Hujan semakin menguyur dengan deras, dari jauh terlihat kilat yang menyambar tiada henti. Samuel berdiri di depan jendela cukup lama menunggu Scarlet kembali tapi sudah begitu lama dia menunggu, Scarlet tidak juga kembali. Entah di mana Scarlet saat ini, dia sudah memerintahkan seseorang untuk mencarinya tapi dia merasa tidak tenang karena hujan itu.
Samuel hanya bisa menunggu karena cuaca seperti itu adalah musuh besarnya dan paling anti bagi phobia yang dia derita. Dia akan menunggu sebentar lagi sampai anak buah yang dia utus membawakan kabar untuknya tapi bagaimana jika keberadaan Scarlet tidak juga ditemukan? Sepertinya dia harus pergi mencari Scarlet meski penyakitnya akan kambuh karena keadaan yang basah di mana kuman yang tidak dia sukai pasti begitu banyak. Rasanya tidak mungkin dia akan melakukannya tapi dia tidak bisa kehilangan satu-satunya orang yang dapat bersentuhan dengannya.
"Siapkan mobil, aku ingin pergi!" perintah Samuel pada asisten pribadinya karena
"Tapi, Sir?" Sang asisten tampak ragu karena Samuel tidak pernah pergi ke mana pun saat sedang hujan.
"Aku ingin pergi mencarinya sendiri, segera siapkan mobil!" perintah yang tak bisa dibantah sehingga mau tidak mau, sang asisten pun melakukannya karena dia tidak bisa membantah.
Meski hujan semakin deras, tidak menyurutkan niat Samuel untuk mencari Scarlet. Semua jalan ditelusuri, entah sudah berapa lama dia tidak peduli karena dia ingin menemukan keberadaan Scarlet. Seharusnya dia tidak terlalu keras pada Scarlet dan memarahinya akibat kesalahan yang dia lakukan padahal Scarlet sudah berkata jika dia tidak bisa.
Scarlet berdiri di sisi halte dengan pikiran kacau. Tangannya sesekali terulur untuk menadah air hujan dan setelah itu, Scarlet mendongak untuk melihat derasnya air hujan yang tak kunjung berhenti. Udara dingin membuatnya mengusap lengan sesekali. Scarlet semakin putus asa saja karena dia semakin tidak tahu harus pergi ke mana.
Samuel yang mencari dirinya akhirnya mendapatkan laporan dari anak buahnya jika Scarlet berada di sebuah halte bus. Tidak ingin membuang waktu, Samuel memerintahkan asistennya untuk segera pergi ke halte tersebut namun mobilnya berhenti cukup jauh. Samuel tidak langsung menghampiri Scarlet, pemuda itu justru memperhatikan Scarlet yang sedang duduk di halte.
"Apa yang akan kau lakukan, Sir? Apa kau ingin aku menghampirinya?" tanya asistennya.
"Menurutmu, apa yang harus aku lakukan padanya? Aku sangat ingin menghukumnya tapi jika aku berlaku lebih keras lagi, aku yakin dia akan lari lagi dariku!"
"Tapi dia hanya wanita asing yang tak jelas asal usulnya, Sir. Apa kau akan bermurah hati pada wanita itu?"
"Aku tidak sedang bermurah hati, tapi dia satu-satunya yang bisa aku sentuh dan jika aku menginginkan penyakit ini sembuh, aku harus mempertahankan dirinya di sisiku. Lagi pula aku sudah membayarnya mahal, aku tidak mau rugi apa pun! Sekarang bawa aku ke sana!" perintah Samuel.
"Baik, Sir!" mobil dibawa mendekat dan dihentikan di sisi halte bus. Scarlet tak bergeming melihat mobilnya, dia tahu jika itu Samuel. Pria itu tidak mungkin melepaskan dirinya setelah uang banyak yang dia keluarkan untuk membeli dirinya.
Sang asisten keluar terlebih dahulu, sebuah payung disiapkan agar Samuel tidak basah karena air hujan. Scarlet beranjak dari tempat duduk ketika Samuel keluar dari mobil. Entah dia harus bersyukur atau marah atas kejadian yang dia alami, dia tidak tahu.
Jika Samuel tidak membelinya, maka dia tidak akan pernah tahu sifat Darien bahkan dia bisa menikahi orang yang salah tapi jujur saja, dia tidak mau dibeli oleh siapa pun dan menjadi kekasih bayaran siapa pun. Meski ada hikmah dari kejadian itu tapi dia harus terikat dengan pemuda itu selama dua tahun dan harus menjadi tawanannya.
Samuel menghentikan langkah di hadapannya, tatapan mata tak lepas dari Scarlet yang sedang menatapnya dengan tajam. Apa pun itu, meski dengan kejadian ini membuatnya tahu seberapa baji*ngannya Darien yang dia cintai selama ini, dia tetap benci dengan pria aneh yang sedang berdiri di hadapannya saat ini.
