Bonus foto berdua

"kenapa ketawa gitu?" ucap Sita dengan tatapan yang tajam. Seketika Arka langsung menghentikan tawanya.

Kemudian Sita berjalan ke arah karpet, ia mulai melepaskan sepatunya dan menyisakan kaus kakinya. Saat ini Sita memutuskan untuk duduk di atas karpet yang sudah di gelar, sembari melihat tingkah teman-temannya yang kini sedang bermain air bersama.

Arka yang tadinya berdiri, kini dia juga menyusul Sita yang sedang duduk di atas karpet. Dia duduk disebelah Sita tetapi tidak terlalu dekat, kakinya juga masih berada di atas pasir.

"Kok bisa sih kamu temanan sama mereka?" tanya Arka membuka obrolan.

"Gak tahu." jawab Sita singkat.

Arka menoleh ke arah Sita, dan di lihatnya Sita tengah menatap teman-temannya dengan ekspresi tersenyum.

"Kamu gak pengen ikutan mereka berenang di pantai." ucap Arka. Membuat Sita langsung menoleh ke arahnya.

Sita menggelengkan kepalanya. "Gak bisa berenang." jawab Sita jujur.

"Terus kenapa ikut ke pantai, kalau pada akhirnya cuma duduk aja?" tanya Arka sembari mengerutkan keningnya.

"Kak Arka sendiri juga kenapa ikut? Kalau pada akhirnya cuma duduk juga." ucap Sita melemparkan pertanyaanya.

Arka malah mengukur tengkuknya yang tak gatal ketika mendengar ucapan Sita yang malah mengembalikan fakta. "Salah nanya nih." batin Arka.

"Emm, itu kan karena aku di suruh Ambar untuk temenin kamu ." ucap Arka beralasan namun dia tak sepenuhnya juga berbohong.

Sita memutarkan bola matanya dengan malas.

"Tapi kalau Kak Arka mau berenang ke pantai gak masalah kok, aku sendirian di sini juga bisa jaga diri." sahut Sita.

Arka menggeleng cepat. "Gak malas ah." ucap Arka kemudian.

Sita tak lagi membalas ucapan Arka, kini pandangannya hanya terfokus pada teman-temannya. Dia tampak senang melihat ke tiga temannya yang kini bermain siram-siraman air.

Tanpa di sadari, Arka terus menatap ke arah Sita. Entah kenapa ada kesenangan tersendiri di hati Arka ketika melihat Sita tersenyum. "Kenapa adem banget ya, kayak ubin masjid." batin Arka.

Sita yang tersadar ketika tahu jika Arka melihatnya, tiba saja berdeham. Kesadaran Arka pun akhirnya kembali, ia langsung menatap ke arah pantai.

"Emangnya pacar Kak Arka tahu kalau sekarang Kak Arka lagi ada di pantai? terus dia gak marah gitu kalau pacarnya ternyata kesini cuma mau nemenin seorang perempuan. Oh..., kalau aku yang jadi pacarnya Kak Arka sih kayaknya bakal marah total." sindir Sita.

Bukannya malah tersindir dengan ucapan Sita, justru Arka malah menanggapinya.

"Emangnya kamu mau jadi pacar aku?" tanya Arka.

Seketika mata Sita membelalak, karena mendengar pertanya Arka yang di luar BMKG.

"Dih... gak gitu juga kali maksutnya, lagian Kak Arka kan udah punya pacar." ucap Sita

"Berarti kalau aku putus sama pacar aku..., kamu mau dong jadi pacar aku?" ucap Arka secara blak-blakkan.

Sita sudah tak habis pikir dengan yang di ucapkan oleh Arka, bisa-bisanya dia berkata seperti itu. "Dasar playboy cap Buaya Kadal, kenapa bisa Ambar punya abang kayak dia." batin Sita.

"Maaf gak minat pacaran, Dosa." balas Sita yang sudah tak bisa santai.

Arka malah terkekeh ketika meliahat ekspresi Sita. Sebenarnya dia hanya berniat menjaili Sita dengan ucapannya, "Tapi kalau mau di seriusin juga gak masalah." batin Arka.

Tiba-tiba Ambar, Ratna, dan Mirna menghampiri Sita dan Arka yang sedang duduk di atas karpet.

"Bang boleh minta tolong gak?" tanya Ambar.

"Apa?" tanya Arka, Kini wajahnya sudah kembali ke mode dingin. Sita yang melihat ekspresi Arka yang tiba-tiba dingin, berasa melihat sisi lain dari Arka.

"Apa ini yang di sebut moodswing, cepet banget berubahnya kayak cuaca aja." batin Sita.

Ambar tampak mengambil tas yang tadi ia taruh di atas karpet, tangannya mulai mengambil sesuatu yang berada di dalam tas. Kemudian ia mengeluarkan kamera pocket berukuran kecil yang di bawanya dari rumah.

"Fotoin kita berempat." ucap Ambar lalu memeberikan kameranya kepada Arka.

Arka hanya mendengkus pasrah, dan mengambil kamera yang berada di tangan Ambar.

"Sita yuk sis, kita foto-foto dulu." ajak Ambar. Sedangkan Sita yang di panggil mulai memakai sepatunya dan berjalan ke arah Ambar, Ratna, dan Mirna.

Mereka mulai berjejer rapi, menyiapkan berbagai macam pose dengan berlatarkan pemandangan pantai.

"Ok siap, satu... dua... tiga." aba-aba dari Arka. Banyak jepretan yang sudah Arka ambil dengan berbagai macam pose.

"Thank you abang gue yang paling ganteng." ucap Ambar sembari mengambil kamera yang di pegang oleh Arka lalu menaruhnya lagi ke dalam tasnya. Sedangkan Ratna dan Mirna kembali lagi ke tepi pantai. Sementara Sita juga berjalan mengikuti Ambar, tepatnya sekarang berada di sebelah Arka mesti tidak terlalu dekat.

"Pinjam HP lo." ucap Ambar.

"Buat apa?" tanya Arka.

"Udah pijam aja." ucap Ambar. Lalu Arka mengambil Handphonenya yang ia taruh di saku celananya.

"Nih." ucap Arka memberikan handphonenya, dan langsung di ambil oleh Ambar.

Tampak Ambar menekan tombol kamera di Handphone itu, dan langsung memfoto Arka tanpa aba-aba.

"Eh apaan sih." ucap Arka mencoba menutup wajahnya menggunakan tangan, karena ia baru sadar jika sedang di foto oleh adiknya.

"Bonus karena udah baik." ucap Ambar lalu memberikan HPnya kepada Arka, sembari mengerjapkan sebelah matanya.

Kemudian Arka mengecek isi handphonenya dan melihat foto yang tadi di ambil oleh Ambar.

Betapa tercengangnya Arka ketika melihat foto itu. Bukan karena ekspresi Arka yang candid, melainkan wajah seseorang di sampingnya yang juga ikut ke foto bersamanya. Tepatnya wajah Sita yang kini berada di sebelah Arka, tampak Sita mengamati pemandangan pantai di sekitar.

Arka perlahan menoleh ke arah Sita. Sedang Sita yang sadar di lihati oleh Arka, juga seketika menghadap ke arah Arka. Sita tampak mengerutkan keningnya dan mengerdikkan bahunya. Lalu ia kembali berjalan ke arah belakang dan duduk di karpet yang berada di belakangnya.

Arka tersenyum ketika melihat foto itu lagi. Entah kenapa dia tiba-tiba senang, karena secara tidak langsung sedang berfoto bersama Sita. Meskipun berekspresi candid sekalipun.

***

Matahari mulai berada di atas kepala. Ambar, Ratna, Mirna beserta pacarnya masing-masing, kini mereka sudah tak bermain air. Tepatnya sudah duduk di atas karpet yang berukuran rumayan panjang, sehingga cukup untuk di duduki oleh mereka semua.

Waktu sudah menunjukkan jam satu siang, mereka yang ada di sana juga sudah mengganti pakain yang tadi di pakai mereka untuk bermain di pantai. Mereka semua kecuali Riki yang memang bukan beragama islam, juga sudah menunaikan ibadah shalat dhuhur yang di laksanakan di masjid yang dekat dengan pantai di sana. Kini mereka semua tampak menikmati suasana pantai yang sejuk dengan di iringi irama gitar yang di mainkan oleh Riki. Mereka sengaja tidak menyewa kursi santai yang berada di pinggir pantai, bukan karena tak punya uang. Melainkan mereka hanya ingin menjadikan suasana liburan semakin harmonis.

