Dengan sekali ayunan kapak batu yang berukuran besarnya, pohon yang terkena akan tumbang seketika. Pohon tidak terpotong dengan rapi, sebaliknya itu seperti terpotong akibat daya rusak yang sangat besar dari kapak batu yang tumpul.
"RAAGH!"
BWARRR!!!
Tanah bergetar ketika pejuang dari ras orc, sosok yang bertubuh besar penuh dengan otot berwarna hijau kusam, mengayunkan kapak batunya secara vertikal ke arah wanita yang memiliki rambut panjang bergelombang dengan warna coklat kastanye. Wanita itu mengenakan pakaian semacam jubah yang menjuntai hingga mata kaki, ada penutup kepala yang dibiarkan berkibar bersama dengan rambutnya ketika tertiup oleh angin.
Meski tampak lebih, wanita itu dapat menghindari serangan mematikan dari pejuang orc. Kalau serangan tersebut mengenainya, tidak ada nasib baik sebagai hasil akhirnya. Tapi, sampai kapan dia akan terus-terusan menghindari serangan dari pejuang orc? Dia tampak tidak memiliki waktu untuk dapat merapalkan mantra hingga selesai.
Pejuang orc itu, tubuhnya memang besar, tapi gerakannya cepat.
Ada pergerakan angin yang tidak normal di sekitar wanita penyihir itu, seolah-olah angin di sekitarnya membantunya untuk dapat bergerak dengan mudah. Dia dapat bergerak dengan langkah ringan, mungkin begitulah yang terjadi. Angin memang membantunya dalam bergerak.
Tak peduli seberapa berbahayanya ayunan kapak batu pejuagn orc, kalau tidak mengenai tepat pada wanita penyihir yang menjadi lawannya, serangannya tidak berarti apa-apa selain hanya merusak pepohonan dan area sekitar. Untuk sementara waktu, mungkin ekosistem di sekitar akan rusak akibat dari pertarungan tersebut, tetapi tidak ada yang memperhatikan hal tersebut selama nyawa menjadi taruhannya.
Wanita penyihir itu tampak terpojok, raut wajahnya pun menjadi lebih tegang. Postur tubuhnya goyah pada saat salah satu kakinya tersangkut pada akar tunjang. Itu seperti dia telah menduga akan kejadian tersebut, tetapi tidak mencoba untuk menghindari nasibnya.
Mungkin, dia telah mencoba berbagai kemungkinan, dan pada akhirnya dia tetap tidak bisa menghindar dari nasib yang seharusnya terjadi.
Apakah dia mampu memprediksi masa depan?
Kapak batu yang berukuran besar itu sedang berayun dengan kecepatan tinggi padanya, tetapi wanita penyihir itu tidak mampu untuk menghindari serangan tersebut kali ini. Bola matanya tampak gemetar selama pantulan bayangan pada matanya membentuk kapak batu yang tampak semakin membesar.
Kemudian,
DENTANG!
Wanita penyihir itu menghela napas pelan, seperti dia baru saja merasa lega karena sesuatu yang telah diprediksinya benar-benar terjadi.
***
Beberapa saat sebelumnya, itu adalah waktu ketika aku baru saja tiba di tempat pertarungan.
Kelopak mataku membulat begitu menemukan ada seorang wanita yang tampak tidak berdaya sedang menghadapi kematiannya. Aku tidak memikirkan apapun, selain ada kehendak kuat untuk menyelamatkan wanita itu bagaimanapun caranya.
[Guard Will telah didapatkan!]
Tiba-tiba saja, aku dapat bergerak dalam sekejap hanya untuk muncul di antara sesosok makhluk hijau berbadan besar dengan seorang wanita di belakangku. Sacred Shield telah berada di posisi, kemudian dengan gagah menahan kapak batu besar yang sedang berayun. Menggunakan momentum yang diberikan oleh sosok besar berwarna hijau, aku memberikan dorongan kuat padanya hingga menciptakan gelombang hempasan angin.
Teknik yang secara tidak disengaja kuperoleh, mengejutkan bahwa itu cukup kuat untuk membuat sosok besar berwarna hijau itu terpental.
Aku sekilas melirik ke belakang, wanita itu perlahan bangkit.
"Hey, carilah tempat yang aman. Aku akan mengalihkan perhatian makhluk aneh itu dan menahannya untuk sementara," kataku yang menatap dengan tajam ke arah sosok besar berwarna hijau.
Jujur saja, hanya menatap makhluk tersebut telah cukup membuat bulu kudukku berdiri.
Tawa kecil terdengar. "Orang-orang menyebutnya sebagai pejuang orc. Dibandingkan melarikan diri, bagaimana kalau kita bekerja sama? Akan sulit untuk menghadapinya sendirian lho," katanya, sebelum dia berdiri di sampingku, kemudian menoleh ke arahku daripada memperhatikan pejuang orc yang mulai berlari ke arah kami.
"Begini-begini, aku bisa memberikan bantuan di belakangmu lho, kamu bisa menghadapinya di lini depan."
Ada tongkat kayu di tangannya. Tongkat itu bukan tongkat yang biasanya digunakan untuk memukul. Pada bagian atasnya terdapat semacam batu berwarna ungu. Mungkinkah dia penyihir? Seharusnya, dia memang tidak mungkin hanya seorang wanita biasa saat dirinya berada di alam liar sepreti ini.
Tidak ada waktu untuk menjawab, aku bergegas maju ke depan untuk menghadang sosok yang disebut pejuang orc itu.
Pada serangan yang kedua, pejuang orc kembali dibuat terpental oleh teknik serangan balasanku yang kunamai dengan Bash! Counterattack. Itu mengandalkan prinsip 'senjata makan tuan', di mana energi yang terkandung dalam serangan lawan akan dikembalikan menjadi serangan yang melukainya dalam bentuk dorongan keras.
Dua sampai tiga serangan selanjutnya, pejuang orc terus dibuat terpental oleh Bash! Counterattack milikku. Kemudian, akhirnya pejuang orc mulai memahami bagaimana cara menghadapi Bash! Counterattack seolah-olah putaran serangan ini dijadikan sebagai sarana untuk belajar.
Memanglah pantas disebut sebagai pejuang orc.
Bash! Counterattack tidak lagi berpengaruh pada pejuang orc. Energi besar yang terkandung dalam serangannya berkurang banyak untuk dapat digunakan sebagai serangan balasan, sementara serangannya menjadi lebih kuat.
Pejuang orc mengayunkan kapak batunya dari bawah bagian sudut kanan, mengarah pada tulang rusukku. Dengan kecepatan geraknya, dan gerakan reflekku yang lebih lambat, aku tidak memiliki waktu untuk menahan serangan tersebut menggunakan perisai. Jadi aku menggunakan tangan kanan yang dilipat sebagai gantinya.
BANG!
"Ugh!"
Aku terpental ke samping. Ada sedikit jeda ketika kedua kakiku berjuang untuk mempertahankan posisinya, yang pada akhirnya terangkat juga. Pengaruh dari Sacred Greaves dan Sacred Boots menyerah ketika aku mengalami goncangan yang melebihi kapasitasnya.
Saraf pada tubuhku mengalami kejutan ekstrim, membuatku bergetar saat aku mencoba untuk kembali bangkit.
"Uhuk!"
Aku batuk darah, tapi tidak ada waktu untuk menyeka noda pada bibirku, juga karena kepalaku tertutupi Sacred Helmet. Mengalami luka dalam akibat menerima serangan tersebut memang tidak mengherankan.
Ketika terluka, tubuhku secara otomatis akan melakukan penyembuhan diri dengan kecepatan di atas normal. Pada dasarnya, proses tersebut memerlukan waktu, dan aku perlahan merasakan sensasi aneh di dalam tubuhku, seperti darahku bekerja dengan keras untuk menyembuhkan luka di dalam. Bukan hanya luka dalam, tangan kanan pun tidak bisa digerakkan.
Pertarungan belum berakhir, tentu saja.
Dalam kondisi seperti ini pun pandangan mataku masih terfokus pada pejuang orc. Sebagaimana yang dikatakan oleh wanita itu, dia memang bukanlah wanita biasa. Aku baru saja menyaksikan bagaimana sesuatu yang kupikir adalah sihir dirilis olehnya, kelopak mataku masih melebar karenanya.
Pejuang orc yang seharusnya melakukan serangan lanjutan kepadaku yang sedang berada dalam kondisi buruk ini, kini tidak bisa bergerak karena tubuhnya dililit oleh banyak tangan hitam yang muncul dari bayangan di bawah kakinya.
"Kamu!" seru wanita itu ketika dia mulai berlari ke arahku. Raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran selama pandangan matanya fokus menatapku. "Kenapa begitu ceroboh!"
Sambil memegangi bahuku, berpikir bahwa aku mungkin sedang berjuang hanya untuk tetap berdiri, dia berkata, "maafkan aku. Karena aku, kamu terluka. Padahal kamu datang untuk membantuku. Aku seharusnya bisa merapal lebih cepat, tapi aku hanyalah penyihir amatir. Jadi-"
Aku tertawa kecil. "Ini memalukan, sungguh. Tak kusangka serangannya begitu kuat," aku mulai berjalan ke arah pejuang orc yang masih berusaha untuk lepas dari lilitan tangan hitam.
Kapan aku memiliki keinginan untuk melindungi orang lain? Aku sendiri tak begitu mengerti, seolah aku tidak bisa berpaling dari ini.
Lagipula, siapa yang akan tega membiarkan seorang wanita sendirian melawan sosok mengerikan seperti pejuang orc? Membayangkan wanita ini bertarung sendirian membuat darahku mendidih.
Atau, mungkin juga kebanggaanku sebagai seorang pria tidak ingin kalah dari pejuang orc di hadapan seorang wanita?
Rasa sakit yang kurasakan pada tubuhku malah membuatku semakin merasa bersemangat entah mengapa. Sensasi yang kurasakan saat darahku berjuang untuk menyembuhkan luka terasa menyenangkan. Bukan berarti aku suka dengan rasa sakit. Sebelum ini, jari kelingking pada kaki yang terbentur dengan kaki meja saja membuatku menjerit kesakitan, dan itu sungguh tidaklah menyenangkan.
Sesak di dada telah cukup berkurang, tangan kanan pun sedikit dapat digerakkan.
Apakah aku dapat mengalahkan pejuang orc?
Dalam kondisi sekarang, sudah jelas bagiku untuk dapat mengalahkannya adalah sebuah hal yang mustahil.
"Apa kamu bodoh?! Ke mana kamu akan pergi?!"
Aku memanggil Tombak Logam Ringan sambil terus berjalan ke arah pejuang orc. "Kamu penyihir, tapi kamu bodoh. Sudah jelas aku akan melanjutkan pertarungan ini, bukan?"
[Anda membeli Bakat Spearman, 25 Poin Quest telah digunakan]
[Spear Mastery telah didapatkan]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments