Bab 3 Keluar dari Zona Nyaman

"Keluar, cepat!"

Mau tak mau, aku hanya bisa menuruti perkataan salah seorang yang mengawal kami menuju ke sebuah ruangan gelap, begitu juga orang-orang menyedihkan yang bernasib sama denganku.

Hanya ada satu obor yang sedikit menerangi ruangan ini, tapi aku dapat menebak, ini adalah sebuah gudang.

"Mencoba lari, atau merusak barang-barang yang ada di sini, kalian akan tahu akibatnya. Jadilah kotoran yang baik sebelum Bos memeriksa kalian. Apa kalian mengerti?!"

Mendapati tatapan tajam dari pria itu, aku ikut mengangguk walaupun sangat enggan. Terutama, karena dia menyebut orang-orang menyedihkan ini, yang tentu saja termasuk aku, dengan kotoran. Aku memang menganggap diriku sendiri sebagai seseorang yang sangat menyedihkan, tetapi tidak sampai setingkat dengan kotoran. Tapi yah, setidaknya sampah lebih baik dibandingkan kotoran.

Kriieeet... BUGH!

Orang-orang menyebalkan itu pergi, pintu ditutup, menyisakan kami di dalam tempat yang redup.

[QUEST]

[Dapatkan bukti kejahatan Pedagang Budak (75 Poin Quest)]

[Kalahkah setidaknya 5 tentara bayaran (40 Poin Quest)]

[Selamatkan setidaknya 1 korban (12 Poin Quest per korban)]

[Bebaskan diri (12 Poin Quest)]

Aku hanya ingin memeriksanya, dan sesuai dugaan. Isi dari Quest telah mengalami perubahan, yang pastinya disesuai dengan situasi di lingkungan. Jumlahnya tetap sama. Yang membuatku mengerutkan kening adalah masing-masing Quest terdapat peningkatan jumlah Poin Quest yang akan kudapatkan setelah berhasil menyelesaikan Quest.

Setelah mengamati perilaku Quest, aku segera dapat sedikitnya memahami.

"Semakin sulit Quest yang tersedia, semakin besar Poin Quest yang ditawarkan. Jadi, begitu ya...," aku yang duduk bersila sambil bersandar pada dinding ruangan, hanya dapat menatap langit-langit dengan tatapan kosong.

Kehidupan yang membosankan, berdiam diri di dalam zona nyaman, pada akhirnya aku dipaksa untuk berpikir keras menghadapi situasi yang berbahaya. Bukan hanya itu, terdapat konflikasi pada kondisi tubuh fisik. Andaikan aku belum mengalami peningkatan vitalitas, aku mungkin sekarang telah sakit-sakitan. Bagaimana jadinya aku menghadapi situasi yang sekarang kalau aku masih memiliki tubuh fisik yang buruk?

Jadi, meskipun dihadapkan pada situasi ini, aku entah mengapa malah merasa lebih baik.

Aku bangkit berdiri untuk melakukan beberapa gerakan. Bagaimanapun, terjadi perubahan yang signifikan di dalam tubuhku. Aku perlu beradaptasi para perubahan tersebut.

Seperti yang diharapkan. Aku memang terasa lebih bertenaga. Ketika aku menyentuh dan mencubit kulitku sendiri, itu menjadi sedikit lebih kencang. Melakukan berbagai pergerakan acak pun tidak lagi merasakan sakit pada beberapa bagian persendian. Jujur saja, meskipun aku masih muda, kondisi tubuhku seburuk itu. Juga, alasanku dapat bergerak dengan bebas, tentunya orang-orang menyebalkan itu telah melepasan ikatan pada kami.

Setelah berhenti bergerak, aku kembali terpikirkan tentang Quest yang paling atas. Quest tersebut adalah mendapatkan bukti kejahatan Pedagang Budak, itu tentunya akan sulit untuk dilakukan.

Poin Quest yang ditawarkan sangat besar. Tapi mengingat Quest tersebut hanya bertujuan untuk mendapatkan bukti kejahatan, aku bisa mengandalkan strategi yang cerdik untuk menyelesaikannya daripada menggunakan kekerasan. Ini memiliki banyak cara untuk dilakukan. Sayangnya, untuk mendapatkan peningkatan INT yang berhubungan dengan kecerdasan, aku tidak memiliki sisa Poin Atribut.

INT(1)

Betapa menyedihkannya. Itu cukup membuatku merasa penasaran tentang sensasi yang akan kurasakan ketika aku mengalami peningkatan pada kecerdasanku. Apakah aku memang akan menjadi lebih cerdas ketika poin pada INT meningkat? Bagaimanapun, kecerdasanku cukup berada di atas rata-rata saat ini, seharusnya.

"Yah... kurasa, aku perlu keluar dari ruangan pengap ini dulu sebelum memikirkannya."

Orang-orang menyedihkan yang satu ruangan bersamaku tidak bisa diajak bicara. Mereka tampaknya sangat pasrah pada nasib yang mereka hadapi. Aku tidak tahu apa yang telah mereka alami sebelumnya, tetapi itu mengingatkanku pada diriku ketika aku berada di zona nyaman. Meskipun kasusnya berbeda, ketika melihat orang yang tidak mengusahakan apapun, rasanya memuakkan.

Apakah orang-orang melihatku seperti itu juga ketika aku masih menjadi orang yang menyedihkan? Entah mengapa, aku merasa sangat malu ketika mengingat perilakuku sendiri. Padahal belum lama ini aku menetap di zona nyaman, tetapi aku berubah secara drastis hanya karena mengalami peningkatan kondisi tubuh.

Seperti bagaimana jiwa yang tergabung dengan raga, mestinya satu sama lain saling mempengaruhi.

Meskipun aku telah sangat yakin bahwa ini bukan mimpi, aku berharap ini benar-benar kenyataan yang sedang kualami Situasi saat aku tidak bisa melangkah sedikitpun dan hanya berdiam di dalam zona nyaman lebih mengerikan daripada yang sekarang. Itulah mengapa, rasanya aku lebih bersyukur dapat merasakan tubuh yang begitu bugar.

Pintu ruangan ini dikunci. Tidak ada jalan keluar lain.

Apakah aku akan mendobrak saja pintu keluarnya? Tapi, pasti itu malah menarik perhatian orang-orang menyebalkan itu. Aku harus menghindari pertarungan bagaimanapun caranya. Sangat disayangkan kalau aku menyia-nyiakan kesempatan saat aku berhasil keluar dari zona nyaman.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau aku menunggu pemeriksaan yang akan dilakukan terhadap kami. Itu mungkin hanya pemeriksaan tubuh fisik, seperti yang dikatakan oleh Pedagang Budak kepada Kapten Perompak sebelumnya. Akan sangat gawat kalau Pedagang Budak itu langsung melakukan suatu ritual yang mengekang seorang budak agar tidak dapat membantah kepada pemiliknya, terutama setelah pemeriksaan selesai. Aku harus menghindari kemungkinan tersebut.

Dengan begitu, tdak ada jalan lain selain membebaskan diri sebelum pemeriksaan dilakukan. Hanya saja, di sini sama sekali tidak ada jalan keluar selain pintu masuk ke dalam gudang.

Kalau aku menggunakan cara yang pertama, ada kemungkinan aku bisa selamat walaupun telah menarik perhatian orang-orang menyebalkan itu. Kemungkinan tersebut mestinya kecil. Apa aku bertaruh saja? Daripada berakhir menjadi budak yang tidak bisa berbuat apa-apa, lebih baik kehilangan nyawa sebelum tersiksa lebih jauh, bukan? Tapi, tetap saja itu mengerikan membayangkan kematianku sendiri karena bertarung melawan mereka.

Mungkin, suatu saat aku akan dapat membebaskan diri ketika aku pada akhirnya menjadi seorang budak.

"Sialan. Belum resmi menjadi budak saja sudah membingungkan seperti ini, apalagi nanti?"

Ketika pertarungan terjadi, mungkin aku takkan dapat melakukan perlawanan yang berarti. Aku belum pernah berlatih seni beladiri, hanya melihatnya dari film-film. Itu takkan dapat membantu banyak selama aku tidak memiliki pengalaman bertarung.

Aku ragu-ragu, berdiri di depan pintu.

Trekkk...

Mendengar suara itu, aku sedikit tersentak, sebelum bergegas menjauhi pintu dan duduk di pojokan ruangan.

Pintu dibuka oleh seseorang. Dia berjalan ke tengah ruangan. Kemudian, dia berkata, "kata Kapten, kalian belum diberi makan. Jangan mengecewakan Pedagang Budak itu ketika pemeriksaan dimulai. Kalau nilai kalian lebih rendah dari yang diharapkan, jangan berharap kalian bisa bernapas lagi besok. Tsk. Menyedihkan."

Kata terakhir yang terucap darinya terasa nyelekit, tapi aku takkan melewatkan kesempatan ini.

Dengan gerakan hati-hati, aku mendekati pria yang membawakan kami makanan. Aku segera membelitkan tangan kanan melalui leher bagian depannya, sementara tangan kiri menekan kepala bagian belakangnya. Lalu, tangan kanan mencengkram ujung lengan atasku sendiri. Tanpa ragu-ragu lagi, aku mematahkan lehernya, sebelum perlahan memindahkannya ke pojokan ruangan.

Untuk berjaga-jaga, aku memastikan apakah pria itu masih hidup atau tidak dengan memeriksa denyut nadinya di leher.

DEG-DEG!

Aku tidak bisa merasakannya lagi. Apakah aku baru saja merenggut nyawanya? Kupikir aku hanya akan membuatnya kehilangan kesadaran. Aku memang mendengar suara tulang patah, tapi bukankah itu hal yang biasa ketika seseorang meregangkan badan? Apa aku terlalu berlebihan ketika mematahkan lehernya? Padahal aku tak berniat sampai sejauh itu. Seharusnya itu hanya akan memberikan kejutan pada saraf pusat, bukan?

"Hah... hah... hah..."

Apa yang harus aku lakukan terhadapnya? Aku tahu dia harus dibumikan, tetapi aku tidak bisa melakukannya sekarang. Apa aku membiarkannya saja?

"Fyuh..."

Sekali lagi, aku memeriksa denyut nadinya. Itu tetap tidak dapat kurasakan.

Mendengar suara percapakan dari luar, aku segera tersadar bahwa ini bukan saatnya bagiku untuk memikirkan banyak hal selain melarikan diri. Aku memang ingin menyelesaikan Quest dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Sayangnya, aku bahkan tidak yakin apakah aku dapat berhasil melarikan diri dari sini dengan selamat.

"Maafkan aku... Dan, terima kasih."

Karena, dia telah membukakan pintu gudang untukku.

Setelah memberikan penghormatan singkat pada tubuh yang bersandar pada dinding dengan tanpa daya itu, aku bergegas pergi keluar dari gudang tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!