Aku sebenarnya belum pernah melakukan perayaan Hari Valentine. Kapan aku memiliki seorang pacar? Tidak ada daftar mantan sama sekali.
Namun, belum lama aku mengalami perubahan dalam hidup, berhasil keluar dari zona nyaman, berada di kota yang sedang melakukan perayaan Hari Valentine, ada seseorang yang menjadi pasanganku untuk merayakannya.
Entah bagaimana semuanya terjadi, tapi Bianca, dia menanyakan balik padaku, apakah aku merayakan Hari Valentine bersama seseorang.
Kemudian,
"Apa kamu mau merayakannya bersamaku?"
Tentu saja, aku tidak bisa menolak ajakan tersebut. Padahal aku tidak merasa percaya diri untuk mengajaknya, namun dia malah yang mengajakku lebih dahulu secara tidak terduga.
Dua hari telah berlalu sejak aku tiba di Kota Lopentine, seperti dugaan Bianca, aku tidak menemukan penginapan yang kosong. Ada dua penginapan mewah yang terdapat kamar kosong, itu adalah kamar eksklusif yang mahal. Dengan kondisi keuanganku yang baru didapat dari hasil tukar tambah barang di Anna's Store, jelas itu tidak mungkin untuk menginap di penginapan yang mewah.
Jadi, selama kota ini merayakan Hari Valentine, aku akan tetap sekamar dengan Bianca.
Hubunganku dengan Bianca tidak sedekat itu, tapi kami tidur sekamar. Tentunya, aku tidur di lantai. Meskipun Bianca mengatakan padaku bahwa kita bisa bergiliran tidur di kasur, aku menolaknya.
Hari masih pagi, matahari bahkan belum menampakkan dirinya, tetapi jalanan telah ramai oleh orang-orang.
Tidak ada persiapan khusus yang perlu dilakukan olehku. Mandi di sungai ketika dini hari untuk menyegarkan jiwa dan raga, mengenakan pakaian yang sama, tidak lupa menyemprotkan parfum yang kemarin kubeli dengan menguras banyak uang yang kumiliki.
Demi tidak untuk mengecewakan Bianca, aku tetap membelinya. Sementara untuk pakaian, aku masih belum memiliki uang yang cukup. Membeli pakaian bisa saja dilakukan di Shop, tapi Poin Quest sangat sulit untuk didapatkan. Ini sangat memberatkanku untuk menggunakan Poin Quest hanya untuk membeli pakaian.
Pakaian bisa dibeli di toko pakaian, tetapi sesuatu seperti Bakat seharusnya tidak bisa.
Tentang Quest, ada banyak hal untuk dilakukan agar aku mendapatkan Poin Quest, tetapi untuk sekarang aku memilih untuk fokus menikmati Hari Valentine bersama Bianca.
"Maaf membuatmu menunggu."
Aku berdiri di depan pintu penginapan, di sini menyaksikan aktivitas jalan yang perlahan semakin sibuk. Mendengar suara itu, aku menoleh ke belakang.
Gaun merah marun yang polos, menunjukkan lekukan tubuhnya yang seimbang, kenapa dia sangat cocok saat mengenakannya? Aku sampai tidak bisa berkata-kata selain terus menatapnya tanpa berkedip. Cara dia berjalan tampak pelan dan tenang. Sungguh sosok yang anggun.
Dia tidak mengenakan riasan apapun, itu murni kecantikan yang dimilikinya.
Kenapa aku bisa merayakan Hari Valentine bersama seseorang seperti Bianca? Apa aku layak berjalan di sampingnya seperti halnya sepasang kekasih?
"Ada apa?" Bianca yang sedikit menundukkan kepalanya, menatapku dengan rona merah di pipinya. "Apa aku terlihat aneh?"
Aku segera tersadar. Ternyata, aku telah membuat Bianca merasa tidak nyaman.
"Ah! Ma-maaf," aku memasukkan tangan kiri di saku celana, mengepal dengan erat. "Maksudku, kamu tampak luar biasa, Bianca."
"Sungguh? Aku sempat khawatir karena takut mempermalukanmu dengan penampilanku."
"Mana mungkin," aku tersenyum kecut. "Malah sebaliknya. Akulah yang sekarang merasa bersalah, karena hanya mengenakan pakaian ini lagi, sementara kamu..."
Aku menghela napas panjang.
Berjalan berdua di jalan, kami melewati banyak orang yang sedang melakukan kesibukan masing-masing. Entah mengapa, ini terasa canggung. Padahal, selama beberapa hari terakhir, aku telah melakukan perjalanan bersama Bianca, berdua di hutan.
Sesuatu sepertinya perlu untuk dijadikan topik obrolan, tapi apa? Aku semakin mengepalkan tangan kiri di saku celana dengan erat.
"Sayang, apa aku terlihat cantik?"
