[Poin Quest]: 90
Aku dapat membeli cukup banyak hal di Shop. Itu adalah mata uang yang sangat sulit didapatkan untuk sekedar dapat digunakan di satu tempat, namun tempat tersebut serba ada.
Banyak hal yang ingin kubeli di Shop, seperti faktor yang mampu menambah kekuatan tempurku agar tidak mengalami nasib menyedihkan seperti saat bertarung melawan pejuang orc. Selama perjalanan ini, aku cukup banyak menghabiskan waktu sendirian dengan melihat-lihat barang yang ada di Shop.
Ada banyak barang yang masih belum dapat kumengerti walaupun aku telah berulang kali membaca deskripsi jenis barang, seperti salah satunya berkaitan dengan pemahaman mengenai suatu hal, contoh spesifiknya pemahaman ilmu seni tombak. Hanya sedikit yang dapat kupahami dari deskripsinya. Barang yang disebut pemahaman ini memberikan layanan yang mempermudah bagiku untuk dapat memahami sesuatu dalam sekejap hanya dengan mengorbankan sejumlah besar Poin Quest. Tentu saja, sangat besar untuk harga yang paling rendah sekalipun.
Untuk saat ini, harga barang yang disebut pemahaman berada jauh di luar jangkauan. Karena hal itu, aku merasa perlu menghemat Poin Quest, dengan harapan aku dapat secara perlahan menambah Poin Quest agar dapat membeli barang yang kuinginkan.
Tidak dalam situasi darurat, aku lebih memilih untuk secara manual mengasah keterampilan Spear Mastery.
Setelah sejauh ini, Shield Mastery telah mengalami peningkatan sebanyak satu tingkat. Aku belum menemukan perbedaannya secara jelas. Yang kurasakan adalah pemikiranku seolah-olah lebih terbuka mengenai penggunaan perisai. Selain itu, beberapa kemampuan telah terbentuk, aku baru saja mengetahuinya dua hari yang lalu.
Ini adalah hari keempat sejak aku melakukan perjalanan bersama Bianca, menuju Kota Lopentine.
Jaraknya memang paling dekat dengan Kota Pelabuhan Vorlte, tetapi daratan ini terbentang luas hanya untuk dijelajahi dengan kedua kaki. Menurut Bianca, dari Kota Lopentine ke Kota Pelabuhan Vorlte akan memakan waktu tiga sampai empat hari dengan menggunakan kereta kuda, sementara sepuluh hari dengan jalan kaki.
Kemampuan yang telah kudapatkan adalah Guard Will. Aku ingat, sesaat sebelum pertarunganku dengan pejuang orc dimulai, Bianca sedang berada dalam bahaya. Tiba-tiba saja aku berada di depannya dengan perisai yang telah siap untuk menghalau serangan, begitulah Guard Will.
Ada semacam syarat agar dapat mengaktifkan Guard Will. Seperti yang pernah diaktifkan sekali, Guard Will akan aktif ketika aku berkeinginan besar untuk melindungi seseorang. Aku beberapa kali mencoba mengaktifkannya, tetapi semuanya gagal. Itu harus memenuhi persyaratan memang, secara mutlak. Karena tidak ada bahaya seperti perterungan dengan pejuang orc, Guard Will tidak memiliki kesempatan untuk aktif.
Selain mampu memindahkan secara instan kepada seseorang yang ingin dilindungi, Guard Will juga memberikan peningkatan Atribut sebanyak 25%, yang menjadi alasan bagiku untuk dapat bertahan dengan cukup baik saat menghadapi pejuang orc.
"Tidak banyak orang yang bisa berhadapan dengan pejuang orc secara langsung, seperti yang telah kamu lakukan," begitulah yang dikatakan oleh Bianca saat dia mempertanyakan tentang bagaimana aku dapat cukup mengimbangi pejuang orc yang terkenal tangguh. Dia yang menyinggung tentang petualang, mengatakan bahwa bahkan petualang di peringkat B sekalipun akan kesulitan untuk meghadapi pejuang orc seorang diri.
Daya serang pejuang orc memanglah besar. Pengaruh dari 'Tidak goyah' yang dimiliki Sacred Greaves dan Sacred Boots sampai melampaui batas kapabilitasnya. Aku, yang saat menahan serangannya ketika menggunakan perisai, adalah sebuah prestasi yang luar biasa.
Bagaimanapun, kondisi vitalitasku sangat tinggi.
Bianca juga bertanya-tanya tentang kecepatan pemulihanku yang sangat cepat. Padahal, di saat-saat terakhir, aku terluka parah oleh pejuang orc. Hanya memerlukan satu malam untuk melakukan penyembuhan total pada luka dalam maupun tulang lengan yang patah, aku sampai tidak menyadari bahwa aku pernah terluka separah itu.
Matahari sebentar lagi akan terbenam. akhirnya kami keluar dari jalur pepohonan dan semak belukar. Sebuah jalan tanah yang lebar, aku menemukan banyak kereta kuda maupun pejalan kaki yang sedang mengalir ke satu arah.
"Apa jalanan selalu ramai seperti ini?" tanyaku, yang memperhatikan orang-orang, penunggang kuda, maupun kereta kuda dengan desain yang berbeda-beda.
"Oh, kamu belum tahu, ya? Di Kota Lopentine akan diadakan perayaan Hari Valentine. Mereka seharusnya datang dari kota kecil maupun pedesaan. Tersisa dua hari lagi untuk hari perayaan, tapi orang-orang tentunya mempersiapkannya lebih awal."
Aku mengangkat salah satu alis. "Hari Valentine? Apa itu perayaan yang sama dengan yang kupikirkan?"
"Perayaan besar dan menjadi kesukaan orang-orang seharusnya diketahui banyak orang. Kalau kamu tidak mengetahuinya, maka kamu orang yang aneh," Bianca menatapku dengan datar. "Aku juga menyukai Hari Valentine. Itu sangat romantis, meskipun...."
"Meskipun?"
"Tidak. Lupakan," dia berjalan lebih cepat, membuatku berada di belakangnya.
Sebuah dinding dari tumpukan batu yang telah dipahat agar memiliki bentuk yang selaras, yang tampak begitu tinggi lagi besar, mulai terlihat. Tempat orang-orang masuk adalah sebuah gerbang yang di atasnya terdapat tiang yang memegang erat bendera yang sedang berkibar.
Ukuran gerbangnya, tentu saja jauh dari kata sempit. Tiga sampai empat kereta kuda dapat masuk secara bersamaan, apalagi para pejalan kaki yang bisa masuk melalui celah yang sempit sekalipun.
Ada orang-orang yang mengenakan zirah dengan desain yang seragam, tampaknya mereka adalah para prajurit yang ditugaskan untuk menjaga ketertiban di pintu masuk kota. Dalam keramaian, entah kapan datangnya kericuhan, seperti perkelahian konyol, perdebatan, dan lain-lain. Jadi, keberadaan mereka sangat diperlukan, meski sejauh yang kulihat, belum terjadi sesuatu yang mengharuskan mereka untuk turun tangan.
Berjalan dalam keramaian, sungguh tak terasa waktu telah berlalu, aku baru saja melewati gerbang. Jantungku berdegup dengan kencang. Untuk pertama kalinya, aku merasa terpukau oleh pemandangan sebuah perkotaan.
Di Kota Pelabuhan Vorlte, memang cukup ramai, tetapi masih jauh lebih sepi jika dibandingkan dengan Kota Lopentine. Memang ini disebabkan oleh perayaan Hari Valentine yang akan diadakan sebentar lagi, tapi bukan hanya jumlah orangnya saja yang membuaku terpukau. Bangunan, tentu saja, lebih menarik perhatian.
Lebih banyak bangunan bertingkat, beberapa menara terlihat. Nuansa abad pertengahan terasa sangat kental di sini.