"Untuk apa kau datang?" Scarlet begitu sinis, dia tidak ragu menunjukkan rasa tidak sukanya pada Samuel.
"Kau sudah menjadi milikku. Apa kau pikir kau bisa lari dariku begitu saja?"
"Aku bukan milik siapa pun dan aku tidak kau menjadi milikmu!" teriak Scarlet marah.
"Apa pun yang kau ucapkan, kau tidak bisa mengubah kenyataan jika kau sudah menjadi milikku!" Samuel meraih tangan Scarlet, dia berniat mengajaknya pergi dari tempat itu namun Scarlet menepis tangannya. Akibat amarah dan perasaan yang dia tahan sedari tadi setelah penghinaan yang dia dapatkan dari ibu Darien, Scarlet tidak bisa lagi menahan diri untuk menahan amarahnya dan melampiaskan semuanya pada Samuel.
"Aku tidak sudi menjadi peliharaanmu, aku tidak sudi menjadi bonekamu!" teriaknya sambil memukul.
"Hentikan!" Samuel berusaha menahannya, namun Scarlet tidak juga berhenti.
"Aku benci denganmu, aku benci dengan kalian semua!" Scarlet masih berteriak sambil memukul. Air matanya kembali tumpah karena dia sudah tidak bisa menahannya.
"Aku memang dibesarkan di panti asuhan, aku memang tidak memiliki orang tua tapi apa kalian berpikir aku menginginkan hal ini? Apa kalian kira aku bisa memilih jalan hidupku dan memilih siapa yang akan melahirkan aku? Jika aku memang anak yang ditinggalkan oleh seorang ja*ang, apa kalian kira aku menginginkannya? Aku tidak bisa memilih jalan hidupku, tidak bisa tapi kalian hanya bisa memandang rendah aku saja yang dibesarkan di panti asuhan!" Scarlet benar-benar menumpahkan amarahnya pada Samuel akibat penghinaan ibu Darien.
"Kalian hanya bisa menghina aku saja. Hanya karena kalian memiliki uang, kalian hanya bisa menghina aku saja!" kedua tangan mencengkeram jas Samuel dengan erat, Scarlet menangis terisak untuk menumpahkan semua keluh kesah yang dia rasakan di dalam hatinya.
"Kalian semua jahat, jahat!" ucapnya lagi seraya memberikan satu pukulan di dada Samuel.
Samuel diam saja namun perasaan iba muncul di dalam hatinya karena Scarlet tidak juga berhenti menangis. Dia bukan orang yang memiliki perasaan itu, dia tidak pernah menaruh belas kasihan pada siapa pun tapi entah kenapa, keadaan Scarlet membuatnya iba.
Scarlet yang masih menangis terkejut ketika Samuel memeluknya dan mengusap kepalanya dengan perlahan. Tidak ada yang diucapkan oleh pria itu karena Samuel bukan pria yang suka berbasa basi apalagi dia bukan pria yang bermulut manis. Tidak adanya pengalaman dengan wanita membuatnya tidak tahu bagaimana caranya bersikap manis pada wanita yang sedang sedih. Dia pun tidak tahu harus mengatakan apa untuk menghibur Scarlet apalagi dia tidak tahu apa yang baru saja wanita itu alami.
Tangisan Scarlet semakin menjadi dan untuk sebentar saja, dia membutuhkan pelukan hangat pria itu untuk menumpahkan segala kesedihan yang dia rasakan. Meski dia benci dengan Samuel, tapi untuk sesaat saja dia membutuhkannya.
Kedua tangan Scarlet sudah melingkar di tubuh Samuel, setelah ini dia akan mencari cara untuk menemukan Darien dan membalas apa yang telah dia lakukan. Dia pun akan membalas penghinaan yang diberikan oleh ibu Darien meski dia tidak tahu bagaimana caranya tapi yang paling harus dia lakukan sebelum keinginannya itu terjadi adalah, dia harus bisa terlepas dari cengkeraman Samuel terlebih dahulu meski dia tahu sulit, meski dia tahu pria itu tidak mungkin melepaskan dirinya begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Jgn lari Scarlet malah kau hrs memanfaatkan Samuel utk membalas Darien dan ibunya..Bersikap baik lah pd Sam agar Sam bisa membantumu mewujudkan itu..😁
2023-12-19
1
Aidah Djafar
untk sementara ngk usah lari dari Samuel 🤔 bersabarlah dulu 🤔 siapa tau Samuel mau mmbantumu Scarlet untk bls dendam pada mantan biadabmu itu 🤔🤦🙃
2023-12-15
0
LENY
Scarlet kamu harus baik sama Samuel kl mau balas dendam sama Darin. kalau kamu lari dari Samuel mana bida balas dendam.
2023-11-10
1