Putus asa dan kecewa, itulah yang sedang dirasakan oleh Scarlet akibat pengkhianatan yang dilakukan oleh Darien. Scarlet menangis semalaman, dia pun berusaha menghubungi ponsel Darien yang benar-benar sudah tidak aktif lagi sehingga dia tidak mendapatkan hasil apa pun.
Rasa sakit hati yang dia rasakan dilampiaskan dengan merusak barang-barang yang diberikan oleh Darien padanya selama mereka menjalin hubungan dua tahun belakangan. Semua itu terasa menyakitkan, apa yang diberikan oleh Darien seperti benda yang tidak berguna.
Sungguh dia sangat ingin memutar waktu agar dia kembali di mana dia bertemu dengan Samuel agar dia tidak bertemu dengan pemuda kaya yang angkuh itu. Entah apa alasannya, dia sendiri masih kurang mengerti. Tiba-Tiba saja Samuel memberikan penawaran yang tak masuk akal dan betapa bodohnya dia yang mengatakan hal itu pada Darien. Tapi siapa yang menduga jika Darien akan memanfaatkan hal itu?
"Bajing*ang kau, Darien!" Scarlet melemparkan foto mereka berdua hingga benda itu menghantam dinding lalu hancur berkeping-keping.
"Teganya kau padaku, kenapa kau begitu tega!" rasa tidak percaya karena Darien begitu mudah mengkhianati dirinya demi uang semakin menyesakkan dada. Air mata tak henti mengalir, Scarlet kembali melemparkan fotonya ke dinding. Jika dia dikhianati demi seorang wanita yang jauh lebih baik darinya mungkin dia tidak akan sesakit ini tapi pengkhianatan Darien sungguh di luar logika. Apa hak Darien menjual dirinya sehingga dia harus menjadi kekasih bayaran Samuel? Rasanya tidak terima, sungguh tidak terima.
Scarlet berteriak dengan keras, rasanya ingin memukul sesuatu. Jika ada Darien di hadapannya, dia ingin memukul pria itu dengan batu besar hingga babak belur tapi Darien justru menghilang begitu saja. Akan dia cari, pria itu pasti akan dia cari sampai ketemu.
Scarlet melangkah melewati lantai yang dipenuhi oleh benda dan beling akibat pecahan kaca bingkai foto yang dia lempar. Rumahnya berantakan akibat ulahnya sendiri, rasa sakit di kaki akibat goresan kaca tidak dia pedulikan. Suara ketukan pintu di luar sana membuatnya keluar dari kamar. Scarlet menghapus air matanya dengan cepat tapi keadaannya yang kacau tidak bisa ditutupi apalagi kedua mata Scarlet membengkak akibat menangis semalaman.
"Scarlet, keluar kau!" seseorang berteriak sambil mengedor pintu rumahnya.
"Tunggu sebentar!" teriak Scarlet. Entah siapa, tapi orang yang berteriak itu terdengar tidak ramah sama sekali. Jangan katakan yang datang adalah ibu Darien tapi itu tidak mungkin karena dia tahu ibu Darien tidak mungkin datang mencarinya. Pintu rumah dibuka, Scarlet terkejut mendapati si pemilik rumah berdiri di luar dan menatapnya dengan tajam.
"Ada apa, Nyonya. Bukankah masa sewa masih beberapa bulan lagi baru berakhir?" tanya Scarlet.
"Aku datang bukan untuk meminta uang sewa!" jawab si pemilik rumah dengan sinis.
"Lalu?" Scarlet benar-benar tidak mengerti.
"Rumah ini akan aku jual dan tidak akan aku sewakan lagi jadi kau memiliki waktu satu jam untuk merapikan barang-barangmu dan pergi dari sini!"
"Apa? Masa sewaku masih ada beberapa bulan jadi kau tidak bisa mengusir aku seenaknya!" ucap Scarlet.
"Aku akan mengembalikan uangmu yang tersisa jadi segera bereskan barang-barangmu!" ucap si pemilik rumah.
"Kau tidak bisa memperlakukan aku seperti ini. Di mana aku harus tinggal setelah ini?" teriak Scarlet.
"Itu bukan urusanku. Segera bereskan sebelum aku memerintahkan seseorang untuk menarikmu keluar dari rumah ini!"
"Jangan berlaku tidak adil seperti ini? Kenapa kalian begitu tega padaku!" teriak Scarlet penuh emosi. Kenapa semua begitu tega? Setelah dijual oleh kekasihnya, kini dia pun terusir dari rumah sewanya.
"Satu jam , itu waktu yang kau miliki!" si pemilik rumah melenggang pergi, meninggalkan Scarlet yang berteriak marah. Scarlet jatuh terduduk dan menangis dengan keras. Mendadak semua jadi terasa tidak adil baginya. Setelah dicampakkan, sekarang dia terusir dari rumah sewanya. Setelah ini apalagi yang akan terjadi?
Mau tidak mau, Scarlet mengambil semua barang-barang yang dia miliki. Yang dia ambil barang yang berguna saja, dia bahkan tidak peduli dengan semua kekacauan yang telah dia dia lakukan. Siapa suruh mengusirnya seenak hati? Tidak cukup dengan kekacauan yang telah dia lakukan, Scarlet menggunting boneka yang diberikan oleh Darien dan menghamburkan busa-busanya ke atas lantai. Rasanya jadi puas meski sedikit.
Scarlet keluar dari rumah itu dengan sebuah koper miliknya. Ke mana dia akan pergi, dia sendiri tidak tahu. Apa dia harus kembali ke panti asuhan? Scarlet berjalan menyelusuri trotoar sambil berpikir namun sebuah mobil yang berhenti secara tiba-tiba dan dua orang pria yang mencegatnya mengejutkan dirinya.
"Ikut dengan kami!" ucap salah satu pria itu.
"Tidak sudi, menyingkir dari jalanku!" ucap Scarlet.
"Kami diperintahkan untuk menjemputmu jadi ikutlah dengan baik-baik!"
"Sudah aku katakan, tidak sudi!" Scarlet melangkah melewati mereka namun kedua pria itu mengambil tindakan. Scarlet ditangkap lalu dibawa dengan paksa oleh mereka. Scarlet memaki dan mengumpat namun tidak ada yang peduli bahkan dia tidak berhenti memukul saat seorang pria memanggul tubuhnya dan membawanya masuk ke dalam sebuah rumah mewah yang tampak tidak asing.
"Lepaskan aku! Apa yang sebenarnya yang kau inginkan?" teriak Scarlet penuh emosi. Scarlet menendang dan memukul namun aksinya terhenti ketika dia diturunkan saat berada di ruang tamu.
"Lepaskan aku, lepaskan!" Scarlet masih memberontak namun semua itu terhenti ketika dia melihat Samuel sedang duduk di sofa.
"Ternyata kau!" teriaknya lantang. Tatapan matanya yang tajam menunjukkan betapa dia membenci Samuel.
"Apa itu sikapmu saat bertemu dengan kekasihmu?" Samuel beranjak, lalu melangkah mendekati Scarlet.
"Siapa kekasihmu? Jangan bermimpi karena aku tidak sudi!"
"Oh, apa kau sudah mendapatkan uangnya untuk ganti rugi?" Samuel meraih pinggang Scarlet dan menariknya mendekat. Seperti waktu itu, dia tidak merasa jijik sama sekali bahkan tidak ada reaksi apa pun yang dia rasakan saat menyentuh Scarlet. Sihir apa yang sebenarnya dipakai oleh wanita itu?
"Jangan menyentuh aku, lepaskan!" Scarlet memukul bahu Samuel dan berusaha mendorong Samuel untuk menjauh darinya tapi sia-sia.
"Jawab aku, apa kau sudah membawa uang kompensasinya?" Samuel semakin menariknya mendekat, ini kali pertama dia bisa sedekat itu dengan seorang wanita.
"Semua gara-gara kau. Semua yang terjadi padaku gara-gara kau!" Scarlet yang masih sedih dan sakit hati melampiaskan semua amarahnya pada Samuel. Semua gara-gara pria itu yang memberikan penawaran untuknya. Kenapa harus dirinya? Kenapa bukan wanita lain saja?
"Kenapa harus aku? Kenapa kau memberikan penawaran itu padaku? Gara-Gara kau aku jadi dikhianati oleh Darien dan gara-gara kau aku jadi diusir dari rumahku! Aku benci denganmu, aku benci!" teriak Scarlet sambil memukul. Air mata yang sempat terhenti kini kembali mengalir akibat emosi yang menyesakkan dada.
Samuel diam saja, membiarkan Scarlet memukulnya bahkan dia tidak bergeming ketika Scarlet menggigit bahunya untuk melampiaskan amarahnya. Dia diam bukan tanpa alasan, dia diam karena ini pertama kali baginya bisa dekat dengan seorang wanita untuk seumur hidupnya.
Setelah lelah melampiaskan amarahnya, Scarlet menjatuhkan kepalanya di atas bahu Samuel dan menangis. Dia pun masih menyalahkan Samuel dan sesekali memukul bahu pemuda itu. Semua yang dia alami tidak akan terjadi jika dia tidak bertemu dengan Samuel. Dia yakin semua itu tidak akan pernah terjadi dan dia sangat membenci pemuda itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Aidah Djafar
Samuel krja sama tuh sama ibu kost,🤔 biard Scarlet tnggl drmhnya 🤦😁😂
2023-12-15
2
bunda n3
berkat Samuel kamu jadi tahu siapa Darien Scarlett
2023-10-05
9
Arnissaicha
Mesak no awakmu Scarlet...
wes sekarepmu salah ono Samuel...
sing penting kemarahanmu berkurang, dan sadar apa yg dilakukan Samuel itu ada alasan nya, suatu saat nanti....
2023-09-05
3