2 bulan kemudian...
Sita cukup bimbang dengan keputusan Bundanya, pasalnya Riska menyuruh Sita untuk keluar dari pekerjaannya dengan alasan bahwa mereka akan pindah ke Bandung tempat nini dan akinya tinggal Karena Riska dan Joko juga sudah resmi bercerai. Namun Sita meminta pada bundanya untuk diberi waktu selama tiga hari untuk berpamitan pada Bu Dewi, teman-temannya, dan pada kampusnya agar memberinya izin untuk sita tetap mengikuti perkuliahan meskipun secara online. Walaupun hal ini cukup membuat perdebatan antara Sita dan Bundanya.
"Sita, bagaimanapun kita gak bisa terus-terusan tinggal bersama tantemu. Meskipun tantemu saat ini masih mengizinkan kita untuk tinggal disini, tapi suatu saat dia akan merasa kebratan. Lebih baik kita tinggal sama nini dan aki di Bandung." jelas Riska.
"Aku tahu Bun, tapi kuliah aku tinggal setahun lagi udah selesai. Kenapa gak nunggu kuliah aku selesai aja dan Ariana juga masih sekolah disini kan?" ucap Sita lalu bertanya.
"Soal itu kamu bisa mengambil kuliah secara online dan soal Ariana kamu tenang saja, bunda akan pindahkan dia kesana juga." ucap Riskan.
"Ya udah lah terserah bunda saja, percuma Sita maksa hasilnya juga tetap sama." pungkas Sita, lalu pergi meninggalkan Riska.
Riska hanya bisa menggelangkan kepalanya, tapi bagaimana pun mereka akan tetap pergi dari rumah Sasa.
*
*
Setelah dua bulan usai, Arka memutuskan untuk ke Jakarta karena akan ada acara pesta ulang tahun Ambar. Sebenarnya acara itu hanya akan dihadiri oleh sahabat-sahabatnya termasuk Sita, dan juga seluruh anggota keluarganya.
Hari ini Arka bersama Michel hendak berbelanja kado yang akan diberikan kepada Ambar. Sebenarnya Ambar juga tak begitu suka dengan Michel sama seperti Rita, namun ia berusaha menghormati kakaknya Arka. Sebenarnya perasaan Arka saat ini masih sama seperti dua bulan yang lalu, bahkan selam dua bulan ini ia selalu memikirkan tentang Sita. Dan perasaannya terhadap Michel sudah tak menggebu-gebu seperti sebelumnya, Arka sendiri juga tidak mengerti kenapa pikirannya selalu tentang Sita, bahkan mereka tak seakrab itu. Pernah sekali Arka ingin menghubungi Sita lewat akun sosial mediannya, namun ia tak cukup memberanikan diri alhasil hanya memfollow akun medsos Sita saja.
"Apakah perasaan ini hanya sekedar kasian." gumamnya dalam hati.
Michel terus menatap Arka yang sedang melamun, padahal sedari tadi michel sedang asik berbicara tapi tidak ditanggapi oleh Arka. Mereka saat ini sedang berada di cafe.
"Sayang." panggil Michel sembari menggoyangkan tubuh Arka.
"I-iya." sahutnya, seketika sadar dari lamunannya.
"Kamu tu dari tadi aku ngobrol gak didengerin deh, mikirin apa sih." omel Miche yang sudah cemberut.
"Ga-gak lagi mikirin apa-apa kok." sangkal Arka.
"Awas aja ya sampai mikirin perempuan lain." tuduh Michel.
Merasa tersindir dengan tuduhan Michel, Arka hanya meneguk salivanya.
"Gak kok, siapa juga yang lagi mikirin perempuan lain. Cuma kamu yang aku pikirin." ucap Arka berbohong.
"Ya udah deh kita lanjut jalan aja buat cari kado untuk Ambar, ini juga udah mau malem. Nanti kita pulangnya agak maleman ya, aku mau jalan-jalan mumpung sekalian di Mal." pinta Michel.
"Iya."
*
*
Waktu telah menunjukkan pukul delapan malam, para karyawan ditoko Bu Dewi juga sudah bersiap untuk pulang. Saat mereka semua hendak menutup tokonya dari luar, tak disangka ada seseorang yang berada di luar toko itu.
"Eh Abi, mau beli kue? Kebetulian kita udah tutup kamu kemalaman kesininya" tanya Nanda yang juga masih berada disana. Namun Abi hanya menggelengkan kepalanya saja.
Semua tampak bingung dan saling bertatapan melihat sikap abi yang tampak tenang itu.
"Terus?" tanya Nanda lagi.
"Mau ada perlu sama Sita." ucapnya yang membuat semua orang terkejut termasuk Sita yang saat ini sedang menunjuk dirinya sendiri merasa tak percaya. Sebenarnya Ayu tak begitu terkejut, karena ini memanglah kesepskatan Abi dan Ayu dua bulan lalu.
"Ada apa ya?" tanya Sita.
"Lagi gak sibuk kan sekarang? Ikut aku yuk." ajak Abi.
"Enggak kok, baiklah!" sahut Sita.
Kemudian Abi berjalan terlebih dahulu meninggalkan mereka, kemudian disusul oleh Sita dibelakangnya.
"Congrast Sita." semangati para karyawan lain.
Namun Sita masih bingung, karena tumben Abi mengajaknya untuk berbicara.
Mereka memutuskan untuk berbicara di cafe kopi yang berada di mal itu, kemudian mereka duduk berhadapan dan tak lupa memesan kopi di cafe itu.
"Maaf kak sebelumnya, tapi kak Abi mau bicara apa ya sama Sita. Tumben banget." tanya Sita membuka percakapan.
"Baiklah aku langsung bicara ke intinya saja ya? Jadi sebenarnya__" ucapan Abi terputus karena tiba-tiba ada pelayan yang mengantarkan kopi.
Setelah menaruh kopinya di meja, pelayan itu gegas pergi.
"Ok aku ulangi lagi ya? Aku ngajakin kamu kesini ingin membicarakan tentang perasaan aku ke kamu." ucap Abi.
Mendengar ucapan itu dari mulut Abi, rasanya jantung Sita berdetak lebih kencang seperti akan meledak.
"Perasaan?" lirih Sita namun masih bisa di dengar oleh Abi.
"Kamu pasti masih bingungkan, baiklah aku akan cerita dari awal. Jadi..." Abi mulai menceritakan kisah saat dirinya bertemu dengan Ayu, dan dari situlah Abi tahu tentang perasaan Sita.
Sita mendengarkan cerita Abi dengan seksama, hingga akhirnya ia terkejut jika Abi sudah mengetahui perasaannya. Terlebih lagi jika ternyata Abi mengetahuinya dari Ayu. Perasaan Sita kini bercampur malu dan kecewa terhadap Ayu, seharusnya Ayu tidak mengatakannya pada Abi pikirnya.
"Terimakasih karena atas perasaan kamu kepadaku." ucap Abi.
"Maaf kalau ini sangat mengganggu kak Abi." ucap Sita.
"Enggak, justru aku yang ingin minta maaf ke kamu. Maaf sepertinya aku tidak bisa membalas perasaan kamu." ucap Abi lalu tertunduk, ia tidak bisa menatap Sita untuk saat ini.
Meskipun Sita sudah tahu jika Abi akan berkata seperti itu, tapi tetap saja hati Sita rasanya sangat perih seperti tergores oleh pisau. Sebisa mungkin ia berusaha menyimpan air matanya agar tidak terjatuh.
"Maaf Sita." lirih Abi.
"Gak apa-apa kok Kak, justru aku sudah lega jika kak Abi sudah tahu tentang perasaanku." ungkap Sita.
"Aku harap kamu bisa menemukan pria yang sangat tulus dan tentunya lebih baik dariku Sita." ucap Abi.
"Kak Abi Juga." balas Sita.
"Tapi kita masih bisa berteman kan." pinta Abi.
"Bisa kok kak." ucap Sita.
"Baiklah kak ini sudah malam, saya permisi mau pulang terlebih dahulu." pamit Sita, ia hendak melambaikan tangannya pada pelayan namun di cegah oleh Abi.
"Biar saya saja yang bayar." ucao Abi.
"Oh begitu, baiklah terimakasih. Saya permisi pulang terlebih dahulu." pamit Sita, kemudian beranjak pergi meninggalkan Abi.
Karena tidak tahan. Sita meloloskan begitu saja air matanya ketika sudah membalikkan badannya membelakangi Abi.
☆☆☆☆☆
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
prnh berada di situasi itu....
cinta dlm diam...
ujung2nya ditolak
😃🤣🤣
2024-03-02
1