Aiden mengambil handphonenya dari saku jasnya saat benda pipih itu berdering. Setelah menatap layar handphonenya dan menyentuh gambar telepon berwarna hijau, pria itu kemudian menempelkan benda pipih itu di telinganya. Aiden terdengar berkomunikasi menggunakan bahasa asing dengan seseorang dalam sambungan telepon itu.
Yuniar duduk di sofa yang ada di dalam kamar itu dan mengambil cermin di dalam tas ranselnya. Yuniar melihat perban di dahinya yang ternyata berwarna merah.
"Dahiku pasti berdarah karena terbentur di lantai saat aku jatuh di dorong pelayan tadi,"gumam Yuniar dalam hati seraya mengobati luka di dahinya dan mengganti perbannya.
Aiden sudah selesai berbicara melalui sambungan telepon, bertepatan dengan Yuniar yang sudah selesai mengganti perbannya.
"Letakkan handphone ku di atas nakas,"titah Aiden pada Yuniar.
Yuniar bergegas mengambil handphone Aiden dan meletakkan handphone itu di atas nakas. Yuniar kembali menghampiri Aiden saat Aiden melepaskan jas nya.
Dengan ragu Yuniar membantu Aiden melepaskan jas nya, kemudian lanjut melepaskan dasi Aiden.
"Apa aku juga harus melepaskan kemejanya?"gumam Yuniar dalam hati.
"Tuan, dimana keranjang tempat baju kotornya?"tanya Yuniar yang masih berdiri di depan Aiden.
"Ada di dalam kamar mandi. Bantu aku membersihkan diri!"titah Aiden tetap dengan suara datarnya.
"I.. Iya,"sahut Yuniar terdengar gugup,"Membantu dia membersihkan diri? Astagaa.. Apa aku harus melihat Tuan Aiden tanpa pakaian?"gumam Yuniar dalam hati yang jadi merasa deg-degan.
Yuniar mendorong kursi roda Aiden ke arah kamar mandi. Sampai di dalam kamar mandi, mau tidak mau Yuniar membantu Aiden melepaskan kemeja Aiden.
Ada perasaan canggung, malu dan grogi saat Yuniar melepaskan kancing kemeja Aiden. Satu persatu kancing kemeja Aiden dilepaskan Yuniar. Dada bidang berotot dan perut sixpack Aiden pun terlihat. Yuniar menelan salivanya susah payah melihat pemandangan yang biasanya hanya di lihatnya di televisi, drama, komik dan di gambar-gambar produk khusus untuk pria itu. Sekarang pemandangan indah itu malah terpampang jelas tepat di depan matanya.
Pertama kali. Benar-benar pertama kali dalam hidup Yuniar melihat pemandangan seindah itu secara nyata. Membuat pipi gadis itu bersemu merah tanpa bisa di kontrolnya.
"Ya, Tuhan.. Tubuhnya bagus sekali,"gumam Yuniar dalam hati. Tanpa sadar gadis itu menggigit sedikit bibir bagian bawahnya.
Sedangkan Aiden dengan santainya melepaskan ikat pinggangnya di depan Yuniar.
"Bantu aku melepaskan celana ku!"titah Aiden membuyarkan lamunan Yuniar.
"Deg"
Jantung Yuniar seolah berhenti berdetak saat mendengar Aiden memintanya melepaskan celana Aiden.
"Melepaskan celananya? Ya, Tuhan.. Aku belum pernah melepaskan celana seorang pria. Bagaimana.. Bagaimana kalau sesuatu terlihat?"gumam Yuniar dalam hati. Wajah gadis itu semakin memerah.
"Kenapa diam? Bukankah kamu ingin menikah dengan ku, karena ingin merawat aku?"tanya Aiden dengan suara dan wajah datar menatap Yuniar. Padahal, dalam hati pria itu merasa gemas saat melihat pipi Yuniar yang memerah.
"Dasar gadis polos! Di suruh membantu melepaskan celana saja wajahnya sudah merah seperti kepiting rebus. Jangan-jangan pikiran gadis ini sudah traveling ke mana-mana,"gumam Aiden dalam hati.
Dengan perasaan yang tidak menentu dan jantung yang berdegup kencang, Yuniar menarik celana Aiden ke bawah. Sedangkan Aiden mengangkat bokongnya agar Yuniar bisa melepaskan celana panjang yang dipakainya. Menahan berat badannya dengan menggunakan kedua tangannya.
Wajah Yuniar benar-benar merah setelah melepas celana panjang Aiden. Yuniar melihat Aiden yang hanya menggunakan celana boxer dengan sesuatu yang terlihat menonjol di sana. Gadis itu memalingkan wajahnya dan bergegas mencari peralatan mandi untuk Aiden.
Aiden menghela napas panjang melihat Yuniar yang benar-benar terlihat canggung dan malu itu.
"Seandainya saja aku tidak cacat, walaupun kamu menikah dengan aku karena rasa bersalah, rasa tanggung jawab dan balas budi, aku pasti akan merasa sangat senang menikah dengan kamu. Aku yakin bisa membuat kamu jatuh cinta padaku. Tapi, dengan keadaan ku yang cacat seperti ini dan kamu mau menikah dengan aku dengan semua alasan itu di tambah dengan rasa kasihan, hal itu membuat aku merasa terhina,"
"Aku yang seorang Casanova malah dinikahi seorang gadis polos karena rasa kasihan. Kamu benar-benar menghancurkan harga diriku. Karena itu, aku akan membuat mu tidak betah hidup bersama ku. Kita lihat, sampai mana keras kepala mu itu akan bertahan,"guma Aiden dalam hati.
Dengan perasaan malu, canggung, jantung berdebar tidak beraturan, akhirnya Yuniar membantu Aiden membersihkan diri. Untung saja Aiden tidak memintanya untuk membantu Aiden melepaskan celana boxer Aiden. Jika Aiden menyuruh dirinya untuk melepaskan celana boxer Aiden, entah bagaimana reaksi gadis yang sampai saat ini masih perawan itu.
Masih dengan perasaan malu, canggung dan detak jantung yang tidak beraturan, Yuniar mengusapkan sabun dan menggosok tubuh Aiden. Hanya di bagian pinggang dan paha saja yang tidak di sentuh sama sekali oleh Yuniar.
"Jangan cepat-cepat! Jika kamu memandikan aku seperti itu, kamu bisa membuat tubuh ku lecet, Apa kamu pikir aku ini sapi? Hingga kamu menggosok tubuhku tanpa perasaan seperti itu,"gerutu Aiden karena Yuniar menggosok tubuhnya dengan cepat dan agak kuat.
"Ma.. Maaf!"sahut Yuniar memperlambat gerakannya menggosok tubuh Aiden.
Yuniar ingin pekerjaannya itu segera selesai. Karena jantung Yuniar yang berdetak kencang dan pipinya yang memerah benar-benar tidak dapat di kondisikan saat melihat dan bersentuhan dengan tubuh Aiden.
Sedangkan Aiden yang seorang Casanova dan sudah sering di sentuh banyak wanita pun terlihat biasa saja. Karena Yuniar benar-benar cuma memandikan dirinya. Tidak menyentuh dirinya dengan gaya menggoda.
"Kamu siapkan pakaian ganti ku di walk-in closet. Aku akan menyelesaikan mandi ku,"ujar Aiden yang ingin membersihkan area pribadinya sendiri, tanpa di lihat Yuniar. Aiden takut, gadis itu akan pingsan jika melihat sesuatu yang tersembunyi di balik celana boxer nya.
"Iya,"sahut Yuniar cepat.
"Akhhh"
"Hei!"
"Brugh "
Yuniar yang ingin cepat keluar dari kamar mandi itu malah terpeleset dan Yuniar malah terjatuh ke arah Aiden. Yuniar jatuh dengan posisi membungkuk dengan wajah yang jatuh di antara kedua paha Aiden. Dengan cepat Yuniar segera berdiri. Wajah gadis itu terlihat merah bak kepiting rebus karena malu.
"Kamu sepertinya suka sekali menjatuhkan dirimu ke pada ku,"ujar Aiden.memicingkan sebelah matanya.
"Ma.. Maaf! Sa.. Saya tidak sengaja,"ucap Yuniar tergagap.
Yuniar bergegas keluar dari kamar mandi itu dan menutup pintunya. Gadis itu bersandar di balik pintu kamar mandi dengan memegang dadanya sendiri.
"Ya, Tuhan.. seumur hidup ku, aku tidak pernah menyentuh seorang pria. Apalagi melihat dan memandikan seorang pria yang hampir telanjang seperti barusan. Dan parahnya, aku malah terjatuh dengan posisi wajah yang berada di antara kedua pahanya. Ya, Tuhan.. Aku malu sekali,"gumam Yuniar yang merasa sangat malu dengan kejadian tadi. Gadis itu mencoba menetralkan degup jantungnya yang berdetak tidak beraturan.
Setelah merasa sedikit lebih tenang, Yuniar beranjak mencari walk-in closet yang dikatakan oleh Aiden. Yuniar masuk ke sebuah ruangan yang di sana tersusun pakaian, dasi, jam tangan, jepitan dasi, pakaian dalam, dan juga deretan sepatu serta semua pernak-pernik yang biasa di gunakan oleh seorang pria.
Pakaian kerja, pakaian santai, pakaian tidur semuanya telah di susun di tempat yang berbeda-beda, hingga Yuniar tidak kesulitan untuk mengambil pakaian.
"Ruangan ini penuh dengan pakaian. Ruangan ini sudah persis seperti toko baju khusus pria saja,"gumam Yuniar.
Yuniar bergegas memilih pakaian untuk Aiden. Namun gadis itu nampak terdiam saat melihat pakaian dalam milik Aiden.
"Apa aku juga harus menyiap pakaian dalam untuk Tuan Aiden,"gumam Yuniar terlihat bimbang.
"Sudah siap?"tanya Aiden yang tiba-tiba sudah masuk ke dalam ruangan itu, membuat Yuniar terkejut.
"I.. Iya,"sahut Yuniar tergagap karena terkejut.
Yuniar membalikkan tubuhnya dan melihat Aiden yang memakai bathrobe dengan rambut yang terlihat masih basah. Wajah pria matang itu terlihat segar dan semakin rupawan.
"Tampan sekali,"gumam Yuniar dalam hati. Tanpa sadar gadis itu diam terpaku menatap wajah pria yang sudah menjadi suaminya itu.
"Kenapa kamu masih berdiri diam di situ? Bawa ke sini pakaian ku!"ujar Aiden membuat lamunan Yuniar buyar.
"I.. Iya,"sahut Yuniar dengan pipi yang bersemu merah.
"Astaga.. Kenapa aku sampai diam mematung karena terpesona melihat wajahnya? Memalukan sekali,"gumam Yuniar dalam hati.
"Ada apa dengan gadis ini? Dia sering sekali melamun dan wajahnya terlihat memerah. Apa otaknya benar-benar jadi traveling jika melihatku, hingga wajahnya selalu terlihat merah seperti malu jika melihat ku?"gumam Aiden dalam hati.
"Tuan Aiden memakai bathrobe sendiri. Pasti dia kesulitan saat memakainya,"gumam Yuniar dalam hati. Mengingat kaki Aiden yang lumpuh, Yuniar yakin jika Aiden kesulitan saat memakai bathrobe. Hal itu membuat Yuniar kembali merasa bersalah.
Yuniar bergegas menghampiri Aiden dan memberikan pakaian yang sudah di pilihnya. Aiden mengernyitkan keningnya saat Yuniar memberikan baju piyama tanpa pakaian dalam.
"Mana pakaian dalamnya?"tanya Aiden menatap Yuniar yang wajahnya kembali memerah.
"Se.. Sebentar,"sahut Yuniar yang terpaksa mengambil pakaian dalam milik Aiden.
"I.. Ini,"ucap Yuniar menyodorkan pakai dalam yang di ambilnya secara asal tadi pada Aiden.
Aiden mengambil celana boxer yang di berikan Yuniar,"Mau bantu aku untuk memakainya?"tanya Aiden santai membuat Yuniar membulatkan matanya.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Pisces97
gimana gk traveling disuguhkan pemandangan yang belum pernah niar alami ya jelas mau dong Aiden beda lah Sama temen kecantikan mu 🤭🤣🤣
2024-04-08
1
Imas Jubaedah
yuniar kan usah dewasa,pasti pikirannya traveling
2024-01-10
1
Hinarin
gimana gak traveling otak Yuniar kalo Aiden kek gini 😅
2023-12-29
2