Waktu telah menunjukkan jam 5 sore. Setelah menikmati sunset, mereka semua segera beranjak pergi ke tempat penginapan yang sudah dipesannya. Mereka sengaja memesan empat kamar, yang setiap kamarnya akan diisi oleh dua orang. Pembagianpun sudah mereka tentukan. Sita bersama Ambar, Arka bersama Riki, Ratna bersama Mirna, dan Adit bersama Joy.
Sore ini mereka memutuskan untuk istirahat di kamar. Sampai nanti malam setelah shalat isyak, mereka telah memutuskan untuk membuat acara bakar jagung di area pinggir pantai sembari menikmati angin malam.
Namun tiba-tiba, tubuh Sita merasa kurang enak badan. Bisa jadi karena angin pantai yang terlalu kencang dan membuat dia masuk angin. Tapi sebisa mungkin Sita menutupinya, karena dia tidak ingin merusak acara malamnya ini dan takut mengecewakan Ambar yang sudah sangat berantusias. Sita pikir badanya akan lebih enakkan nantinya, dan dia akan beristirahat setelah acara bakar jagung selesai.
Setelah makan malam di restoran sekitar, mereka langsung berkumpul di pinggir pantai. Api pun segera mereka nyalakan dengan bantuan kayu yang sudah ditumpuk. Para pria bertugas untuk membakar jagung, sedangkan para wanita sesekali membantu.
Tapi beda halnya dengan Sita, dia memilih duduk di kursi lipat mini yang mereka bawa dari rumah. Mereka semua tampak sedang sibuk membakar jagung, sampai tak sadar jika Sita tidak berada di gerombolannya.
Setelah bakar jagung usai mereka segera duduk di kursi yang telah mereka susun melingkar mengitari api. Ambar pun baru sadar jika Sita tidak ikut membakar jagung.
"loh Sita, kamu tadi gak ikut bakar jagung?" tanya Ambar setelah duduk sampingnya.
"Masih kenyang." jawab Sita beralasan. Padahal dia hanya merasa malas melakukan apapun.
"Muka kamu kok pucet, kamu sakit?" tanya Ambar lagi. Sementara Mirna dan Ratna yang berada di samping mereka juga serempak ikut menoleh. Sedangkan yang ditanya hanya menggelengkan kepala.
Suasana malam yang penuh dengan irama, membuat mereka terhanyut dalam alunan musik yang berasal dari gesekan tangan Riki. Mereka semua kompak bernyanyi, terkecuali Arka dan Sita.
Sita tak bersemangat apapun, karena saat ini tiba-tiba kepalanya sangat pening. Sedangkan Arka yang duduk berhadapan jauh dengan Sita, sedari tadi terus mengawasi Sita yang terlihat sudah pucat.
Arka segera berdiri dari kursinya, kemudian dia berjalan ke arah Sita. Kepala Sita saat ini sudah sangat pusing pandangannya sudah mulai kabur, rasanya dia ingin segera memejamkan matanya.
Setelah berada di samping Sita, Arka pun segera berjongkok menyama ratakan dengan kursi milik Sita. Ambar yang melihat Arka pun merasa aneh dengan tingkah Abangnya.
Saat bertepatan dengan Arka yang jongkok, tiba-tiba Sita ambruk begitu saja tepat di pangkuan Arka.
"SITAAAA." spontan mereka semua meneriaki Sita yang sudah tak sadarkan diri.
Arka segera membopong tubuh Sita menuju kamarnya. Ambar, Ratna, dan Mirna juga langsung mengikuti Arka dari belakang. Sedangkan para laki-laki masih ada disana untuk membereskan semuanya.
Arka sebenarnya sedikit takut ketika harus menggendong Sita, karena bagaimanapun Sita adalah wanita yang terjaga termasuk bersalaman dengan lawan jenis saja Sita sudah sangat menjaga. Tapi apalah daya, keadaan yang memaksaanya untuk menggendong Sita.
Setelah berada di dalam kamar, Sita segera di rebahkan di ranjang. Tentunya tak hanya Sita dan Arka yang berada di kamar itu, sudah ada Ambar, Ratna, dan Mirna disana. Mereka bertiga segera menaiki ranjang. Ratna dan Mirna bersamaan melepaskan kaos kaki yang berada dikaki Sita dan memijatnya. Bahkan saat kaos kaki Sita dilepas, Arka tidak berani melihatnya karena merasa Sita telah menjaganya.
Ambar yang hampir melepas hijab milik Sita segera ditahan oleh Arka. "Eh sebentar aku keluar dulu." Ambar merasa bersalah karena hampir melepas hijab temannya itu di hadapan pria yang bukan mahramnya. "Hampir aja." batin Ambar.
Setelah Arka keluar dari kamar, Ambar segera melepaskan hijab Sita dan memberinya minyak kayu putih.
Arka yang sudah berada di luar terlihat mondar mandir di depan kamar. Riki, Adit, dan Joy yang baru sampai merasa heran dengan tingkah abangnya Ambar itu.
"Bang! elo mondar-mandir kayak suami nungguin istrinya mau lahiran tau gak." ledek Riki, yang diketawai oleh Adit dan Joy. Seketika Arka mengakhiri aktivitasnya.
"Yeee... Gue cuma gak mau kalau anak orang kenapa-napa." elak Arka, padahal dirinya sendiripun juga tidak tahu kalau sekarang sedang mengkhawatirkan Sita secara berlebihan.
Sudah begitu lama keempat pria itu berada di depan kamar, bahkan jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Namun tiba-tiba pintu terbuka, dan menampilkan Mirna dan Ratna.
"Sita udah siuman kok, cuma butuh istirahat aja besok juga udah sembuh." jelas Ratna tanpa ditanya. Semua yang ada disana terlihat manggut-manggut.
"Emmm... Sita pakai hijab gak, gue cuman mau masuk buat memastikan aja." tanya Arka.
"Udah kok bang, masuk aja." jawab Mirna.
Arka segera memasuki Kamar Ambar dan Sita.
Semetara tiga pria lainnya sudah berjalan menuju kamarnya masing-masing dan disusul oleh Mirna dan Ratna.
"lo sadar gak sih, kalau Bang Arka dari tadi perhatian banget sama Sita." Bisik Ratna pada Mirna.
"Iya nih, atau jangan-jangan Bang Arka ada perasaan sama Sita." ucap Mirna
"Wehh... Ngaco lo, mana ada begitu! Lagian Bang Arka kan udah punya pacar." sahut Ratna
"Siapa tahu aja hatinya lagi condong ke yang lain, yaitu Sita. Kalau benar begitu gue dukung mereka 100%." ucap Mirna.
"Ngaco lo." sahut Ratna.
Disisi lain terlihat Arka memasuki kamar Ambar dan Sita dengan hati-hati. Ambar yang masih duduk di atas ranjang langsung menatap ke arah Arka yang baru saja masuk ke kamarnya.
"Ngapain lo bang?" tanya Ambar, Sita yang tadinya memejamkan mata langsung membuka matanya saat mendengar ucapan Ambar. Dia pun juga menoleh ke arah Arka.
"Gak apa-apa, cuma mau mastiin aja kok kalau Sita udah sadar atau belum." ucap Arka.
"Aku udah sadar kok kak, cuma butuh istirahat saja. Besok juga udah enakkan." balas Sita.
"Beneran udah gak apa-apa?" tanya Arka dengan raut yang khawatir. Sedangkan Sita hanya menggeleng.
"Ya kalau kenapa-napa ngomong aja gak apa-apa. Nanti kita cari rumah sakit atau puskesmas, biar kamu istirahat nyaman disana." ucap Arka. Sita yang ditanya masih menggeleng karena mulutnya masih enggan untuk berbicara.
"Gak apa-apa bangggg! Udah di jawab juga. Overprotektif banget, pacar juga bukan." sahut Ambar penuh emosi.
"Apaan sih, orang cuma tanya doang memangnya salah. Besok kalau Sita kenapa-napa ujungnya aku yang diomelin karena gak bisa jagain kalian." oceh Arka.
"Udah deh bang, Sita cuma butuh istirahat sekarang. Mending sekarang abang balik ke kamar terus tidur. Besok kita harus pulang pagi-pagi." ucap Ambar tak kalah sinis.
"Iya iya." ucap Arka pasrah pada akhirnya, dengan wajah yang sedikit kecewa.
Arka pun segera keluar dari kamar Ambar dan Sita.
☆☆☆☆☆
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments