Scarlet sudah tiba, di sebuah rumah mewah berlantai dua dan itu adalah rumah keluarga Darien. Dia harap Samuel tidak mencarinya dan melepaskan dirinya. Dia sangat berharap itu meski mustahil karena tidak ada satu orang pun yang mau rugi apalagi uang satu juta dolar bukanlah uang yang sedikit tapi hari ini dia harus mendapatkan uang itu kembali dari keluarga Darien meski rasanya mustahil.
Jika tidak dicoba maka tidak ada yang tahu. Dari pada duduk diam dan pasrah saja, lebih baik dia mengupayakan apa pun agar dia bisa lepas dari genggaman tangan Samuel. Siapa yang mau menjadi kekasih bayaran tanpa menikmati uangnya? Beda cerita jika dia yang menginginkan karena butuh, tapi yang dia alami sungguh menyesakkan dada. Dikhianati lalu dijual seperti ja*ang, dia yakin tidak ada satu wanita pun yang mau berada di posisinya saat ini.
Scarlet menarik napasnya dalam sebelum dia menghadapi orang-orang yang tidak menyukai dirinya di dalam sana. Dengan keberanian yang ada untuk mencari keadilan untuk dirinya sendiri, Scarlet mengetuk pintu rumah keluarga Darien. Semoga Darien ada di sana sehingga dapat dia pukul sampai babak belur dan dapat dia mintai pertanggung jawabannya. Dia sudah mencari keberadaan Darien di rumahnya dan di kantor namun keberadaan kekasih beja*tnya itu hilang bagaikan ditelan bumi. Hanya di sanalah satu-satunya harapan untuk menemukan keberadaan Darien.
"Well... Well, coba kita lihat. Siapa yang begitu berani menginjakkan kakinya di rumah ini?" pertanyaan itu dilontarkan oleh seorang wanita paruh baya yang menyambutnya dan dia adalah ibu Darien. Tatapan tajam Scarlet dapatkan namun dia tidak peduli dengan tatapan itu karena dia sudah terbiasa mendapatkan sambutan tidak menyenangkan seperti itu.
"Aku ingin bertemu dengan Darien, mana dia?" tanya Scarlet tanpa basa basi.
"Untuk apa kau mencari Darien di sini? Bukankah dia selalu bersama denganmu?" ucap ibu Darien sinis.
"Jangan menipu aku. Dia pasti ada di dalam, bukan?" ucap Scarlet tidak percaya.
"Untuk apa aku menipu dirimu! Kau sudah mempengaruhi Darien sehingga dia tidak mempercayai kami jadi jangan mencarinya di sini karena dia tidak pernah pulang!"
"Tidak mungkin, jika dia tidak pulang lalu Darien berada di mana?" Scarlet hampir berteriak karena dia tidak juga menemukan keberadaan Darien di rumah itu. Lalu ke mana perginya Darien?
"Jaga sikapmu, Scarlet. Siapa kau sehingga kau begitu berani berlaku tidak sopan di rumah ini? Kau tidak diterima, sampai kapan pun kau tidak diterima di rumah ini. Seharusnya kau tahu diri jika kau tidak pantas untuk Darien. Oh, secara kebetulan kau datang jadi aku akan mengatakan hal ini padamu agar kau sadar bahwa kau tidak pantas sama sekali untuk putraku agar kau meninggalkan Darien. Seharusnya kau tahu tanpa perlu aku jelaskan jika Darien dari keluarga berada, itu sudah menjadi tolak ukur untuk kalian berdua. Dia memiliki pendidikan tinggi sedangkan kau? Aku yakin kau tidak memiliki pendidikan yang baik selama ini karena kau hanya dari panti asuhan kecil Kedua orangtuamu pun tidak jelas siapa, entah ja*ang mana yang melahirkan dirimu lalu meninggalkan dirimu di panti asuhan, tidak ada yang tahu!" hina ibu Darien.
"Cukup!" teriak Scarlet. Dia memang tidak memiliki orangtua dan hanya tumbuh besar di panti asuhan tapi bukan berarti dia bisa dihina seperti itu oleh ibu Darien dengan sesuka hatinya.
"Kenapa? Apa yang aku katakan padamu tidak salah, bukan? Bukankah yang aku ucapkan itu benar? Seharusnya kau tahu diri sejak lama jika kau tidaklah pantas untuk Darien!" ucap ibu Darien sambil menatap Scarlet dengan tatapan menghina.
"Aku datang bukan untuk mendengarkan hinaanmu tapi aku datang untuk mencari Darien!" cukup sudah, mau dihina atau apa pun dia sudah tidak peduli bahkan dia tidak bersikap baik lagi untuk mencari perhatian seperti yang sudah-sudah dia lakukan karena dia pun tidak sudi lagi menjalin hubungan dengan pengkhianat seperti Darien.
"Untuk apa kau mencarinya di sini? Bukankah dia selalu bersama denganmu? Oh, jangan katakan jika kalian berdua sedang bertengkar?" tebak ibu Darien.
"Itu tidak ada urusannya denganmu, Aunty. Katakan padaku di mana Darien, aku ingin bertemu dengannya!" sebisa mungkin dia tidak boleh mengatakan jika Darien telah menjualnya agar ibu Darien tidak semakin menghina dirinya.
Ibu Darien yang begitu membenci dirinya justru tertawa terbahak-bahak. Dia yakin hubungan putranya dengan Scarlet pasti tidak sedang baik-baik saja, bagus karena inilah yang dia harapkan. Dia memang ingin Darien meninggalkan Scarlet yang tidak diketahui asal usulnya itu.
"Akhirnya, akhirnya kedua mata Darien terbuka lebar. Akhirnya dia menyadarinya dan mencampakkan dirimu. Aku benar-benar sangat senang dengan ini karena aku memang tidak menyukaimu yang sama sekali tidak pantas untuk Darien!"
"Kedua matakulah yang terbuka lebar!" kedua tangan sudah mengepal erat, kedua matanyalah yang terbuka atas kejadian yang dia alami. Scarlet tidak bisa menahan air matanya lagi sehingga air matanya mengalir begitu saja tanpa seijin darinya.
"Kedua matakulah yang telah terbuka lebar sehingga aku tahu seberapa baj*ngannya putra yang kau banggakan itu! Darien memiliki pendidikan tinggi tapi dia tidak lebih dari pada pencundang yang tidak memiliki pendidikan sama sekali. Aku memang tidak pantas untuk Darien karena apa? Karena aku terlalu baik untuk baj*ngan seperti dirinya!" teriak Scarlet yang sudah tidak bisa menahan diri lagi.
"Beraninya kau menghina putraku? Kau pikir siapa kau, hah?!" teriak ibu Darien pula.
"Aku memang bukan siapa-siapa, aku mungkin anak ja*ang seperti yang kau katakan tapi aku lebih baik dari pada putramu itu karena aku memiliki perasaan. Sekarang aku tahu kenapa Darien begitu keji, ternyata dia dibesarkan oleh ibu yang keji!"
"Kurang ajar!" ibu Darien melayangkan tangannya, hendak memukul namun Scarlet segera menahan lengan tangan ibu Darien yang cukup gemuk. Setelah semua yang telah dilakukan oleh Darien padanya, dia sudah tidak peduli lagi dan tidak mau lagi menjaga sikap seperti yang sudah-sudah.
"Aku sungguh menyesal mempertahankan hubunganku dengan Darien. Sekarang aku dan dia sudah selesai dan kalian bisa merayakan hubungan kami yang kandas tapi ingat, saat aku menemukan keberadaan Darien nanti, aku akan membuat perhitungan dengannya. Jangan sampai aku berada di puncak karena jika sampai hal itu terjadi, aku akan menggulingkan kalian semua dan berdoalah agar hal itu tidak terjadi!" setelah berkata demikian, Scarlet melepaskan lengan ibu Darien dengan kasar dan melangkah pergi. Sudah cukup, ini terakhir kali dia menginjakkan kaki di rumah itu.
"Anak tidak jelas yang tidak memiliki pendidikan seperti dirimu jangan bermimpi terlalu tinggi!" teriak ibu Darien.
Scarlet melangkah pergi sambil menyeka air mata tanpa mempedulikan teriakan dan hinaan ibu Darien yang tak ada habisnya. Ke mana dia akan pergi? Scarlet terus melangkah, tanpa tujuan arah dan sialnya langit pun tak bersahabat dengannya. Hujan mengguyur dengan derasnya, membasahi tubuh Scarlet. Langkahnya terhenti, Scarlet menengadah untuk menatap langit di mana bulir-bulir air hujan jatuh dengan derasnya. Kenapa semua terasa tidak adil baginya?
Cukup lama dia berdiri, merasakan ketidakadilan yang dia alami. Udara dingin mulai membuatnya menggigil, Scarlet kembali melangkah bahkan dia berlari untuk mencari tempat berteduh. Jika dia kembali ke kantor atau rumah Samuel, apakah pria itu masih mau menerima dirinya?
Sekarang dia tidak memiliki tempat lagi untuk pulang namun jika memang tiada tempat lagi untuknya pergi, maka dengan terpaksa dia akan kembali ke panti asuhan sebagai seorang pecundang karena hanya di sana saja tempatnya untuk pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Ran Aulia
poor Scarlett , ntar aku bantuin bejek2 Darien kalo ketemu Scar 😠😠😠
2024-01-12
1
Aidah Djafar
kasian Scarlet 🤦
Darien vs ibuny nantikan karma kalian 😠😠😠
2023-12-15
1
siti homsatun
memang putranya seperti itu kebenaran nya
2023-10-01
4