Hari perayaan terus berjalan. Semua orang bersenang-senang bersama pasangan masing-masing, memperdalam hubungan cinta mereka. Itu juga berlaku bagiku, tetapi aku tidak tahu tentang Bianca, apa yang sedang dipikirkannya?
Semakin mendekati hari terakhir perayaan, semakin aku merasa takut semuanya akan berakhir. Karena perayaan Hari Valentine, apakah benih cinta telah tumbuh di dalam lubuk hati ini? Aku tidak yakin, belum pernah aku merasakan perasaan yang asing ini. Yang kurasakan sejauh ini, setelah melakukan berbagai hal untuk mengisi kegiatan di Hari Valentine, aku merasa semakin dekat dengannya.
Di bagian terdalam hati ini, aku mengharapkan bahwa Bianca memiliki perasaan yang sama terhadapku.
Bianca mungkin telah tidur sekarang. Aku tidak berani sedikitpun melihat ke arah ranjang di mana Bianca terbaring. Sebenarnya, itu karena aku akan merasa bersalah kalau aku secara tak sengaja melihat bagian tubuh Bianca yang tidak seharusnya kulihat, apalagi orang yang sedang tidur tidak akan tahu apakah pakaiannya terbuka atau tidak.
Jadi, tiap malam, aku tidur menghadap ke dinding.
Dilihat dari luar, aku akan terlihat seperti sedang menatap dinding kayu saja. Tentu saja, itu akan menjadi aneh kalau memang benar, tetapi pada dasarnya aku sedang melihat-lihat layar sistem yang hanya dapat dilihat olehku.
Selama Hari Valentine, atau sejak aku pergi dari Kota Pelabuhan Vorlte, aku belum mengerjakan satupun Quest. Di Kota Lopentine ini, Quest telah banyak bermunculan, walaupun kebanyakan Quest memberikan imbalan yang kecil. Beberapa Quest yang seharusnya sulit untuk diselesaikan olehku sendiri memberikan imbalan yang bahkan lebih tinggi daripada saat aku mendapatkan bukti kejahatan D'Meatros.
[Quest]
[Dari Baroness Richie, bawakan kepadanya kepala Thiefghost Orley! (300 Poin Quest)]
[...]
Orang yang bernama Thiefghost Orley ini mestinya sosok yang berbahaya. Berapa besar pun imbalan yang akan kuterima, itu kemungkinan besar hanya akan menyia-nyiakan nyawaku. Jadi, untuk saat ini, aku takkan mengambil resiko-resiko yang besar meskipun aku membutuhkan Poin Quest.
Quest yang tersedia nyatanya memang mengikuti kondisi di lingkungan, bahkan Sistem menerima permintaan dari individu tertentu untuk dijadikan referensi Quest. Kupikir, ini akan sangat bagus untuk ke depannya.
Bagaimanapun, andaikan aku mengambil Quest dari Baroness Richie, selain aku akan menerima imbalan dari Sistem, aku juga akan mendapatkan hadiah secara langsung begitu aku melaporkan keberhasilanku kepada pihak yang bersangkutan. Itupun, tentu saja, andaikan aku berhasil menyelesaikan Quest yang diminta.
Jam menunjukkan pukul 23.37, itu adalah fitur yang selalu tampil di bagian sudut kiri atas dari penglihatanku. Tampilannya setengah transparan, ukuran tidak terlalu kecil, dan tidak mengganggu penglihatan. Selain dari kebutuhanku akan waktu, aku takkan menyadari adanya jam dalam penglihatanku. Karena sebentar lagi tengah malam, wajar saja kalau kelopak mataku mulai terasa berat. Jadi, aku tanpa menahan rasa kantuk, perlahan menutup mata.
***
Tiba-tiba saja aku terbangun untuk menemukan tubuhku dililit oleh banyak tangan berwarna hitam. Tangan dan kaki tidak berdaya, itu membentuk huruf "X". Aku mencoba untuk melepas diri, tetapi tenagaku yang baru muncul akan lenyap seketika.
Apa yang terjadi padaku?
Di mana ini?
Tidak jelas tempat apa ini sebenarnya. Sejauh yang dapat kulihat, itu hanya ada kegelapan, dan cahaya merah gelap samar yang tampak di kejauhan. Juga, langit berwarna merah gelap.
Dalam kesendirian, di sini hening. Aku bahkan tidak dapat bersuara. Seberapa kerasnya aku berusaha, seberapa besar aku membuka mulut, suaraku tidak kunjung muncul. Seperti halnya tenaga, suaraku tampaknya menghilang bahkan sebelum keluar dari tenggorokan.
Aku terus memberontak, berharap dapat melepas diri dari ikatan tersebut.
Namun, usahaku, tentu saja sia-sia.
Tidak bisa meminta tolong, tidak juga melepas diri, apakah aku akan terjebak di tempat yang mengerikan ini?
Saat perasaanku semakin berkecamuk, di kejauhan, sesosok makhluk berukuran besar yang saking besarnya sampai-sampai hanya tampak tubuh bagian atasnya saja, terlihat olehku. Entah sejak kapan makhluk tersebut ada, tetapi aku baru menyadarinya. Lihatlah sepasang sayap hitamnya mampu menutupi seluruh langit yang berwarna merah gelap, aku bahkan tidak yakin apakah itu sungguh sayapnya. Kemunculannya tidak membuatku merasa baik, malah semakin buruk.
Apa itu sebenarnya? Kehadirannya seolah-olah akan merenggut nyawaku kapan saja. Rasanya, napasku menjadi tersda sangat berat.
Gejolak dalam hati semakin liar, pikiran pun menjadi lebih kacau. Tidak ada lagi kehendak untuk melepas diri dari banyak tangan hitam yang melilit tubuhku, harapan telah putus sepenuhnya, jadi untuk apa aku hidup?
"Kaellan!"
Aku mendengar suara. Rasanya, aku mengenal suara itu. Suara yang selalu membelai telingaku dengan lembut akhir-akhir ini. Tapi, siapa ya? Kenapa dia berteriak-teriak memanggil namaku? Ah, lagipula, kenapa aku merasa terpanggil ketika suara tersebut memanggil nama yang bukan milikku?
"Kaellan, bangunlah!"
Bangun? Kenapa aku harus bangun? Mataku terbuka lebar, mencari-cari pemilik suara yang terdengar dekat.
"Apa kamu tidak akan sarapan?"
Sarapan? Di tempat yang aneh ini? Memangnya, jam berapa sekarang? Ah, lagipula tidak ada waktu untuk memikirkan perut saat aku bahkan tidak dapat melepas diri dari lilitan tangan hitam ini.
"Kita sedang berkencan, bukan? Kamu juga harus bersiap-siap."
Kencan? Sejak kapan aku berkencan? Lagipula, siapa yang sudi berkencan dengan seorang pria menyedihkan sepertiku ini?
"Bangunlah!"
"Hey! Bangun!"
Suara itu semakin terdengar keras, membuat tubuhku terasa berguncang. Sebenarnya, siapa orang yang terus berteriak itu? Kepada siapa dia berbicara? Apakah suara itu memang ditujukan kepadaku? Dan lagi, meski aku mendengar suara terdengar seperti berada di dekatku, aku tidak menemukan pemilik suaranya sama sekali.
Ketika aku mengedipkan mata, sebuah telapak tangan yang besar entah dari mana muncul di kejauhan. Tangan itu sepertinya bergerak ke arahku, tampak menjadi lebih besar.
Apakah telapak tangan itu akan menabrakku?
Sial, aku tidak bisa bergerak. Dengan kecepatan geraknya, tubuhku pasti akan hancur.
Ah, sungguh, tidak ada harapan.
Aku memilih untuk menutup mata dengan sekuat tenaga, tidak sanggup untuk menyaksikan tubuhku dihantam oleh telapak tangan sebesar itu.
"PLAK!"
Itu terasa cukup sakit di bagian kanan pipiku.
Ternyata aku baru saja terbangun dari mimpi, dan Bianca yang duduk di sampingku tampaknya baru saja menampar wajahku.
Bianca menatapku dengan khawatir.
"Apa... yang terjadi?" aku mengubah posisiku menjadi duduk, menghadap ke arahnya. "Aku ingat tadi memimpikan sesuatu yang aneh. Lagian, ini masih dini hari ... apa mungkin aku mengganggu tidurmu tanpa sadar?"
"Tidak apa. Tapi, apa kamu baik-baik saja?"
Dia malah balik bertanya, dan kupikir tidak ada yang salah denganku. Untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, aku hanya merasa sedikit sesak di dada, tidak ada hal lainnya.
Aku tidak mengetahui bahwa di punggungku tiba-tiba terukir semacam tato dengan tinta hitam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments