Scarlet tidak tahu harus melakukan apa selama tinggal di rumah Samuel. Dia bosan, Samuel benar-benar tidak mengijinkan dirinya pergi. Dia sudah memikirkan banyak hal, selain memanfaatkan situasi yang ada, dia tidak menemukan jalan lain karena dia tahu dia tidak akan bisa lepas dari cengkeraman Samuel begitu saja.
Satu juta dolar plus bunga yang harus dia bayar tidaklah sedikit dan dia tahu jika dia tidak mampu apalagi uang tabungan yang dia miliki tidaklah banyak. Jika dia ingin mengganti pun, butuh beberapa tahun dan dia akan tetap berakhir sama karena dia akan tetap terikat dengan Samuel sampai masa kontraknya habis.
Lagi pula status hubungannya dengan Samuel tidak jauh berbeda dengan Darien. Meski pada akhirnya dia akan berhubungan badan dengan Samuel lalu apa bedanya jika dia menyerahkan tubuhnya pada Darien untuk mempertahankan hubungan mereka yang pada akhirnya akan berakhir menyakitkan?
Dia sadar hubungan mereka akan sulit karena kedua orangtua Darien tidak setuju. Dia pun sudah memikirkannya. Seandainya dia menyerahkan dirinya pada Darien, apakah akan menjamin kedua orangtuanya menyetujui hubungan mereka? Semua itu tidak menjamin. Bisa saja setelah mereka berhubungan badan, Darien langsung mencampakkan dirinya dan itu, akan lebih menyakitkan dati pada dijual pada seorang pria tampan dan kaya.
Sandainya dia harus berhubungan intim dengan Samuel, mereka tidak memiliki perasaan satu sama lain sehingga tidak ada rasa sakit hati saat mereka berpisah. Sekarang dia benar-benar harus memanfaatkan keadaan apalagi dia ingin membalas Darien. Dia butuh bantuan Samuel bahkan dia berpikir ingin membuat Samuel jatuh cinta padanya untuk membalas Darien agar mantan kekasihnya itu melihat, jika dia dijual pada orang yang tepat. Dia yakin tidak akan sulit membuat Samuel jatuh cinta padanya karena dia adalah satu-satu wanita yang bisa dia sentuh dan ini adalah gold tiket yang dia miliki tapi ini baru rencana karena dia tidak tahu harus dari mana memulai.
Waktu baru menunjukkan pukul enam pagi, Scarlet sudah tidak bisa tidur lagi apalagi dia lapar karena sejak kemarin dia tidak makan dengan benar. Sekarang dia akan berusaha menerimanya tapi dia tetap akan berusaha melepaskan diri dari Samuel jika ada kesempatan sebelum mereka melakukan sesuatu yang tidak diinginkan. Laki-Laki sulit dipercaya dan dia tidak mau menjalin hubungan serius dengan siapa pun lagi.
Rumah yang luas, dia jadi bingung sendiri untuk mencari dapur. Pelayan yang berpapasan dengannya hanya membungkuk lalu melangkah pergi. Sepertinya di rumah itu tidak ada yang bisa dia ajak bicara, sungguh membosankan.
Samuel yang sudah rapi dengan penampilan anehnya, sangat terkejut mendapati Scarlet berada di dapur dengan kesibukannya. Masker wajah yang dia kenakan dilepaskan, semua pelan keluar dari dapur saat melihat Samuel. Mereka semua memang harus pergi setelah Samuel berada di dalam dapur tentu mereka menyajikan hidangan dengan sebaik mungkin agar tidak dimarahi.
"Apa yang kau lakukan di sini?" pertanyaan Samuel membuat Scarlet berpaling untuk melihat pemuda itu sejenak namun dia kembali melakukan pekerjaannya.
"Membuat sarapan, apa kau tidak bisa melihatnya?"
"Kenapa kau tidak membiarkan pelayan saja yang melakukannya?"
"Aku bosan, eh..hm?" Scarlet tampak bingung ingin memanggil Samuel.
"Samuel, panggil aku Samuel!"
"Ba-Baiklah!" dia harus membiasakan diri memanggil nama pria itu mulai sekarang karena mereka akan bersama selama dua tahun ke depan tapi selama dua tahun itu, dia akan memanfaatkan situasi yang ada. Seperti Samuel memanfaatkan dirinya yang dia anggap istimewa, dia pun akan memanfaatkannya untuk balas dendam meski rencananya masih kacau.
"Aku sedang membuat sarapan untuk kita berdua. Duduklah di sana tapi pelayanmu sudah membuatkan sarapan untukmu jadi kau tidak perlu menunggu makanan ini jika kau jijik dengan makanan yang aku buat."
"Tidak apa-apa, aku akan mencobanya!" Mungkin dia pun tidak jijik dengan makanan yang dibuatkan oleh Scarlet. Dia harus mencobanya jika dia ingin sembuh. Samuel melangkah menuju kursi dan pada saat itu, seorang pelayan datang untuk membersihkan kursi yang hendak dia duduki dengan cairan khusus. Scarlet sungguh terkejut melihatnya. Sepertinya OCD yang diderita oleh pemuda itu benar-benar sudah akut sampai-sampai segala sesuatunya harus dibersihkan.
"Hari ini, bolehkan aku pergi bekerja?" Pinta Scarlet.
"Tidak!" tolak Samuel tanpa basa basi.
"Apa? Kenapa?" Scarlet tampak tidak senang.
"Kau sudah menjadi kekasihku jadi tidak boleh lagi bekerja di restoran!"
"Tapi aku harus bekerja agar aku bisa mengganti uangmu dan agar aku memiliki uang ya ng bisa aku gunakan untuk keperluan pribadiku!" meski dia sudah memutuskan tapi dia tidak mau langsung pasrah begitu saja aoalagi rencana yang masih belum benar-benar dia putuskan.
"Berapa gajimu di restoran? Apa kau kira kau bisa mengumpulkannya dengan mudah dengan gaji yang tidak seberapa?"
"Tapi aku membutuhkan pekerjaan karena aku membutuhkan uang!" Scarlet menekan perkataannya agar Samuel mengerti.
"Mulai hari ini, kau harus ikut aku ke kantor!"
"Apa? Untuk apa?" tanya Scarlet tidak mengerti.
"Bekerja denganku dan untuk mengusir hama!" jawaban yang diberikan oleh Samuel tentu saja tidak dimengerti oleh Scarlet. Untuk mengusir hama? Apa pria itu mengira dia seekor tikus?
"Baiklah, aku akan mengikutimu tapi kau harus memberikan aku kebebasan untuk pergi. Tidak perlu khawatir, aku tidak akan lari. Aku hanya ingin pergi mencari baji*angan itu dan memukulnya!"
Samuel menatapnya tajam, urusan Darien tidak ada hubungannya dengan dirinya tapi dia tidak akan mencegah karena dia tahu, semakin dikekang, Scarlet akan semakin memberontak dan lari darinya.
"Tidak masalah. Asal kau patuh, maka aku akan memperlakukan dirimu dengan baik!"
"Terima kasih, tapi bukan berarti aku menerima semua ini. Aku terpaksa menerima keadaanku saja. Jika ada kesempatan, aku pasti akan memanfaatkannya!" meski dia harus berhenti dari restoran, yang penting mereka sudah membuat kesepakatan karena dia ingin mencari keberadaan Darien tanpa dihalangi.
Samuel diam saja, namun tatapan matanya tak lepas dari Scarlet yang melangkah mendekat dengan makanan yang sudah jadi. Wanita yang sulit ditundukkan tapi bukankah itu bagian menariknya?
"Duduk di sini!" perintah Samuel sambil menunjuk kursi yang ada di sampingnya.
"Tidak mau!" tolak Scarlet.
"Kau tidak berhak menolak karena dalam surat perjanjian kau diharuskan mematuhi perintahku!"
"Jika aku tidak mau?" Scarlet justru menantanginya.
"Percayalah padaku Scarlet, aku belum pernah menyentuh wanita mana pun dan kau adalah satu-satunya yang bisa jadi menurutmu apa yang bisa aku lakukan?"
Scarlet melotot dengan ekspresi tidak senang. Dia tahu di dalam surat perjanjian menyebutkan jika mereka bisa melakukan hubungan badan dan poin itu dibuat oleh Darien yang kurang ajar. Sebaiknya dia patuh karena dia tidak mau hal itu terjadi.
Dua piring makanan diletakkan ke atas meja. Scarlet duduk di sisi Samuel mau tidak mau. Sebaiknya dia segera makan lalu pergi untuk bersiap-siap apalagi mereka sudah membuat kesepakatan. Scarlet menikmati makanannya tanpa mempedulikan tatapan mata Samuel yang tidak berpaling darinya. Roti bakar yang dia buat sendiri digigit, roti itu belum sempat masuk ke dalam mulutnya namun tiba-tiba saja Samuel menarik tengkuk Scarlet dan menggigit roti yang ada di mulut Scarlet.
Scarlet terkejut karena Samuel merebut rotinya seperti burung camar yang lapar. Pria itu tampak cuek saja, percobaan pertama berjalan sukses. Sepertinya dia benar-benar bisa menyentuh Scarlet dengan cara apa pun dan ini adalah kabar baik untuknya. Sepertinya tidak sia-sia dia menjadikan Scarlet sebagai kekasih bayarannya apalagi dia mendapatkan isi perjanjian yang menguntungkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Queendah
good, sdh terlanjur. maka manfaatkan saja
2024-02-02
1
Ran Aulia
😂😂😂😂😂
2024-01-12
0
Aidah Djafar
moga cepet sembuh OCD ny c Sam trus bucin akut wkwkwkwk
2023-12-15
1