang
65 65. Menguping
66 66. Sudah Terlanjur
67 67. Latihan Ganda
68 68. Bersikap Profesional
69 69. Idaman Banget
70 70. Memilih Mengalah
71 71. MBA
72 72. Biarkan Saja
73 73. Unfaedah
74 74. Mengancam
75 75. Jika
76 76. Hanya Milikku
77 77. Suka Yang Lokal
78 78. Saran
79 79. Bekal
80 80. Malu
81 81. Formal
82 82. Mengamuk
83 83. Kamu Pantas
84 84. Tidak Berani
85 85. Meminta Bantuan
86 86. Merasa Masuk Perangkap
87 87. Emosi
88 88. Menyesal
89 89. Tidak Becus
90 90. Berpura-pura
91 91. Membantu
92 92. Diam
93 93. Merendahkan
94 94. Berniat Kabur
95 95. Kapan Bahagia?
96 96. Berita
97 97. Sedih Atau Bahagia?
98 98. Memprovokasi
99 99. Buktikan!
100 100. Cara Membujuk
101 101. Pingsan
102 102. Merasa Dikhianati
103 103. Apa Salah?
104 104. Cerai
105 105. Dengan Syarat
106 106. Solusi Yang Mana?
107 107. Mentah-mentah
108 108. Kepercayaan
109 109. Tidak Mau
110 110. Virus Abadi
111 111. Menjelaskan
112 112. Siapa Yang Datang?
113 113. Mengelola Ekspresi
114 114. Merasa Lega
115 115. Pegang Dia!
116 116. Terlalu Kuat
117 117. Apa Benar ?
118 118. Menyergap
119 119. Dasar Absurd!
120 120. Pisah Kamar
121 121. Sayangnya, Iya.
122 122. Mengunjungi
123 123. Terlalu Memuji
124 124. Perasaan Sebenarnya
125 125. Bicara Dengan Siapa?
126 126. Yang Terakhir
127 127. Resep Dan Novel Baru
Episodes

Updated 127 Episodes

1
1. Di Hadang
2
2. Hanya Terimakasih ?
3
3. Tekad Bulat
4
4. Sama-sama Keras Kepala
5
5. Persentase
6
6. Dengan Syarat
7
7. Perjanjian Pra Nikah
8
8. Menyerah
9
9. Berbohong
10
10. Di Awasi
11
11. Pelayan Berambut Pendek
12
12. Malu
13
13. Berlagak Seperti Nyonya
14
14. Adik Aiden
15
15. Mencari Muka
16
16. Menarik
17
17. Alam Mendukung
18
18. Dari Mana Dia Tahu?
19
19. Berapa Harus Mengganti?
20
20. Senang Menggoda
21
21. Keinginan.
22
22. Sadar
23
23. Tidak Apa-apa
24
24. Bertekad
25
25. Dibalikkan
26
26. Merasa Berhasil
27
27. Aroma Kecemburuan
28
28. Membangkang
29
29. Hasil Lab
30
30. Secerah Harapan
31
31. Demi Aiden
32
32. Asumsi
33
33. Kedua
34
34. Tidak Rela
35
35. Rekaman
36
36. Memutar Balikkan Fakta
37
37. Merasa Bersalah
38
38. Pamit
39
39. Berat Hati
40
40. Mengagumi Tanpa Memiliki
41
41. Menilai
42
42. Bahagia
43
43. Cemburu, Ya?
44
44. Salah Bicara
45
45. Untung Saja
46
46. Menghindar
47
47. By
48
48. Dilema
49
49. Modus
50
50. Mengganjal
51
51. Nampak Enggan
52
52. Belum Siap
53
53. Mengantisipasi
54
54. Was-was dan Bimbang
55
55. Belum Sadar
56
56. Rendah Diri
57
57. Terkejut Dan Penasaran
58
58. Kenapa?
59
59. Jaga Hatimu!
60
60. Sesak
61
61. Karena Kamu
62
62. Kalut
63
63. Lain Kali
64
64. Magang
65
65. Menguping
66
66. Sudah Terlanjur
67
67. Latihan Ganda
68
68. Bersikap Profesional
69
69. Idaman Banget
70
70. Memilih Mengalah
71
71. MBA
72
72. Biarkan Saja
73
73. Unfaedah
74
74. Mengancam
75
75. Jika
76
76. Hanya Milikku
77
77. Suka Yang Lokal
78
78. Saran
79
79. Bekal
80
80. Malu
81
81. Formal
82
82. Mengamuk
83
83. Kamu Pantas
84
84. Tidak Berani
85
85. Meminta Bantuan
86
86. Merasa Masuk Perangkap
87
87. Emosi
88
88. Menyesal
89
89. Tidak Becus
90
90. Berpura-pura
91
91. Membantu
92
92. Diam
93
93. Merendahkan
94
94. Berniat Kabur
95
95. Kapan Bahagia?
96
96. Berita
97
97. Sedih Atau Bahagia?
98
98. Memprovokasi
99
99. Buktikan!
100
100. Cara Membujuk
101
101. Pingsan
102
102. Merasa Dikhianati
103
103. Apa Salah?
104
104. Cerai
105
105. Dengan Syarat
106
106. Solusi Yang Mana?
107
107. Mentah-mentah
108
108. Kepercayaan
109
109. Tidak Mau
110
110. Virus Abadi
111
111. Menjelaskan
112
112. Siapa Yang Datang?
113
113. Mengelola Ekspresi
114
114. Merasa Lega
115
115. Pegang Dia!
116
116. Terlalu Kuat
117
117. Apa Benar ?
118
118. Menyergap
119
119. Dasar Absurd!
120
120. Pisah Kamar
121
121. Sayangnya, Iya.
122
122. Mengunjungi
123
123. Terlalu Memuji
124
124. Perasaan Sebenarnya
125
125. Bicara Dengan Siapa?
126
126. Yang Terakhir
127
127. Resep Dan Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!