Lihatlah, tali-tali yang menghubungkan bangunan di sisi kiri dengan bangunan yang ada di sisi kanan jalan. Aku dapat menebak, pada hari-hari biasa, tali-tali tersebut akan dijadikan sebagai gantungan baju.
"Di sini tempat aku menginap. Mungkin, untuk sementara, kamu bisa menyewa kamar di sini sampai kamu menemukan tempat penginapan yang cocok."
"Ah, iya. Terima kasih."
Dia sedikit memiringkan kepala dengan salah satu alis yang terangkat, menatapku aneh. "Untuk apa berterimakasih? Aku takkan membayarkannya untukmu, lho. Kamu harus bayar sendiri."
"Aku tahu kok!" Aku tersenyum dengan canggung.
Itu hanya ucapan terima kasih karena dia menyarankan tempat penginapan sementara, hari sebentar lagi akan gelap, memang lebih baik segera mendapatkan tempat untuk menginap. Atau, entahlah, mengapa aku berterimakasih padanya?
Penginapan yang terdapat tanaman rambat dengan bunga putih yang setengah mekar menempel di sebagian besar dinding luarnya, tinggi bangunan dua tingkat.
Aku melakukan pendaftaran di meja resepsionis, sebenarnya Bianca yang melakukannya, lalu,
"Maafkan saya, Nona Bianca, kamar kosong tidak tersedia untuk sekarang, baru saja kamar terakhir ada yang menyewanya."
Bianca menatapku dengan tatapan bersalah.
"Berhenti menatapku sepeti itu," aku mengibas-ngibaskan tangan. "Lagipula, aku bisa mencari penginapan lain, bukan?"
Berada di depan pintu masuk penginapan, Bianca berkata, "mengingat situasi kota sekarang, akan sulit untuk menemukan penginapan kosong. Orang-orang yang telah meyewa kamar mungkin berdesakan agar bisa memiliki tempat tinggal sementara,"
"Itu masuk akal," aku mengangguk kecil.
Membayangkan aku yang berkeliaran mencari tempat untuk menginap sampai malam, aku tidak merasa panik karenanya. Bagaimanapun, hidup seorang diri, segalanya adalah kebebasan. Sendirian, aku bisa tidur di mana saja. Tidak perlu khawatir tentang pendapat orang lain karena keadaan yang tidak memihak.
Aku bisa tidur di kursi yang ada di taman, setidaknya untuk malam ini. Pencarian kamar bisa dilakukan keesokan harinya. Tidur di luar tidaklah buruk. Selama berada di hutan, aku tidur beratapkan langit.
Hari semakin gelap. Jadi, aku segera berpamitan dengan Bianca, mengatakan padanya bahwa semuanya baik-baik saja. Tentu saja, aku juga akan berusaha mecari penginapan kosong terlebih dahulu. Bagaimanapun, itu hanya dugaan. Bisa saja ada kamar kosong di suatu penginapan, aku tak perlu lagi tidur di luar ruangan.
"Bagaimana kalau..."
Langkahku terhenti mendengar suara di belakangku. Aku menoleh ke arah Bianca, yang masih berdiri di depan pintu penginapan.
"Kamu menginap di kamarku untuk malam ini?"
Itu adalah tawaran yang sangat tidak terduga. Bianca, seorang wanita yang terlihat sedikit lebih tua dariku, seharusnya memiliki beberapa pikiran yang buruk kalau dia membiarkan seorang pria tidur dalam satu kamar dengannya. Apakah dia tidak takut aku melakukan sesuatu yang mesum terhadapnya? Di satu sisi, aku merasa senang, karena dengan begitu, dia telah menaruh kepercayaan terhadapku.
"Apa... kamu yakin?"
"Aku berhutang nyawa padamu. Ini tidaklah seberapa."
Mendapat tawaran tempat tinggal yang lebih baik daripada tidur di luar, siapa yang akan menolaknya saat penginapan di tempat lain kemungkinan kecil masih tersedia kamar kosong?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments