Yuniar kembali dari kampus beberapa jam kemudian. Gadis itu memarkirkan motornya di garasi motor, melepaskan helm, tas ransel dan jaketnya, lalu menggantung jaket itu di lengannya. Gadis itu berjalan menuju pintu utama rumah Aiden.
"Eh, kamu siapa?"tanya seorang gadis berpakaian pelayan berambut pendek menghadang Yuniar, menatap Yuniar dari atas hingga ke bawah.
Pelayan itu menelisik penampilan Yuniar. Wajah gadis yang cantik, walaupun polos tanpa make-up. Berbeda dengan dirinya yang cantik karena memakai make-up.
"Saya yang merawat Tuan Aiden,"sahut Yuniar sopan. Walaupun Yuniar istri Aiden, Yuniar sudah berjanji pada Aiden, bahwa Yuniar akan merahasiakan pernikahan mereka dari siapapun. Jadi, Yuniar hanya bisa mengaku sebagai perawat Aiden.
"Merawat Tuan Aiden? Aku tidak percaya! Aku belum pernah melihat kamu. Jangan masuk sembarangan ke rumah ini!"ketus pelayan berambut pendek yang usianya kemungkinan sama dengan Yuniar itu.
"Lebih baik aku membuat perawat ini pergi, biar tidak jadi menjadi perawat Tuan Aiden. Lalu, aku akan menawarkan diri untuk menjadi perawat Tuan Aiden,"gumam pelayan berambut pendek itu dalam hati penuh rencana.
"Tapi, saya benar-benar orang yang diminta Tuan Aiden untuk merawatnya,"sahut Yuniar.
"Jangan mengaku-ngaku! Aku tidak percaya padamu. Apa buktinya jika kamu adalah orang yang merawat Tuan Aiden? Pergi sana!"ketus pelayan itu seraya mendorong Yuniar.
"Brugh"
"Akhh"pekik Yuniar yang terjatuh karena tiba-tiba di dorong pelayan itu dengan kuat, hingga dahi Yuniar yang masih di perban terbentur lantai dan kembali berdarah. Namun Yuniar tidak menyadari bahwa dahinya berdarah.
"Brakk"pelayan itu menutup pintu rumah itu lumayan kuat.
"Merawat Tuan Aiden? Aku juga bisa merawat Tuan Aiden. Membantu Tuan Aiden mandi pun, aku tidak akan keberatan,"gumam pelayan itu tersenyum-senyum sendiri. Membayangkan jika dirinya membantu Aiden mandi,"Aku akan mengusir siapa saja yang datang untuk menjadi perawat Tuan Aiden. Dengan begitu, Tuan Aiden tidak akan memiliki pilihan lain, selain dirawat oleh ku,"gumam pelayan itu masih dengan senyuman di bibirnya.
Yuniar menghela napas panjang, kemudian beranjak bangkit dari lantai. Yuniar mencoba membuka pintu di depannya itu, tapi tidak bisa.
"Tok! Tok! Tok!"
"Tolong buka!"pinta Yuniar terus mengetuk pintu dan mencoba membuka pintu itu, tapi tetap saja tidak bisa.
Yuniar menekan bel di rumah itu, agar pintu itu di buka. Pelayan berambut pendek yang masih berada di balik pintu itu pun merasa geram saat mengintip dari lubang pintu, dan melihat Yuniar lah yang mengetuk pintu dan menekan bel.
"Ceklek"
Pelayan berambut pendek itu kembali membuka pintu dengan wajah yang terlihat geram. Tangan kanannya memegang penyapu dengan erat.
"Plak"
"Plak"
"Plak"
"Akhh! Hentikan!"pekik Yuniar seraya mencoba melindungi tubuhnya dengan kedua tangannya saat tiba-tiba pelayan berambut pendek itu memukulinya dengan brutal menggunakan gagang sapu.
"Pergi dari sini! Jika tidak pergi dari sini dan berani menekan bel lagi, aku akan menyiram kamu dengan air panas!"ancam pelayan berambut pendek itu.
"Brak"
Pelayan itu kembali menutup pintu rumah itu dengan hati dongkol.
