Tapi tiba-tiba, kelopak Nakula mulai bergerak ke sana kemari, anara yang melihat itu tentu saja senang. Kemudian ia segera duduk di sisi anak pertamanya itu. Tak lama mata Nakula pun terbuka. Nakula langsung melihat ke sekelilingnya dan menemukan sang ibu yang tersenyum manis ke arahnya.
"Ibu... Apakah ibu tidak apa-apa..??" Tanya Nakula dengan suara pelan dan begitu lemah, walaupun Nakula dan Sadewa mengalami hal yang seperti ini, tapi mereka masih sempat sempatnya menghawatirkan dirinya. Saat itu juga tangis anara pecah, sejujurnya dalam hatinya ia merasa takut akan kehilangan kedua bocah ini.
"ibu tidak apa-apa sayang. seharusnya ibu yang mengatakan hal itu kepada Nakula." ujar anara dengan tangis yang tertahan. Nakula tersenyum kecil, layaknya orang yang bersikap dewasa.
Walaupun kedua bocah ini bukanlah anak kandung anara, tapi rasa sayang yang anara memiliki kepada keduanya sudah seperti kasih sayang ibu kepada anak-anaknya.
Dengan pelan, anara langsung membawa Nakula dalam pelukannya, ia memeluk tubuh mungil itu dengan erat dan menumpahkan semua sesak yang ada dalam hatinya. ia sudah mencoba untuk tidak menangis, tetapi tidak bisa, karena memang kondrat nya sudah seperti itu.
"Maafkan Ibu nak. Andai saja Ibu perginya tidak lama, pasti kalian tidak akan merasakan hal yang seperti ini hiks.. maafkan Ibu sayang dan terima kasih sudah bangun.." ujar Anara sambil terisak-isak.
Nakula yang berada dalam dekapan sang Ibu langsung mengukir senyum senang. Saat ini hatinya benar-benar menghangat mendengar penuturan sang ibu yang begitu sangat ketakutan akan kehilangan diri mereka. Dengan perlahan tapi pasti Nakula pun merangkul pinggang ibunya.
"Ibu, kami tidak apa-apa. Ibu terima kasih sudah melindungi kami. Nakula sangat menyayangimu Bu." Ujar Nakula sambil ikut terisak karena ibunya juga menangis. Nakula tidak lagi memikirkan perlakuan ibu mereka di masa lalu, yang penting saat ini sang ibu sudah menyayangi mereka.
Anara yang mendengar penuturan Nakula sontak menjadi sedikit diam dan berpikir. Andai saja Nakula dan Sadewa tahu kalau dirinya bukanlah Ibu mereka, melainkan tubuh ini diisi oleh jiwa dari zaman modern.
Apakah Nakula dan Sadewa akan mengatakan menyayangi dirinya seperti saat ini.? anara menggelengkan kepalanya sedikit, dan berusaha untuk tetap tenang. tidak, itu tidak boleh terjadi, lebih baik dirinya menyimpan sendiri kebenaran ini. ia tak ingin membuat sikembar membencinya karena mengambil alih tubuh ibu mereka.
Tak lama si bungsu juga ikut sadar. Ia kembali melakukan hal yang sama mengedarkan pandangannya mencari keberadaan sang ibu. Ia melihat ibu dan kakaknya saling berpelukan.
"Ibu dan kakak kok saling berpelukan nggak ngajak Sadewa..." Ujar Sadewa langsung menyadarkan anara dan Nakula.
anara pun Langsung melihat ke arah anak bungsunya dan kembali merasa senang. Ia pun meletakkan Nakula dengan pelan dan berganti meraih tubuh Sang putra bungsu.
"Kamu sudah bangun sayang... Syukurlah Ibu sangat senang kalian berdua telah sadar dari pingsan kalian. Ibu sangat takut terjadi apa-apa dengan kalian." Ujar anara yang saat ini posisinya telah memangku Sadewa.
Anara pun langsung melihat Nakula yang duduk di sampingnya, Ia juga mengambil Nakula dan mendudukkannya di kaki sebelahnya kemudian memeluk kedua putranya dengan erat.
"Berjanjilah pada ibu, jika suatu saat nanti terjadi hal yang seperti ini lagi, segera lari dan selamatkan diri atau cari di mana keberadaan ibu. Untung saja Ibu cepat pulang.. kalau tidak Ibu tidak akan tahu bagaimana nasib dan kondisi kalian saat ini. Maafkan Ibu juga karena Ibu terlalu lama di hutan." Ujar anara sambil terus merangkul kedua anaknya kemudian ia menenggelamkan satu kecupan di pipi mereka masing-masing.
"Aduh ibu... Bekas pukulan nenek sihir itu masih sakit..."ujar Sadewa dengan penuturan kocaknya. Anara pun langsung tersenyum mendengar penuturan Sadewa. Kemudian ia kembali mendudukkan anak-anaknya ke tempat semula.
"Kalau begitu kalian berdua tunggu di sini ya, ibu ada oleh-oleh dari hutan. Sebentar Ibu ambilkan dulu.. Tapi Kakak sama adik udah makan kan..??" Tanya anara kepada kedua anaknya.
Nakula dan Sadewa pun saling memandang satu sama lain, tentu saja makanan yang disisakan sang ibu untuk makan siang mereka tidak bisa mereka nikmati karena ulah Dieng Sari.
Saat mereka sedang bersiap untuk menikmati makan siang mereka, Dieng Sari malah menyambar makanan itu dan menumpahkannya serta membuang tempatnya.
Mereka berdua sempat memberontak, tapi apalah daya mereka hanya seorang anak kecil yang berumur 3 tahun. Anara yang melihat ekspresi kedua anaknya langsung bertanya lagi.
"Kenapa..?? Apakah kakak dan adik belum makan..??" Tanya anara dengan suara pelan. Kedua anak itu pun langsung menganggukkan kepala mereka membenarkan apa yang telah ditanyakan oleh anara.
"Maaf Bu, saat Nakula dan Sadewa akan makan siang, ternyata nenek lampir saat itu datang dan mengamuk di rumah kita, bahkan beberapa tempat pun dihancurkan olehnya termasuk makan siang yang telah ibu sisihkan untuk kami. Jadi kami tidak bisa menikmatinya Bu.." ujar Sadewa dengan kepala tertunduk.
Mendengar aduan sang anak, anara langsung mengepalkan tangannya dengan kuat. Lagi lagi Dieng Sari membuat amarah dalam jiwa anara kembali berkobar. Tentu saja hal ini juga tidak bisa didiamkan.
"Ya sudah kalau begitu, Ibu ambilkan buahnya dulu, setelah itu nanti Ibu akan memasak makan malam untuk kita ya.. Adik sama Kakak di sini dulu dan beristirahat. Oh iya sebentar luka kalian Ibu obati dulu ya nak..."ujar anara, Ia langsung berjalan pergi ke belakang untuk menghindari penglihatan anak-anaknya.
Ia akan mengambil seleb untuk mengobati luka kedua anaknya itu. Tak lama Ia pun kembali dengan membawa obat tersebut, dan juga buah rambutan serta apel yang ia letakkan diatas nampan itu.
"Wah.. Bu itu buah apa...??" Girang keduanya.
Mata mereka berbinar-binar melihat buah tersebut. Mereka berpikir pasti buah ini sangatlah enak. Kemudian anara meletakkan buah-buahan itu di hadapan kedua anaknya.
"Makanlah, cara bukanya seperti ini." Ujar anara sambil mempraktekkan cara mengupas rambutan.
Kemudian ia mengatakan juga kepada kedua anaknya agar tidak memakan bijinya. Setelah kedua anaknya mengerti, kini anara beralih untuk mengoleskan seleb untuk mengobati luka kedua anaknya. Setelah itu anara kembali ke dapur dan mulai memasak makan malam untuk mereka.
"Kakak, buah ini sangat enak. Kemarin Ibu juga membawa buah yang warnanya kuning, setelah dibuka aku pikir rasanya tidak enak karena isinya bentuk lendir-lendir gitu, tapi setelah dicoba ternyata sangat enak !! Ditambah buah-buahan yang baru ibu bawa ini dari hutan." Ujar Sadewa sambil memperlihatkan buah rambutan dan buah apel di kedua tangannya. Nakula juga ikut tersenyum melihat kebahagiaan sang adik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Jade Meamoure
salep Thor koq jadi seleb ya 😄😄😄
2025-03-17
1
Ray
Duh bahagianya hati Anara, dan pembalasan apa yg akan dilakukan Anara nanti pada nenek sihir 🤔
Semangat buat Outhor🙏
2024-07-19
1
Dwi Setyaningrum
jaman dl buahnya hanya pisang aja ya🤔
2024-05-19
0