Bab 11 Entah Bagaimana, Sukses

Orang yang menjadi ketua dari sekelompok tentara bayaran ini memang menggunakan kaki sebagai kekuatan tempur utama, sementara yang lain benar-benar mengandalkan senjata masing-masing.

Aku hanya memasang kuda-kuda bertarung, dalam mode bertahan. Tampaknya mereka memang memiliki pengalaman bertarung yang banyak. Padahal aku berencana untuk melakukan serangan balasan dengan memberikan hantaman perisai ketika kesempatan datang, tetapi mereka nyatanya tidak memberikan kesempatan sekalipun padaku.

Sebagian menyerang dari depan, sementara yang lainnya menyerang dari arah lain. Orang yang menyerang dari depan pun dengan cekatan menarik diri agar keluar dari jangkauan hantaman perisaiku. Ketika aku mencoba untuk mengayunkan perisau secara mendatar, memutar tubuh, itu malah memberikan celah yang besar untuk mereka.

Mereka, tentu saja tidak membiarkan celah tersebut lepas.

Beberapa kali aku menerima serangan fatal, tetapi tidak satupun dari serangan tersebut bahkan mampu membuat pendirianku goyah. Seolah aku adalah sebuah benteng tak tertembus, kuda-kuda bertarungku tetap stabil.

Bukan disebabkan ketahanan tubuhku bahwa aku dapat berdiri dengan stabil dari berbagai serangan berbahaya, melainkan efek dari Sacred Boots dan Sacred Greaves, mungkin.

"Apa... a-apakah dia monster?!"

Beberapa menit telah berlalu sejak mereka menyerangku. Dalam hal ini, merekalah yang kelelahan akibat terus menyerang dengan sekuat tenaga. Aku? Tidak setetes pun ada keringat yang muncul pada pori-pori kulit tubuhku.

Ini sungguh di luar dugaan. Meskipun aku berada dalam kondisi yang baik sejauh ini, Full Paladin Armory telah memiliki cukup banyak goresan, meski tidak dalam. Dan, tentu saja, aku sama sekali tidak terluka. Beberapa kali ada serangan pada kepala yang membuatku pusing, tetapi berkat kekuatan regenerasi alami tubuhku yang telah diperkuat, aku dapat kembali stabil dengan cepat.

Kalau terus seperti ini, aku merasa percaya diri untuk dapat mengalahkan mereka. Masalahnya adalah waktu yang dibutuhkan mestinya cukup lama, sementara tentara bayaran yang lain mungkin sebentar lagi akan segera tiba di sini.

Bagaimana caraku mengalahkan mereka selain membuat mereka kelelahan?

"Sialan kau! MATILAAAH!!!"

Bersamaan dengan teriakannya, satu orang tentara bayaran mengayunkan pedang besarnya dari atas ke bawah padaku, dari arah depan.

Itu adalah kesempatan yang kutunggu-tunggu.

Kaki kanan bergerak ke belakang sejauh dua langkah, membuat tubuhku menghadap ke kanan, sementara perisai tetap menghadap ke depan. Begitu pedang besar itu menghantam perisai, aku sedikit membiarkan energi dorongan tersebut untuk mendorongku ke belakang, dengan sedikit menekuk lutut kaki kananku. Seperti halnya air, aku memanfaatkan energi tersebut untuk kembali memberikan dorongan keras kepada lawan.

BAAMMM!!!

"Ugh! UWAAAH!!!"

[Kalahkan setidaknya 5 tentara bayaran (40 Poin Quest) - 20% selesai]

Pria yang barusan menyerangku benar-benar terdorong jauh. Dia yang tergeletak setelah menghatam barang-barang bekas yang ada di gang gelap, tidak kembali bangun. Setidaknya, mungkin dia tidak sadarkan diri.

"Brengsek. Kau pengecut, berpura-pura tidak bisa menyerang rupanya!"

"Hati-hati, kalian!"

Aku ingin tertawa. Dikatakan pengecut? Bukankah mereka yang pengecut, mengeroyok seseorang yang tidak berpengalaman sepertiku? Sebelum dapat aku menanggapinya, suara terdengar dari belokan jalan yang berada tak begitu jauh dari sini.

"Kalian, bertahanlah!" seru salah seorang dari mereka.

Jumlah mereka, mungkin, sekitar 20 orang? Atau, bahkan bisa jadi lebih banyak lagi? Aku tidak memiliki waktu untuk memperhatikan mereka, apalagi menghitung satu per satu orang. Bisa-bisa, aku berakhir ditawan kalau tidak cepat-cepat melepas diri dari sini.

Sial. Apa yang harus kulakukan?

Aku mungkin bisa langsung melarikan diri, tapi orang-orang yang mengelilingiku takkan membiarkanku dapat lepas dengan mudah, apalagi moral mereka tampak meningkat karena kedatangan bala bantuan.

Memang tidak ada cara selain mengalahkan mereka terlebih dahulu, sebelum kabur.

Dalam keadaan mendesak, mungkin karena aku tidak merasa panik, aku masih sempat untuk membuka fitur Shop. Aku seharusnya bisa mengalahkan orang-orang di sekeliling hanya dengan menggunakan perisai dalam keadaan mereka yang kelelahan, tetapi itu akan memakan waktu yang cukup lama. Aku harus memiliki persenjataan ofensif.

Shop, tentunya menjual persenjataan juga. Pada pandangan pertama, sebuah tombak mencuri perhatianku. Harganya...

[Anda membeli Tombak Logam Ringan seharga 10 Poin Quest. Barang telah dikirim ke Inventory]

Aku menghela napas mendapati bahwa Poin Quest milikku hanya menyisakan 1 lagi. Padahal, untuk mendapatkan 12 Poin Quest saja cukup susah, tapi ini keadaan mendesak, tak apalah.

Dengan cepat, aku memanggil tombak yang baru saja dibeli. Tombak Logam Ringan muncul begitu saja di udara, yang segera kucengkram dengan erat.

Mereka terkejut, itu sudah pasti. Memanfaatkan keterkejutan mereka, aku mengerahkan tenaga yang besar untuk mengayunkan tombak secara mendatar. Satu orang terkena di bagian dada, tiga orang berhasil menangkisnya menggunakan tangan karena tidak sempat, dan dua orang terkena pada bagian leher. Mereka semua terhempas.

Tidak ada yang dapat menghentikanku lagi. Jadi, aku bergegas pergi dari sana.

"BERHENTI DI SANA, OOY!"

Aku telah memasuki gang gelap, sementara mereka yang merupakan bala bantuan tentara bayaran baru tiba di tempat ketujuh tentara bayaran yang telah tumbang.

[Kalahkah setidaknya 5 tentara bayaran (40 Poin Quest) - selesai!]

***

Hari terus berganti, sejak aku berhasil mendapatkan bukti-bukti kejahatan seorang pedagang budak bernama D'Meatros, aku telah melakukan perjalanan menuju tempat yang tidak kuketahui, karena memang aku tidak memiliki tempat tujuan. Asalkan tiba di sebuah kota, itu bagus.

Tersesat di tempat antah berantah, begitulah.

Berkat adanya Sistem, aku tidak begitu sulit untuk bertahan hidup, selain harus beradaptasi di lingkungan liar, dan bahaya yang bisa datang dari mana saja dan kapan saja.

Berada di tempat yang ekstrim untuk pertama kalinya, aku tidak panik dan tertekan, malah ada perasaan lega dalam hati seolah-olah sesuatu yang mengekangku telah menghilang sepenuhnya. Itu juga disebabkan oleh kabar baik dari Sistem. Selama sebulan lebih, aku takkan menghadapi masalah dalam hal makanan walaupun terus tersesat di hutan. Mungkin, aku juga akan perlahan mencoba melakukan perburuan untuk meningkatkan keterampilan diri.

