15. bekas pukulan nenek sihir

Tapi tiba-tiba, kelopak Nakula mulai bergerak ke sana kemari, anara yang melihat itu tentu saja senang. Kemudian ia segera duduk di sisi anak pertamanya itu. Tak lama mata Nakula pun terbuka. Nakula langsung melihat ke sekelilingnya dan menemukan sang ibu yang tersenyum manis ke arahnya.

"Ibu... Apakah ibu tidak apa-apa..??" Tanya Nakula dengan suara pelan dan begitu lemah, walaupun Nakula dan Sadewa mengalami hal yang seperti ini, tapi mereka masih sempat sempatnya menghawatirkan dirinya. Saat itu juga tangis anara pecah, sejujurnya dalam hatinya ia merasa takut akan kehilangan kedua bocah ini.

"ibu tidak apa-apa sayang. seharusnya ibu yang mengatakan hal itu kepada Nakula." ujar anara dengan tangis yang tertahan. Nakula tersenyum kecil, layaknya orang yang bersikap dewasa.

Walaupun kedua bocah ini bukanlah anak kandung anara, tapi rasa sayang yang anara memiliki kepada keduanya sudah seperti kasih sayang ibu kepada anak-anaknya.

Dengan pelan, anara langsung membawa Nakula dalam pelukannya, ia memeluk tubuh mungil itu dengan erat dan menumpahkan semua sesak yang ada dalam hatinya. ia sudah mencoba untuk tidak menangis, tetapi tidak bisa, karena memang kondrat nya sudah seperti itu.

"Maafkan Ibu nak. Andai saja Ibu perginya tidak lama, pasti kalian tidak akan merasakan hal yang seperti ini hiks.. maafkan Ibu sayang dan terima kasih sudah bangun.." ujar Anara sambil terisak-isak.

Nakula yang berada dalam dekapan sang Ibu langsung mengukir senyum senang. Saat ini hatinya benar-benar menghangat mendengar penuturan sang ibu yang begitu sangat ketakutan akan kehilangan diri mereka. Dengan perlahan tapi pasti Nakula pun merangkul pinggang ibunya.

"Ibu, kami tidak apa-apa. Ibu terima kasih sudah melindungi kami. Nakula sangat menyayangimu Bu." Ujar Nakula sambil ikut terisak karena ibunya juga menangis. Nakula tidak lagi memikirkan perlakuan ibu mereka di masa lalu, yang penting saat ini sang ibu sudah menyayangi mereka.

Anara yang mendengar penuturan Nakula sontak menjadi sedikit diam dan berpikir. Andai saja Nakula dan Sadewa tahu kalau dirinya bukanlah Ibu mereka, melainkan tubuh ini diisi oleh jiwa dari zaman modern.

Apakah Nakula dan Sadewa akan mengatakan menyayangi dirinya seperti saat ini.? anara menggelengkan kepalanya sedikit, dan berusaha untuk tetap tenang. tidak, itu tidak boleh terjadi, lebih baik dirinya menyimpan sendiri kebenaran ini. ia tak ingin membuat sikembar membencinya karena mengambil alih tubuh ibu mereka.

 Tak lama si bungsu juga ikut sadar. Ia kembali melakukan hal yang sama mengedarkan pandangannya mencari keberadaan sang ibu. Ia melihat ibu dan kakaknya saling berpelukan.

"Ibu dan kakak kok saling berpelukan nggak ngajak Sadewa..." Ujar Sadewa langsung menyadarkan anara dan Nakula.

anara pun Langsung melihat ke arah anak bungsunya dan kembali merasa senang. Ia pun meletakkan Nakula dengan pelan dan berganti meraih tubuh Sang putra bungsu.

"Kamu sudah bangun sayang... Syukurlah Ibu sangat senang kalian berdua telah sadar dari pingsan kalian. Ibu sangat takut terjadi apa-apa dengan kalian." Ujar anara yang saat ini posisinya telah memangku Sadewa.

Anara pun langsung melihat Nakula yang duduk di sampingnya, Ia juga mengambil Nakula dan mendudukkannya di kaki sebelahnya kemudian memeluk kedua putranya dengan erat.

"Berjanjilah pada ibu, jika suatu saat nanti terjadi hal yang seperti ini lagi, segera lari dan selamatkan diri atau cari di mana keberadaan ibu. Untung saja Ibu cepat pulang.. kalau tidak Ibu tidak akan tahu bagaimana nasib dan kondisi kalian saat ini. Maafkan Ibu juga karena Ibu terlalu lama di hutan." Ujar anara sambil terus merangkul kedua anaknya kemudian ia menenggelamkan satu kecupan di pipi mereka masing-masing.

"Aduh ibu... Bekas pukulan nenek sihir itu masih sakit..."ujar Sadewa dengan penuturan kocaknya. Anara pun langsung tersenyum mendengar penuturan Sadewa. Kemudian ia kembali mendudukkan anak-anaknya ke tempat semula.

"Kalau begitu kalian berdua tunggu di sini ya, ibu ada oleh-oleh dari hutan. Sebentar Ibu ambilkan dulu.. Tapi Kakak sama adik udah makan kan..??" Tanya anara kepada kedua anaknya.

Nakula dan Sadewa pun saling memandang satu sama lain, tentu saja makanan yang disisakan sang ibu untuk makan siang mereka tidak bisa mereka nikmati karena ulah Dieng Sari.

Saat mereka sedang bersiap untuk menikmati makan siang mereka, Dieng Sari malah menyambar makanan itu dan menumpahkannya serta membuang tempatnya.

Mereka berdua sempat memberontak, tapi apalah daya mereka hanya seorang anak kecil yang berumur 3 tahun. Anara yang melihat ekspresi kedua anaknya langsung bertanya lagi.

"Kenapa..?? Apakah kakak dan adik belum makan..??" Tanya anara dengan suara pelan. Kedua anak itu pun langsung menganggukkan kepala mereka membenarkan apa yang telah ditanyakan oleh anara.

"Maaf Bu, saat Nakula dan Sadewa akan makan siang, ternyata nenek lampir saat itu datang dan mengamuk di rumah kita, bahkan beberapa tempat pun dihancurkan olehnya termasuk makan siang yang telah ibu sisihkan untuk kami. Jadi kami tidak bisa menikmatinya Bu.." ujar Sadewa dengan kepala tertunduk.

Mendengar aduan sang anak, anara langsung mengepalkan tangannya dengan kuat. Lagi lagi Dieng Sari membuat amarah dalam jiwa anara kembali berkobar. Tentu saja hal ini juga tidak bisa didiamkan.

"Ya sudah kalau begitu, Ibu ambilkan buahnya dulu, setelah itu nanti Ibu akan memasak makan malam untuk kita ya.. Adik sama Kakak di sini dulu dan beristirahat. Oh iya sebentar luka kalian Ibu obati dulu ya nak..."ujar anara, Ia langsung berjalan pergi ke belakang untuk menghindari penglihatan anak-anaknya.

Ia akan mengambil seleb untuk mengobati luka kedua anaknya itu. Tak lama Ia pun kembali dengan membawa obat tersebut, dan juga buah rambutan serta apel yang ia letakkan diatas nampan itu.

"Wah.. Bu itu buah apa...??" Girang keduanya.

Mata mereka berbinar-binar melihat buah tersebut. Mereka berpikir pasti buah ini sangatlah enak. Kemudian anara meletakkan buah-buahan itu di hadapan kedua anaknya.

"Makanlah, cara bukanya seperti ini." Ujar anara sambil mempraktekkan cara mengupas rambutan.

Kemudian ia mengatakan juga kepada kedua anaknya agar tidak memakan bijinya. Setelah kedua anaknya mengerti, kini anara beralih untuk mengoleskan seleb untuk mengobati luka kedua anaknya. Setelah itu anara kembali ke dapur dan mulai memasak makan malam untuk mereka.

"Kakak, buah ini sangat enak. Kemarin Ibu juga membawa buah yang warnanya kuning, setelah dibuka aku pikir rasanya tidak enak karena isinya bentuk lendir-lendir gitu, tapi setelah dicoba ternyata sangat enak !! Ditambah buah-buahan yang baru ibu bawa ini dari hutan." Ujar Sadewa sambil memperlihatkan buah rambutan dan buah apel di kedua tangannya. Nakula juga ikut tersenyum melihat kebahagiaan sang adik.

Terpopuler

Comments

nurliana

nurliana

keren syuka sama cerita wanita tangguh 🥰🥰🥰

2024-03-09

2

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

tryssabar

2024-02-20

2

nacho

nacho

😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘ok

2023-10-08

1

lihat semua
Episodes
1 1. awal sebelum kejadian
2 2. berpindah waktu
3 3. bersikap baik
4 4. sifat ibu yang berubah
5 5. buruan pertama
6 6. dapat ruang dimensi
7 7. memasak hasil buruan
8 8. membagikan makan malam di malam hari
9 9. berjanji akan merawat keduanya
10 10. baju baru untuk Nakula dan Sadewa
11 11. pergi kehutan bersama para warga buangan
12 12. buah rambutan yang manis
13 13. Amarah anara
14 14. terkejut dengan perubahan anara
15 15. bekas pukulan nenek sihir
16 16. bantuan sederhana
17 17. Adiwilaga
18 18. memulai dengan membaca buku
19 19. bibi cantik
20 20. aroma wangi dari sabun
21 21. ingin jalan-jalan
22 22. wajah cantik siapa ini ??
23 23. mitra kerjasama
24 24. dipatenkan
25 25. keadilan untuk anak kecil
26 26. sombong tapi penakut
27 27. tiga anak malang
28 28. memandikan bayi
29 29. herbal skincare
30 30. berjanji untuk mendidik dengan baik
31 31. membagikan bibit tanaman
32 32. desa buangan berubah menjadi desa yang sejuk
33 33. menangkap udang jumbo
34 34. langsung tepar
35 35. mandi dan nyebur
36 36. mayat berlumur darah
37 37. merawat
38 38. pamannya ngak makan Bu..??
39 39. tersadar
40 40. ingin berpura-pura
41 41. mirip
42 42. obat berbentuk bulat
43 43. saling suruh menyuruh
44 44. apa itu di punggung kalian ??
45 45. orang orang buangan yang melahirkan inovasi
46 46. di sambut baik
47 47. mencoba buah matoa dan lengkeng liar
48 48. hari panen
49 49. bukan raja sebenarnya
50 50. mengetahui
51 51. drama sang pangeran
52 52. rancangan mesin penggiling padi
53 53. pergi ke kota Raja
54 54. mengambil hasil
55 55. benda asing yang dikerumuni
56 56. membeli batu-bata dan tanah perekat
57 57. di cemaskan
58 58. membantu
59 59. menangis kerena bawang
60 60. pipi memerah
61 61. anara merasakannya sejak pertama kali
62 62. cemburu kah..??
63 63. meminta
64 64. pengantaran batu bata
65 65. tak di persulit
66 66. sampai kapan
67 67. raja widura
68 68. apa maksudnya
69 69. aku tidak takut
70 70. siapa yang mengutus pembunuh ??
71 71. sifat sebenarnya
72 72. lama-lama bisa gila
73 73. membawa permaisuri
74 74. terlalu rakus dengan kekuasaan
75 75. ditolak perempuan
76 76. kapan ayah kembali ??
77 77. sangat ingin bertemu cucu
78 78. apa ini istana ??
79 79. nasehat
80 80. misi yang berjalan sempurna
81 81. ingin bertemu dengan anak-anak
82 82. ingin meminta maaf
Episodes

Updated 82 Episodes

1
1. awal sebelum kejadian
2
2. berpindah waktu
3
3. bersikap baik
4
4. sifat ibu yang berubah
5
5. buruan pertama
6
6. dapat ruang dimensi
7
7. memasak hasil buruan
8
8. membagikan makan malam di malam hari
9
9. berjanji akan merawat keduanya
10
10. baju baru untuk Nakula dan Sadewa
11
11. pergi kehutan bersama para warga buangan
12
12. buah rambutan yang manis
13
13. Amarah anara
14
14. terkejut dengan perubahan anara
15
15. bekas pukulan nenek sihir
16
16. bantuan sederhana
17
17. Adiwilaga
18
18. memulai dengan membaca buku
19
19. bibi cantik
20
20. aroma wangi dari sabun
21
21. ingin jalan-jalan
22
22. wajah cantik siapa ini ??
23
23. mitra kerjasama
24
24. dipatenkan
25
25. keadilan untuk anak kecil
26
26. sombong tapi penakut
27
27. tiga anak malang
28
28. memandikan bayi
29
29. herbal skincare
30
30. berjanji untuk mendidik dengan baik
31
31. membagikan bibit tanaman
32
32. desa buangan berubah menjadi desa yang sejuk
33
33. menangkap udang jumbo
34
34. langsung tepar
35
35. mandi dan nyebur
36
36. mayat berlumur darah
37
37. merawat
38
38. pamannya ngak makan Bu..??
39
39. tersadar
40
40. ingin berpura-pura
41
41. mirip
42
42. obat berbentuk bulat
43
43. saling suruh menyuruh
44
44. apa itu di punggung kalian ??
45
45. orang orang buangan yang melahirkan inovasi
46
46. di sambut baik
47
47. mencoba buah matoa dan lengkeng liar
48
48. hari panen
49
49. bukan raja sebenarnya
50
50. mengetahui
51
51. drama sang pangeran
52
52. rancangan mesin penggiling padi
53
53. pergi ke kota Raja
54
54. mengambil hasil
55
55. benda asing yang dikerumuni
56
56. membeli batu-bata dan tanah perekat
57
57. di cemaskan
58
58. membantu
59
59. menangis kerena bawang
60
60. pipi memerah
61
61. anara merasakannya sejak pertama kali
62
62. cemburu kah..??
63
63. meminta
64
64. pengantaran batu bata
65
65. tak di persulit
66
66. sampai kapan
67
67. raja widura
68
68. apa maksudnya
69
69. aku tidak takut
70
70. siapa yang mengutus pembunuh ??
71
71. sifat sebenarnya
72
72. lama-lama bisa gila
73
73. membawa permaisuri
74
74. terlalu rakus dengan kekuasaan
75
75. ditolak perempuan
76
76. kapan ayah kembali ??
77
77. sangat ingin bertemu cucu
78
78. apa ini istana ??
79
79. nasehat
80
80. misi yang berjalan sempurna
81
81. ingin bertemu dengan anak-anak
82
82. ingin meminta maaf

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!