Map, salah satu fitur yang disediakan oleh Mercenary System. Fitur tersebut tidak memuat peta seluruh dunia, tentu saja. Aku tidak berharap tinggi. Meskipun begitu, fitur ini tergolong sangat berguna, terutama ke manapun aku pergi, tempat-tempat yang pernah dilalui olehku akan dipetakan secara otomatis oleh Map.
Juga, Map menawarkan sebuah transaksi, di mana aku bisa mendapatkan peta suatu wilayah dengan menggunakan sejumlah Poin Quest, tergantung dari situasi lokasi dan luas wilayah yang ingin dipetakan.
Selain dengan menggunakan Poin Quest, Map dapat memindai peta fisik untuk dijadikan sebagai pementaan wilayah semetara. Peta fisik, tentu saja dibuat secara manual, membuatnya tidak jarang mengalami kekeliruan pemetaan meskipun persentase kekeliruannya takkan kurang dari 50% tergantung dari siapa yang membuatnya. Kalau bukan ahli yang membuat peta, maka tidak diragukan lagi, peta akan sangat menyesatkan.
Mengikuti jalur yang telah kulalui tadi malam, aku kembali ke kota pelabuhan. Di Map, nama dari kota pelabuhan masih berupa tanda tanya.
Cukup asing ketika aku melihat jalur hutan yang telah kulalui selama aku berjalan dengan santai menuju ke kota pelabuhan. Aku menoleh ke kiri dan ke kanan hanya dengan memunculkan kepalaku, ketika tiba di mulut sebuah gang. Setelah memastikan aman, aku keluar dari gang tersebut.
Matahari belum lama menyingsing. Udara kembali membersihkan paru-paru tiap kali aku bernapas.
Kemarin malam, jiwaku terguncang. Aku sempat berpikir bahwa lebih baik aku berkeliaran di hutan, berharap tiba di kota ada desa selain dari kota pelabuhan tempat Pedagang Budak beroperasi, tetapi pada akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke sini.
Bagaimanapun, setelah aku dapat lebih berpikir dengan jernih, tidak seburuk itu untuk setidaknya berusaha menyelesaikan Quest yang berkaitan dengan Pedagang Budak. Selain itu, setelah aku sarapan, aku memeriksa Quest, dan sesuai harapan. Ada Quest baru dengan tidak menghilangkah Quest sebelumnya.
[Quest]
[...]
[Membantu memindahkan barang di dermaga milik salah seorang saudagar (2 Poin Quest)]
[Menjaga rumah Keluarga Ilve selama sepekan (3 Poin Quest)]
[...]
Dibandingkan dengan Quest yang berbahaya, imbalan yang diterima tergolong kecil. Tapi kalau aku menggunakan Poin Quest yang diterima, itu setara dengan 20 dan 30 Paket Makan Malam ketika aku menyelesaikan Quest.
Bukan karena aku serakah, tetapi kalau aku bisa mendapatkan banyak Poin Quest hanya dengan menyelesaikan satu Quest, tentu saja aku lebih memilih untuk menyelesaikan Quest yang memberikan imbalan besar meski berbahaya. Setelah aku mendapatkan Bakat untuk seorang Paladin, kepercayaan diriku dalam pertarungan meningkat secara signifikan.
Untuk saat ini, aku belum memiliki keterampilan bertarung. Bagaimanapun, aku perlu berlatih terlebih dahulu agar dapat bertarung dengan baik, tidak akan cukup hanya dengan memiliki Bakat.
Beberapa orang telah membuka dagangannya.
Tidak perlu bergerak secara sembunyi-sembunyi selama banyak orang yang melihat. Para tentara bayaran suruhan Pedagang Budak seharusnya takkan bertindak secara terang-terangan. Berjalan di tengah jalan, aku melihat di pinggiran jalan ada makanan cepat saji yang sengaja dijual di pagi hari karena cocok untuk sarapan.
Aku merasa penasaran dengan makanan lokal, tetapi belum ada uang untuk membeli.
"Kalau dipikir-pikir, membantu memindahkan barang mungkin bukan ide yang buruk. Aku pasti bisa mendapatkan sedikit uang dari sana," aku bergumam pelan.
Karena aku pernah ke dermaga sebagai budak yang belum diresmikan, Map telah memetakannya untukku. Jadi, aku bisa pergi ke sana tanpa perlu bertanya kepada orang-orang di sekitar. Hanya dengan mengikuti Map, aku telah tiba di dermaga beberapa menit kemudian.
Beberapa orang di dermaga memiliki wajah cukup dapat dikenali. Tampaknya, tentara bayaran suruhan Pedagang Budak sedang melakukan sesuatu di sana. Apakah mereka mencariku di dermaga juga? Tentu saja, aku belum masuk ke dermaga, masih mengamati dari tempat yang tidak begitu jauh. Pengejaran itu terjadi pada malam hari, para tentara bayaran seharusnya belum terlalu mengenali wajahku. Mereka mengejarku hanya dengan mengikuti beberapa ciri pengampilanku, seperti pakaian yang sedang kukenakan, yang memang mencolok.
Di jalan yang kulalui, aku ingat pernah melihat sebuah toko pakaian. Haruskah aku menjualnya di sana? Mengingat pakaianku yang unik dibandingkan dengan pakaian yang dikenakan orang-orang, itu seharusnya memiliki harga.