[Poin Quest]: 115

Sampai saat ini, aku melepaskan Full Paladin Armory hanya ketika aku menemukan sumber air untuk bersih-bersih. Selain dari itu, aku terus mengenakannya, dengan alasan untuk berjaga-jaga.

Selama perjalanan ini pula, aku mencoba untuk melatih diri dalam penggunaan tombak. Seperti bagaimana aku yang terus-menerus mengenakan zirah berat, persentase Heavy Armor Mastery turut meningkat. Meskipun aku tidak memiliki keterampilan yang berkaitan dengan penggunaan tombak, aku menduga bahwa mungkin saja keterampilan terkait akan terbentuk seiring aku berlatih.

Entah telah berapa kali aku melakukan tusukan maupun memutar tombak secara asal-asalan, apa yang kuharapkan tidak terwujud.

Aku memiliki dugaan tentang keterampilan yang dapat terbentuk setelah aku secara tak terduga mendapatkan Shield Mastery. Keterampilan tersebut seharusnya terbentuk pada saat pertarungan melawan tentara bayaran, Meski hanya menggunakannya sebagai perisai, yang terkadang juga digunakan untuk ofensif, nyatanya keterampilan tersebut terbentuk dengan cepat.

Atau, mungkinkah keterampilan tempur dapat terbentuk ketika aku menghadapi pengalaman bertarung yang nyata? Sejauh ini, aku memang tidak lagi menghadapi pertarungan nyata, selain ancaman dari binatang buas.

Hanya dengan mengandalkan perisai, binatang buas seperti macan hitam akan kabur karena instingnya merasakan ancaman dariku, sampai tidak sempat menggunakan tombak.

Mungkin karena aku telah memiliki Shield Mastery, ide-ide mulai bermunculan dalam penggunaan perisai. Kupikir penggunaan ofensif perisai memang memiliki jangkauan luas, tetapi tidak lebih mematikan daripada senjata tajam atau senjata lainnya yang memang berfokus pada ofensif. Perisai pada dasarnya digunakan untuk melindungi diri dari serangan, jadi kegunaan utamanya adalah untuk defensif.

Saat ini, matahari sebentar lagi berada tepat di atas kepala. Biasanya aku akan menggunakan waktu ini untuk mencari tempat yang teduh dan nyaman untuk dijadikan tempat peristirahatan.

Perjalanan seorang diri, tentu saja terdapat sisi negatif maupun positifnya. Sisi negatifnya, aku harus mengandalkan diri sendiri dalam berbagaihal, sementara sisi positifnya adalah aku memiliki kebebasan penuh dalam setiap tindakanku. Kapan aku akan beristirahat atau tetap melanjutkan perjalanan, itu tergantung padaku sendiri. Takkan ada yang mengemukakan pendapat tentang apa yang perlu dilakukan pada waktu-waktu tertentu.

Kebiasaan kecil telah terbentuk karenanya, tadinya berniat untuk beritirahat. Tapi, perhatianku segera teralihkan pada suara raungan tak begitu jauh dari sini, juga ada suara lainnya yang membuatku berpikir bahwa mungkin di sana terjadi pertarungan atau semacamnya.

"Hm... tidak ada salahnya aku pergi ke sana," gumamku pelan, sebelum mulai berlari menembus semak-semak.

Sementara itu, tempat yang hendak dituju olehku, memang sedang terjadi pertarungan. Itu bukan pertarungan antara manusia dengan manusia. melainkan seorang wanita yang tampak lemah melawan sesosok humanoid besar yang berotot berwarna hijau gelap dan kusam. Sosok besar itu sangat agresif saat mengayunkan kapak batunya yang berukuran besar, mengejar sang wanita yang tampak bersusah payah merapalkan mantra.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!