☆☆☆☆☆

Bersambung...

Episodes
1 Awal Mula
2 Rencana
3 tersentuh
4 Sarapan bersama
5 Perjalanan ke pantai
6 Bonus foto berdua
7 Overprotektif
8 Mami yang perhatian
9 Keluarga Sita yang hancur
10 Sisi lain Arka
11 Ancaman dari Ambar
12 Kesan Buruk
13 Janjian
14 Menyusul ke Surabaya
15 Makan malam
16 Jujur
17 Berpamitan
18 Cukup lakukan
19 Pindah ke Bandung.
20 Perjodohan
21 Mantan
22 Bertemu
23 Karena akulah jodohmu
24 Perasa'an
25 Berberes
26 Intropeksi
27 Selingkuh
28 Sudah saatnya saling melupakan
29 Ijab kabul
30 Batal
31 Mencoba untuk ikhlas
32 Perasaan yang terlambat.
33 Hilang fokus
34 ikhlas dan sabar
35 Orang baru
36 Bomerang
37 Keseriusan Pak Herman
38 Salah sambung
39 Akhirnya Arka tahu
40 SAH
41 Acara resepsi
42 Mimpi
43 Acara lempar bunga
44 Cemburu
45 Harus disegerakan
46 Melamar
47 Biarkan menjadi kejutan
48 Cerita Papi
49 Pemilik hem biru muda
50 Persiapan
51 Nanti setelah nikah
52 Alhamdulillah, sahhhh....!
53 Panggil apa???
54 Malam pertama
55 Sahabatnya yang mana?
56 Terpana
57 Bukan sekarang waktunya
58 Belum Siap
59 Pindahan
60 Unboxing
61 rumah kita
62 Gagal terus
63 Mencari solusi
64 Maafkan aku mas
65 Marahan
66 Malam yang dinanti
67 Rambut basah
68 konflik pagi
69 Se'ember es batu
70 Butuh proses
71 Perayaan wisuda
72 Welcome to Bali
73 Mantan
74 Bu Marni
75 Kunci
76 Pemilik suara indah
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Awal Mula
2
Rencana
3
tersentuh
4
Sarapan bersama
5
Perjalanan ke pantai
6
Bonus foto berdua
7
Overprotektif
8
Mami yang perhatian
9
Keluarga Sita yang hancur
10
Sisi lain Arka
11
Ancaman dari Ambar
12
Kesan Buruk
13
Janjian
14
Menyusul ke Surabaya
15
Makan malam
16
Jujur
17
Berpamitan
18
Cukup lakukan
19
Pindah ke Bandung.
20
Perjodohan
21
Mantan
22
Bertemu
23
Karena akulah jodohmu
24
Perasa'an
25
Berberes
26
Intropeksi
27
Selingkuh
28
Sudah saatnya saling melupakan
29
Ijab kabul
30
Batal
31
Mencoba untuk ikhlas
32
Perasaan yang terlambat.
33
Hilang fokus
34
ikhlas dan sabar
35
Orang baru
36
Bomerang
37
Keseriusan Pak Herman
38
Salah sambung
39
Akhirnya Arka tahu
40
SAH
41
Acara resepsi
42
Mimpi
43
Acara lempar bunga
44
Cemburu
45
Harus disegerakan
46
Melamar
47
Biarkan menjadi kejutan
48
Cerita Papi
49
Pemilik hem biru muda
50
Persiapan
51
Nanti setelah nikah
52
Alhamdulillah, sahhhh....!
53
Panggil apa???
54
Malam pertama
55
Sahabatnya yang mana?
56
Terpana
57
Bukan sekarang waktunya
58
Belum Siap
59
Pindahan
60
Unboxing
61
rumah kita
62
Gagal terus
63
Mencari solusi
64
Maafkan aku mas
65
Marahan
66
Malam yang dinanti
67
Rambut basah
68
konflik pagi
69
Se'ember es batu
70
Butuh proses
71
Perayaan wisuda
72
Welcome to Bali
73
Mantan
74
Bu Marni
75
Kunci
76
Pemilik suara indah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!