Meskipun belum dicuci selama berhari-hari, pakaianku yang berasal dari Bumi mendapatkan sentuhan dari teknologi dan pengetahuan yang canggih dalam pembuatannya.
"Fyuh...," aku berdiri di depan pintu masuk Anna's Store, toko pakaian yang kumaksudkan.
Jujur saja, ketika aku berencana untuk melakukan sesuatu yang membuatku berinteraksi dengan orang lain, aku merasa gugup. Setelah sekian lama tidak berinteraksi dengan orang lain, ada semacam keraguan untuk melakukannya, takut salah bicara atau, yah, entahlah.
Aku membuka pintu. Masuk ke dalamnya, pakaian menggantung di beberapa tempat. Ada pakaian maupun celana yang menggantung sendirian karena mungkin diistimewakan, ada yang berjajar berdasarkan kategori pakaian seperti dibedakan karena usia, jenis kelamin, juga rentang harga. Itu seharusnya mengacu pada kualitas pakaian yang dijual. Semakin bagus, semakin mahal.
Seorang wanita yang sedang merapikan pakaian yang tergantung segera mengalihkan perhatian padaku karena mendengar suara pintu terbuka.
"Ah ... Hai! Selamat datang di Anna's Store, Tuan- ... aduh!"
Wanita itu jatuh terduduk, kehilangan keseimbangan setelah terlalu lama berjinjit untuk dapat meraih gantungan yang di luar jangkauan tangannya. Sepertinya dia hendak mengambil pakaian tersebut, tetapi kesulitan untuk melakukannya.
Dengan tinggi badanku, aku cukup yakin dapat meraih gantungan pakaian tersebut. Jadi, aku berjalan ke sana untuk mengambilkan pakaian tanpa mengalami kesulitan apapun.
"Ini," aku menyerahkan pakaian tersebut kepada Wanita Pemilik Toko.
Wanita itu tampak tertegun ketika menatapku sejenak, sebelum bergegas mengambil pakaian yang telah diambilkan untuknya. "Te-terima kasih, Tuan."
Lidahku terasa kelu hanya untuk menanggapi. Aku hanya bisa mengangguk dengan kaku saja sebagai jawaban. Sudah pasti aku begitu gugup sampai-sampai aku tidak tahu ekspresi apa yang sedang ditunjukkan oleh wajahku, kulit wajahku terasa keras dan dingin.
Melihat ke arahku, Wanita Pemilik Toko tertawa kecil dengan sedikit menundukkan kepala.
"Ehem. Apakah ada yang bisa saya bantu, Tuan?"
Aku memasukkan tangan kiri ke dalam saku celana. "Um, itu... saya ingin mengganti pakaian. Kamu lihat, pakaianku kotor. Jadi... um..."
Mataku menatap ke segala arah dengan panik, sementara Wanita Pemilik Toko menatapku dengan lekat. Ini sungguh membuatku merasa panas. Aku ingin segera pergi dari sini. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Pasti wanita ini akan menganggapku aneh kalau begitu.
"Apakah kamu ingin memilih sendiri? Aku bisa merekomendasikan pakaian yang cocok untukmu. Ngomong-ngomong, instingku cukup bagus dalam hal ini, kamu tahu."
"Ah, iyah. Sebenarnya, sa-saya...," aku menelan ludah. "Tidak ada uang," kataku dengan cepat.
"Maaf?"
Aku menundukkan kepala. Rasanya sesak entah mengapa. Sambil mengepalkan tangan kiri dengan erat, aku mengulangi perkataanku.
"Begitu, ya. Mungkinkah kamu ingin menukarkan barang? Kebetulan, aku sebagai pemilik tunggal toko ini menerapkan sistem barter juga, tentunya pakaian yang akan didapat menyesuaikan dengan nilai barang yang ditukarkan. Jadi, barang apa yang ingin kamu tukarkan?" Wanita Pemilik Toko sedikit membungkukkan badan untuk dapat melihat wajahku yang sedang menunduk.
Jantungku terasa akan meledak. Itu bagus bahwa Anna's Store ternyata menggunakan sistem barter juga. Tapi, barang yang hendak ditukar adalah pakaian yang belum dicuci selama berhari-hari.
Wanita Pemilik Toko itu mungkin tidak mengenali kualitas pakaian yang sedang kukenakan. Akan memalukan kalau dia memang tidak mengenalinya, dan mungkin saja dia menganggap niatanku untuk melakukan pertukaran barang menjadi buruk, seperti menganggap kualitas pakaian di toko ini sangat rendah sampai-sampai ada yang menukarkannya dengan pakaian bekas berbau keringat yang pekat dan sedikit lusuh.
Aku ingin mengatakan kepada Wanita Pemilik Toko untuk tidak menganggap buruk niatanku datang ke toko ini. Tapi, yang keluar dari mulutku malah,
"Pakaian ini," aku sedikit menarik kain pakaianku di bagian dada. "Ba-bagaimana menurutmu?"
Begitulah bagaimana sulitnya aku melakukan interaksi dengan orang lain. Itu sering menjadi bayangan yang berlebihan ketika aku masih berada dalam zona nyaman, bayang-bayang yang membuatku enggan untuk melangkah maju, seperti kemungkinan terburuk yang akan terjadi.
Kehidupanku yang sebelumnya sungguh membuatku muak. Tapi, tentu saja aku takkan melakukan kesalahan yang serupa setelah aku berhasil keluar dari sana.
Yang ingin kulakukan adalah terus bergerak maju!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Arga Wijaya
up
2023-09-16
0