"Awas saja jika dia tidak pergi. Akan aku hajar lagi dia. Ini adalah kesempatan ku untuk merawat Tuan Aiden. Tidak akan aku biarkan satu orang perawat pun merawat Tuan Aiden. Aku lah yang harus menjadi perawat Tuan Aiden,"gumam pelayan itu tersenyum licik.
Yuniar membuang napas kasar,"Di lihat dari pakaiannya, gadis itu adalah pelayan di rumah ini. Tapi, kenapa pelayan itu terlihat benci sekali padaku? Padahal sebelumnya kami belum pernah bertemu,"gumam Yuniar dalam hati yang merasa heran dengan pelayan berambut pendek itu.
"Jangankan beristirahat, aku bahkan tidak bisa masuk ke dalam rumah suamiku sendiri. Mungkin aku hanya bisa masuk ke dalam rumah saat Tuan Aiden pulang. Entah kapan Tuan Aiden akan pulang,"gumam Yuniar dalam hati.
Yuniar hanya bisa menghela napas berkali-kali. Gadis itu terpaksa duduk di dekat pintu dan membuka catatan kuliahnya tadi. Karena tidak ingin waktunya terbuang sia-sia. Setelah mempelajari materi yang di dapatkannya tadi, Yuniar memangku laptopnya dan mulai mengerjakan tugas kuliahnya. Tidak menyadari lengannya memar berwarna kebiruan karena di pukuli pelayan berambut pendek tadi.
Tanpa terasa hari semakin beranjak sore dan Yuniar nampak fokus pada laptopnya mengerjakan tugas kuliahnya. Pintu gerbang rumah itu terbuka, membuat Yuniar mengalihkan pandangannya ke arah mobil yang bergerak masuk ke pekarangan rumah itu menuju garasi.
"Itu mobil Tuan Aiden,"gumam Yuniar dalam hati yang mengenali mobil Aiden.
Yuniar sangat ingat dengan warna dan plat mobil Aiden. Karena Yuniar sudah sering melihat Aiden memakai mobil itu. Gadis itu bergegas membereskan buku dan laptopnya, lalu memasukkannya ke dalam tas ranselnya.
Aiden yang melihat Yuniar dari dalam mobil pun mengernyitkan keningnya saat melihat Yuniar duduk di dekat pintu memangku laptop. Begitu pula dengan Roni yang juga mengernyitkan keningnya.
"Kenapa gadis itu malah duduk di dekat pintu sambil memangku laptopnya? Apa yang dia kerjakan? Apa gadis keras kepala itu menunggu aku?"gumam Aiden dalam hati.
"Kenapa nona Yuniar ada di depan pintu? Apa nona Yuniar menunggu Tuan di depan pintu lagi seperti waktu di rumah sakit kemarin? Eh, kenapa nona? Seharusnya aku memanggil dia nyonya,"gumam Roni dalam hati.
Pelayan berambut pendek tadi pun bergegas menuju pintu saat melihat mobil Aiden memasuki pekarangan rumah. Pelayan itu merapikan penampilannya agar terlihat cantik di depan Aiden.
"Aku akan menyambut kedatangan Tuan Aiden,"gumam pelayan itu tersenyum cerah.
"Apa yang kamu lakukan di sini?"tanya Aiden saat sudah berada di depan pintu. Aiden nampak terkejut melihat perban di dahi Yuniar nampak berwarna merah. Aiden juga melihat lengan Yuniar yang terlihat memar berwarna kebiruan. Karena Yuniar memakai baju lengan pendek.
"Sa..
"Ceklek "
Yuniar urung melanjutkan kata-katanya saat mendengar pintu terbuka. Pelayan berambut pendek tadi kembali terlihat.
"Selamat datang Tuan,"ucap pelayan berambut pendek itu sedikit menunduk dengan senyuman manis di bibirnya.
"Gadis itu masih di sini? Apa dia belum kapok juga setelah aku pukuli?"gumam pelayan berambut pendek itu tersenyum manis pada Aiden, tapi melirik tajam pada Yuniar.
"Ikut ke kamar ku!"titah Aiden dengan suara datarnya.
"Baik, Tuan,"sahut pelayan berambut pendek itu tersenyum lebar,"Aku di ajak Tuan ke dalam kamarnya? Aihh.. Mau di suruh apa, ya?"gumam pelayan itu dengan hati yang berbunga-bunga bergegas menghampiri Aiden.
Aiden mengernyitkan keningnya mendengar sahutan pelayan di rumahnya itu. Sedangkan Roni nampak memicingkan sebelah matanya menatap pelayan itu.
"Bukan kamu! Tapi Yuniar,"ucap Aiden datar, dan Yuniar pun langsung mendorong kursi roda Aiden ke arah kamar Aiden.
Pelayan berambut pendek itu tersenyum kecut mendengar kata-kata Aiden.
"Jadi, Tuan Aiden sudah mengenal gadis itu? Namanya Yuniar? Aku akan membuat gadis itu tidak betah tinggal di sini. Akulah yang seharusnya merawat Tuan Aiden, bukan orang lain,"gumam pelayan itu menatap ke arah Yuniar yang semakin menjauh penuh kebencian.
Pelayan berambut pendek itu adalah cucu kepala pelayan di rumah Aiden. Kedua orang tuanya sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan. Keluarganya yang tersisa adalah kakeknya, yaitu sang kepala pelayan di rumah Aiden. Sehingga pelayan muda itu agak sombong dan merasa berkuasa di rumah Aiden.
"Sam! Saminten! Kenapa kamu diam di situ? Cepat bantu menyiapkan makan malam!"ujar kepala pelayan yang tiba-tiba muncul itu pada cucunya.
"Jangan panggil aku Sam, kek! Nggak gaul tahu! Panggil Intan,"sahut pelayan yang ternyata bernama Saminten itu.
"Sudah, cepat ke dapur sana?"sahut sang kepala pelayan tidak menanggapi perkataan Saminten.
Saminten pun bergegas ke dapur dengan wajah yang bersungut-sungut. Sedangkan kepala pelayan yang bernama Wanto itu hanya bisa menghela napas panjang melihat kelakuan cucunya.
Yuniar mendorong kursi roda Aiden hingga masuk ke dalam kamar. Kamar yang begitu luas, bersih, rapi, dan terlihat mewah. Furniture yang ada di dalam kamar itu juga terlihat bukanlah furniture yang murah.
"Ambil kotak obat di laci nakas sebelah kiri tempat tidur itu! Ganti perban di dahi kamu itu! Aku tidak suka melihatnya,"ujar Aiden dengan suara datar.
"Baik,"sahut Yuniar langsung melakukan apa yang diperintahkan oleh Aiden.
"Apa yang terjadi padanya? Kenapa dahinya kembali berdarah dan lengannya terlihat memar berwarna kebiruan seperti itu?"gumam Aiden dalam hati, namun tidak mau bertanya pada Yuniar. Aiden tidak mau Yuniar merasa di perhatikan oleh dirinya. Jadi, walaupun sangat penasaran, Aiden tidak mau bertanya pada Yuniar.
Tidak bisa di pungkiri, pada awalnya Aiden memang menyukai Yuniar. Tapi, harga dirinya yang terlalu tinggi membuat Aiden merasa terhina dan terluka, sekaligus kecewa karena Yuniar mau menikah dengan dirinya bukan berdasarkan rasa suka apalagi cinta. Yuniar mau menikah dengan Aiden karena merasa bersalah dan rasa bertanggung jawab karena tanpa sengaja Yuniar menyebabkan mereka mengalami kecelakaan hingga menyebabkan kaki Aiden menjadi lumpuh.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
雅婷郭
hadeuh itulah resiko org tampan kaya lagi JD bnyak benih2 pelakor hhh
2024-07-19
0
Pisces97
saminten merasa nyonya
minta dipanggil intan gk cocok taukk 🤭
2024-04-08
1
Imas Jubaedah
jangan2 c suminten ingin naik pangkat jadi nyonya rumah....
2024-01-10
1