"Kamu itu cantik. Jadi apapun yang kamu kenakan, Sayang, kamu akan selalu tampak cantik."
"Kyaa! Aku makin cinta sama kamu deh!"
"Hehehe... aku juga."
Mendengar percakapan sepasang kekasih di pinggir jalan, yang telah siap untuk menyambut perayaan Hari Valentine, aku menelan ludah. Sementera mereka tampak memiliki hubungan yang dekat, aku dengan Bianca bukanlah siapa-siapa selain dipertemukan dengan cara yang tidak biasa.
Berada dalam situasi seperti ini, jujur saja, aku bingung sekaligus tertekan.
Matahari telah muncul sedikit lebih tinggi. Jalan semakin ramai saja oleh banyak pasangan muda maupun tua. Hampir semua orang yang kulihat mengenakan pakaian yang serasi. Karena baru pertama kali merayakan Hari Valentine, aku sama sekali tidak memikirkan tentang pentingnya bagi sepasang kekasih untuk saling terbuka dan membicarakan hal-hal kecil sekalipun. Tapi, aku dan Bianca bukanlah sepasang kekasih.
Tiba-tiba, langit di atas kota terjadi fenomena aneh. Aku dapat merasakan secara samar sesuatu mengalir ke satu tempat dari segala arah. Perlahan tapi pasti, di pusat yang menjadi tempat berkumpulnya energi mulai membentuk sebuah bola berwarna-warni. Lalu, bola tersebut membesar, membentuk semacam hologram yang menampilkan seseorang.
Orang yang ditampilkan dalam bentuk hologram itu bergerak seperti dia memang hidup, meski hanya terlihat badan bagian atasnya saja.
"Oh! Inilah saat-saat di mana rasa cinta menjadi sangat kental. Apakah kalian merasakannya juga?"
Aku secara spontan segera menggenggam pergelangan tangan Bianca. Itu sungguh mengejutkan bahwa hologram tersebut ternyata mampu mengeluarkan suara. Apakah itu memang hanya hologram belaka atau semacam makhluk fantasi, aku tidak tahu. Naluriku untuk melindungi Bianca apapun yang terjadi jelas kembali terasa.
"YAAA!!!"
Orang-orang dengan semangat menanggapi perkataan orang dalam bentuk hologram. Itu membuat udara bergetar, karena terjadi benturan gelombang suara dari banyak tempat.
"Bagus. Luapkanlah rasa cinta kita di Hari Valentine, agar cinta ini berkembang menjadi cinta sejati yang abadi. Saya bersama istri tercinta, mengucapkan, semoga cinta kita semua diberkati oleh sang Dewi Cinta Luv. Tidak perlu berlama-lama lagi, mari kita pererat ikatan cinta dengan berkencan bersama pasangan masing-masing selama tujuh hari ke depan!"
Semua orang tampak semakin bersemangat ketika orang yang tampil dalam bentuk hologram itu meresmikan perayaan Hari Valentine, yang ternyata adalah acara kencan selama sepekan.
Kencan, tentu saja sebuah sarana untuk melakukan pendekatan dengan pasangan. Bahkan perayaan Hari Valentine baru saja dimulai, tetapi aku telah beberapa kali dikejutkan dengan hal-hal yang tidak terduga. Apalagi, ketika aku bertanya mengenai pria yang tampil dalam bentuk hologram, Bianca menjawab,
"Oh, dia adalah Tuan Kota."
Seseorang seperti Tuan Kota sekalipun tampak antusias dengan perayaan Hari Valentine. Kupikir pria itu adalah semacam perwakilan atau seseorang yang ditugaskan untuk meresmikan pembukaan Hari Valentine dari suatu organisasi. Ternyata, apa yang telah dikatakan oleh Bianca memang benar tentang betapa disukainya Hari Valentine ini.
Tampaknya tidak ada acara khusus. Sejauh yang kuamati, para pasangan kekasih mulai fokus pada kencan masing-masing. Hari Valentine ini, bisa dikatakan sebagai kencan yang dilakukan secara massal.
Orang-orang telah memulai kencan mereka, jadi aku berniat mengajak Bianca juga. Baru saat itulah, aku menyadari bahwa tangan kananku, entah sejak kapan, menggenggam pergelangan tangan Bianca. Tentu saja aku segera melepaskannya dengan panik, dan berkata, "a-aku... minta maaf. Itu... memalukan untuk dikatakan, ta-tapi... aku... su... su-sungguh... tidak menyadarinya."
Melihat kepanikanku, dan cara bicaraku yang tergagap, Bianca tertawa kecil dengan salah satu tangan menutupi bibirnya.
"Ayo," dia meraih tanganku, berjalan di depan sementara dia menoleh ke arahku sambil tersenyum dengan manis. "Kita juga harus berkencan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments