Ancaman dari Ambar

"Jangan di hapus air matanya, kalau mau nangis silahkan. Aku tahu ini semua berat buat kamu." tutur Arka.

Sita masih saja menghapus air matanya dan sedikit mengontrol rasa sesak yang ada di hatinya.

"Kak Arka belum pulang?" tanya Sita akhirnya. Arka menggelengkan kepalanya.

"Jika air mata kamu bisa menutupi luka yang ada di hati kamu, maka keluarkanlah. Gak perlu sungkan jika ada aku disini, aku tahu itu semua pasti sangat berat buat kamu." ucap Arka.

Sita hanya tersenyum miris, rasanya jika mengingat itu semua dunianya seakan hancur. Memang tidak salah jika Sita berharap keluarganya harmonis kembali, namum ibarat kaca yang retak sudah tak mampu diperbaiki kembali.

"Meskipun aku nangis, semua gak akan kembali normal lagi kak." sahut Sita.

"Nih minum dulu biar kamu tenang." Arka menyodorkan sebotol air mineral yang sudah dia bawa dari tadi.

"Makasih." Sita menerimanya lalu meminumnya. Setelah selesai minum dia menaruh botol itu di sebelahnya, kemudian melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas siang.

"Bentar lagi udah sholat dhuhur, aku mau ke masjid dekat sini dulu kak." ucap Sita.

"Ya udah bareng aja, aku juga mau sholat sekalian." ujar Arka.

Kemudian mereka berjalan ke masjid yang tak jauh dari danau. Segera mereka melaksanakan sholat berjamaan bersama orang-orang yang tinggal di dekat danau itu. Setelah mereka menunaikan sholat, lanjut mereka keluar dari masjid.

"Kak kayaknya motornya aku ambil dulu aja deh, kalau kakak pulang aku sekalian mau nebeng buat ambil motornya bolehkan." ujar Sita.

"Yaudah boleh kalau mau kamu gitu. Kita berangkat sekarang aja kalau gitu." ajak Arka.

Mereka segera menuju ke mobil dan mulai masuk ke dalamnya. Kemudian Arka segera melajukan mobilnya. Tak sampai lama, mereka barulah sampai di kediaman rumah Arka. Arka segera memarkirkan mobilnya, lalu mereka turun dari mobil.

*

Disisi lain dalam rumah itu, nampak sepasang anak dan ibu sedang asik mengobrol di ruang tamu.

"Mi! Bang Arka kenapa lama banget ya nganterin Sita pulang. Masak sampai jam segini belum pulang juga." oceh Ambar.

"Mampir ke rumah temannya dulu kali." sahut Rita yang sedang asik membaca majalah.

"Udah hampir empat jam lo, Bang Arka belum pulang juga. Jangan sampai tu anak ngapa-ngapain Sita." ucap Ambar yang sedikit kawatir jika Abangnya macam-macam dengan Sita. Bukan takut Arka akan melakukan hal aneh pada Sita, tapi lebih ke khawatir jika Sita menjadi salah satu korban ke Playboy'an abangnya itu. Masalahnya Ambar sudah hafal dengan wataknya Arka yang gampang modus jika melihat wanita yang menarik baginya.

"Emangnya abangmu mau ngapain Sita? Gak mungkinlah abangmu berani macam-macam. Kalau Arka sampai berani macam-macam sama Sita, Mami yang bakal maju duluan." tegas Rita.

Ditengah perbincangan mereka tiba-tiba terdengar suara mobil yang baru saja masuk ke dalam bagasi.

"Itu kayaknya mobil Bang Arka deh, mau samperin dulu ahh..." Ambar lalu berdiri dari sofa dan mulai berjalan ke arah bagasi. Rita juga penasaran, akhirnya mengikuti Ambar.

Setelah mereka sampai di bagasi, malah di kagetkan dengan Sita yang ikut bersama Arka lagi.

"Loh Sita, bukannya kamu tadi udah pulang di antarin sama Arka. Terus kenapa ikut kesini lagi?" tanya Rita tanpa basa-basi.

"Emm ini tan, tadi Sita pikir kayaknya motornya Sita ambil aja. Gak enak kalau harus ngrepotin tante, Ambar, sama Kak Arka." ujar Sita.

"Oalah, gak masalah kok Sit. Gak ngepotin juga kok." Sahut Rita.

"Terus selama empat jam kalian kemana aja, kok masih barengan gini?" tanya Ambar penuh intimidasi.

"Gak kemana-mana kok cuma ke rumah Sita aja." jawab Arka.

"Selama ini." ucap Ambar tak habis pikir.

"Kenapa emangnya?" tanya Arka.

"Gak apa-apa sih, cuma takut ada yang masuk ke perangkap buaya." ucap Ambar penuh penegasan. Sedangkan Rita hanya menggelengkan kepala. Arka sendiri merasa tersindir dengan ucapan Ambar.

"Ya udah tan, Sita gak bisa lama-lama disini soalnya harus jemput adik Sita sekolah. Jadi Sita mau langsung pulang saja." pamit Sita.

"Oh gitu, ya udah gak apa-apa lain kali mampir lagi ya Sit." sambut Sita.

lalu sita mendorong motornya untuk keluar dari bagasi, kemudian dia segera menaikinnya dan mulai menghidupkan mesinnya.

"Sita pulang dulu ya, Assalamualaikum." pamit Sita.

"Waalaikimsalam." jawab semua kompak.

"Bye Sita." tambah Ambar sembari melambaikan tangannya.

Sita segera melajukan motornya dan mulai keluar dari halaman rumah itu.

Setelah Sita sudah tak terlihat, barulah Rita masuk ke dalam rumah meninggalkan Ambar dan Arka disana. Tatapan mata Ambar tampak sedang mengintimidasi Arka.

"Kenapa?" tanya Arka yang tak suka dilihati begitu oleh Ambar.

"Aku gak suka ya kalau sampai Abang ada niat terselubung buat dekatin Sita." ucap Ambar yang langsung menuju intinya. Arka malah terlihat santai dan cuek mendengar perkataan Ambar.

"Abang boleh duwain, atau tigain cewek lain. Tapi gak boleh kalau itu Sita. Kalau berani macam-macamin Sita, aku yang bakal maju duluan." ucap Ambar.

"Udah." ucap Arka Singkat, Ambar tampak mengerutkan keningnya.

"Lagian gak ada yang mau deketin Sita. Mungkin aku tertarik sama Sita, tapi kalau Sitanya gak tertarik sama aku gimana? Ingat ya aku cuma mau deketin cewek yang kita sama-sama mau." jelas Arka.

"Tapi kan tetap aja Bang Arka ada rasa tertarik sama Sita, tolong hapus perasaan itu." ucap Ambar.

Tanpa basa-basi lagi Arka pergi begitu saja meninggalkan Ambar yang masih ngoceh.

"Bang dengerin dulu." panggil Ambar.

"Malas debat."

'Apa iya aku tertarik sama Sita atau cuma perasaan kasian aja. Tapi aku gak mau nyakitin perasaannya, aku juga gak mau duain dia. Perasaan apa ini ya? Semoga aja cepat hilang secepatnya' batin Arka.

*

*

Hari libur Sita telah usai, kini dia memulai aktivitasnya kembali dengan bekerja di tempat Bu Dewi. Tampak suasana Toko sedang tak banyak pembeli, sehingga para pekerja sedikit agak santai. Sita menghampiri Ayu yang sedang duduk di kursi kasir, Ayu napak sendirian disana.

"Duh yang habis liburan senangnya!" seru Ayu. Sita hanya membalasnya dengan senyuman.

"BTW ada berita terhot kemarin, yang harus lo tahu. Tapi ada berita bagus ada berita buruknya juga sih" ujar Ayu.

"Apa?"

"Berita bagus dulu deh ya. Kemarin Abi kesini tahu mau beli kue." ucap Ayu, Sita sedikit antusias mendengar nama Abi disebut.

"Oh ya, terus?"

"Terus... gue gak tahu sih apa alasannya? Tapi dia tanyain lo tau." jawab Ayu, Sita tampak menyembunyikan senyumnya.

"Alah bohong nih mbak Ayu, pasti akal-akalan aja biar Sita seneng. Mana mungkin Mas Abi tanyain tentang Sita." ucap Sita tak percaya, meskipun dalam hati berharap iya.

"Ih beneran tau, mana ada aku bohong. Kalau gak percaya tanyain sana sama Nanda, dia juga lihat soalnya." sewot Ayu.

"Ok, ok. Terus berita buruknya apa?" tanya Sita akhirnya.

"Berita buruknya..."

☆☆☆☆☆

Bersambung...

Episodes
1 Awal Mula
2 Rencana
3 tersentuh
4 Sarapan bersama
5 Perjalanan ke pantai
6 Bonus foto berdua
7 Overprotektif
8 Mami yang perhatian
9 Keluarga Sita yang hancur
10 Sisi lain Arka
11 Ancaman dari Ambar
12 Kesan Buruk
13 Janjian
14 Menyusul ke Surabaya
15 Makan malam
16 Jujur
17 Berpamitan
18 Cukup lakukan
19 Pindah ke Bandung.
20 Perjodohan
21 Mantan
22 Bertemu
23 Karena akulah jodohmu
24 Perasa'an
25 Berberes
26 Intropeksi
27 Selingkuh
28 Sudah saatnya saling melupakan
29 Ijab kabul
30 Batal
31 Mencoba untuk ikhlas
32 Perasaan yang terlambat.
33 Hilang fokus
34 ikhlas dan sabar
35 Orang baru
36 Bomerang
37 Keseriusan Pak Herman
38 Salah sambung
39 Akhirnya Arka tahu
40 SAH
41 Acara resepsi
42 Mimpi
43 Acara lempar bunga
44 Cemburu
45 Harus disegerakan
46 Melamar
47 Biarkan menjadi kejutan
48 Cerita Papi
49 Pemilik hem biru muda
50 Persiapan
51 Nanti setelah nikah
52 Alhamdulillah, sahhhh....!
53 Panggil apa???
54 Malam pertama
55 Sahabatnya yang mana?
56 Terpana
57 Bukan sekarang waktunya
58 Belum Siap
59 Pindahan
60 Unboxing
61 rumah kita
62 Gagal terus
63 Mencari solusi
64 Maafkan aku mas
65 Marahan
66 Malam yang dinanti
67 Rambut basah
68 konflik pagi
69 Se'ember es batu
70 Butuh proses
71 Perayaan wisuda
72 Welcome to Bali
73 Mantan
74 Bu Marni
75 Kunci
76 Pemilik suara indah
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Awal Mula
2
Rencana
3
tersentuh
4
Sarapan bersama
5
Perjalanan ke pantai
6
Bonus foto berdua
7
Overprotektif
8
Mami yang perhatian
9
Keluarga Sita yang hancur
10
Sisi lain Arka
11
Ancaman dari Ambar
12
Kesan Buruk
13
Janjian
14
Menyusul ke Surabaya
15
Makan malam
16
Jujur
17
Berpamitan
18
Cukup lakukan
19
Pindah ke Bandung.
20
Perjodohan
21
Mantan
22
Bertemu
23
Karena akulah jodohmu
24
Perasa'an
25
Berberes
26
Intropeksi
27
Selingkuh
28
Sudah saatnya saling melupakan
29
Ijab kabul
30
Batal
31
Mencoba untuk ikhlas
32
Perasaan yang terlambat.
33
Hilang fokus
34
ikhlas dan sabar
35
Orang baru
36
Bomerang
37
Keseriusan Pak Herman
38
Salah sambung
39
Akhirnya Arka tahu
40
SAH
41
Acara resepsi
42
Mimpi
43
Acara lempar bunga
44
Cemburu
45
Harus disegerakan
46
Melamar
47
Biarkan menjadi kejutan
48
Cerita Papi
49
Pemilik hem biru muda
50
Persiapan
51
Nanti setelah nikah
52
Alhamdulillah, sahhhh....!
53
Panggil apa???
54
Malam pertama
55
Sahabatnya yang mana?
56
Terpana
57
Bukan sekarang waktunya
58
Belum Siap
59
Pindahan
60
Unboxing
61
rumah kita
62
Gagal terus
63
Mencari solusi
64
Maafkan aku mas
65
Marahan
66
Malam yang dinanti
67
Rambut basah
68
konflik pagi
69
Se'ember es batu
70
Butuh proses
71
Perayaan wisuda
72
Welcome to Bali
73
Mantan
74
Bu Marni
75
Kunci
76
Pemilik suara indah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!