Tawaran Dion

Indra menggenggam memo itu dengan erat. Dia sangat membenci keadaan ini.

"Hana kenapa kau menghindari ku. Bahkan kau sudah menyiksaku semalam. Ah... Siaaalll.... " umpat Indra dalam kekesalannya.

Dia lalu duduk menikmati sarapnnya sendirian. Biasanya, Hana duduk di depannya dan dialah yang menyiapkan makanannya di atas piring, dan mengambilkan minum untuknya. Tapi sekarang... jangankan mengambil nasi di atas piring, sosoknya pun tak ada.

Indra makan dalam keheningan, dia makan sambil melamun. Apakah keputusannya menikah lagi itu salah? Tapi Ema sudah hamil anaknya. Tak mungkin dia mundur dan menelantarkan anaknya. Toh, Hana juga tidak bisa hamil. Buktinya sudah tiga tahun menikah, tapi tidak ada tanda-tanda dia hamil.

"Ah, sudahlah. Aku akan tetap menikahi Ema, dan Hana akan tetap menjadi istriku. Kita bertiga akan hidup rukun nanti. Merawat dan membesarkan anak-anak kami bersama " putus Indra.

Memang sangat indah pemikiran yang Indra bayangkan saat ini, tanpa memikirkan perasaan Hana. Dan apa kemungkinan buruk yang akan terjadi pada rumah tangganya.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Indra lalu duduk di samping ibunya. Dan menatap wajah ibunya dalam-dalam yang tidak menunjukkan ekspresi apapun.

"Bu... apa selama ini Hana sering keluar seperti ini kalau aku lagi kerja. " tanya Indra kemudian.

Gayatri menggeleng.

"Dia sering keluar sejak kau mengatakan padanya kalau kau ingin menikah lagi. Dia berkata pada ibu, bukannya dia tidak percaya padamu, tapi saat kau mengatakan ingin menikah lagi. Disitu dia mulai curiga. " ujar Gayatri dengan wajah datar dengan tatapan lurus kedepan.

"Jadi.... " Indra terkejut mendengar penuturan ibunya

"Ya, dia tau semua karena dia mencari tahu. Dan ibu ingin mengatakan sesuatu padamu. "

"Apa itu, bu. " tanya Indra penasaran

"Kau adalah pria paling bodoh yang sudah ibu lahirkan. Sudah ada berlian di rumah, tapi kau malah membawa batu kerikil masuk ke dalam rumah. Dan batu kerikil itu akan mengotori rumah kita. "

"Apa maksud ibu. " tanya Indra tak mengerti.

"Berlian itu ibarat Hana, dan kerikil itu ibarat selingkuhanmu. Ibu sudah tau sejak awal melihat wanita itu, dia tidak tulus. Dia hanya memanfaatkan kekayaanmu Indra. Dan kau tidak tau, bagaimana seorang Hana akan marah dan membalasmu. "

Indra terdiam, dia masih belum mengerti maksud ibunya.

"Hana bukan wanita bodoh yang bisa kau bodohi begitu saja Indra, dia wanita berpendidikan tinggi. Dia diam karena menunggu waktu untuk membalasmu. Kau lihat saja. Semalam sudah terbukti. Dia menciptakan ketenangm sebelum badai datang. "

Indra tertegun mendengar setiap ucapan ibunya yang semuanya benar. Dia masih belum menyadari perubahan besar pada ibunya yang sudah bisa bicara lancar. Seolah selama ini keadaan ibunya seperti itu.

"Pergilah, dan sebaiknya kau pikirkan baik-baik, sebelum rumah tanggamu dan Hana hancur karena adanya pihak ke tiga. Mumpung belum terlambat." Gayatri mengusir Indra secara tidak langsung.

"Tapi Ema hamil anakku, bu." rengek Indra.

"Itu urusanmu. Tapi ibu hanya bisa memberi saran. Berhati-hatilah dalam melangkah dan mengambil keputusan. Karena Hana sudah satu langkah berada di depanmu. Da kau tidak pernah menyadarinya. " Gayatri memperingatkan anaknya tentang hal ini. Karena dia juga tidak ingin kehilangan Hana sebagai menantu terbaiknya.

Indra mendengus lalu mencium tangan Gayatri, dan dia segera pergi bekerja.

Dalam perjalanan, dia memikirkan semua ucapan ibunya.

************

Hana saat ini sudah berada di rumah kontrakannya. Dia sudah mantap menggugat cerai Indra apapun keputusan indra nanti. Entah dia akan menikah lagi atau tidak.

Syukur kalau dia menikah lagi, dia jadi punya alasan kuat untuk berpisah. Tapi, jika dia membatalkan pernikahannya, Hana masih punya senjata untuk menggugat cerai indra dengan alasan Perselingkuhan dan perzinahan karena sudah membuat selingkuhannya itu hamil.

Bukankah Hana sangat cerdik?

Tentu saja karena dia dulu sekolah di fakuktas hukum jadi dia pandai mengambil celah dan kesempatan.

Hana sudah menyimpan sebagian baju yang dia bawa tadi . Setelah beristirahat sebentar, Hana lalu mengambil tasnya yang berisi semua ijazahnya. Dia lalu memesan ojol untuk pergi ke suatu tempat.

Di sebuah Firma Hukum yang lumayan besar, Hana berhenti. Dia lalu menemui resepsionis dan mengatakan kalau sudah membuat janji dengan pengacara Dion. Resepsionis itupun mengantarkan Hana ke ruangan Dion. Dan menyampaikan kepada sekertaris Dion kalau Hana ada janji temu dengan pengacara muda itu.

Sesampainya di depan ruangan Dion, Sekertaris Dion mengetuk pintu dan mengatakan kalau Hana sudah tiba. Dion menyuruhnya untuk masuk.

Senyuman Dion dan Hana terkembang saat mereka bertemu.

"Selamat datang di kantorku Hana."

"Terima kasih, Dion."

Dion lalu mempersilahkan Hana duduk di sofa ruangan nya.

"Ada apa kau kemari? " tanya Dion kemudian.

Hana mengela nafasnya. "Aku ingin mendapatkan informasi kapan surat cerai ku turun. "

"Sabar, buk. Semua butuh proses. " kata Dion sambil tertawa mendengar keluhan Hana.

"Kau sepertinya sudah tidak sabar menjadi janda Hana. " ejeknya kemudian.

"Ya, lebih baik menjadi janda. Daripada menjadi pembantu berkedok istri. " ujar Hana.

"Segitunya ya suamimu. Andai dulu kau tidak menikah cepat, mungkin kau akan sama sepertiku, menjadi seorang pengacara muda. Apalagi dulu nilaimu lebih paling tinggi diantara kami. " kata Dion mengingat masa lalu.

"Sudahlah jangan bahas masa lalu, semua itu membuatku menyesal sampai sekarang jika jadinya seperti ini Dion. "

Dion menganggukkan kepalanya mengerti.

"Tenang saja Hana, kau bisa membalas suamimu itu nanti di persidangan. " ujar Dion sambil menaik turunkan alisnya.

"Caranya."

"Meminta harta gono gini."

Senyuman lebar terbit di bibir Hana mendengar sebuah kata itu.

"Kau benar, sejak dia menikah denganku, restorannya yang awalnya satu, sekarang sudah berkembang menjadi dua. Tidak ada salahnya jika aku meminta salah satu restorannya untukku menyambung hidup. Ah, kau pintar sekali Dion. " ujar Hana dengan penuh bahagia.

"Eh, neng. Namanya juga pengacara. Harus pintar mencari celah kemenangan dong. " kata Dion penuh bangga.

"Iya deh, iya. pak pengacara. " kata Hana masih dengan mimik wajah bahagia.

"Tapi, Dion. Untuk sidang cerai dan proses gono gini pasti butuh waktu lama. Bayarannya pasti mahal dong. " wajah Hana kini berubah serius.

"Ck... tenang aja, Hana. Kau ini kayak sama siapa aja. Aku tidak akan meminta bayaran mahal padamu. Tapi aku minta kamu bantu aku kerja disini. Jadi asistenku." kata Dion kemudian.

Hana tersedak mendengar kata asisten dari Dion.

"Asisten? Apa tidak salah? aku nggak punya pengalaman lho dalam bidang ini. Aku memang lulusan hukum, tapi aku tidak punya pengalaman sama sekali. " Kata Hana

"Jadi asisten nggak perlu pengalaman Hana. Aku cuma perlu otak mu untuk membantuku berfikir. Dari dulu kan otakmu itu encer. Jadi, setelah lama tidak di asah, kini saatnya kamu mengasah otak mu itu. " kata Dion enteng.

"Tapi... "

"Sudahlah, pikirkan baik-baik. Lagipula aku akan menikah beberapa bulan lagi, Jadi aku benar-benar butuh seseorang untuk menghandle pekerjaanku dikantor. Menjadi asisten ku ini kelak akan menjadi batu loncatan untukmu menjadi seorang pengacara sesungguhnya."

"Pikirkan baik-baik Hana, Aku disini hanya ingin membantumu sebagai teman baikku. Kau wanita cerdas, sudah saatnya kau bangkit. Dan jangan mau ditindas lagi. " ujar Dion.

"Tapi, nanti calon istrimu apa tidak cemburu kalau aku jadi asistenmu. " tanya Hana ragu.

"Tidak akan, karena dia juga sangat mengenalmu. Malah dia yang memintaku untuk membantumu. "

"Siapa? "

Terpopuler

Comments

Soraya

Soraya

Hana kmu itu Sarjana hukum ms ga paham harta gono gini

2024-03-02

4

Praised93

Praised93

terima kasih.

2024-02-15

2

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trussabar

2024-01-31

2

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Dihempaskan Setelah Diterbangkan
2 Bab. 2 Curhat Dengan Ibu Mertua
3 Bab. 3 Mendengar Kebenaran
4 Keputusan Hana
5 Bertemu Calon Madu
6 Perubahan dan Ancaman Hana
7 Tetap Disini atau Hotel Prodeo
8 Hana Yang Rapuh
9 Tawaran Dion
10 Keputusan Indra
11 Indra Mulai Ragu
12 Datang Ke Restoran
13 Wanita berbeda
14 Ingatan Masa Lalu
15 Kejutan Di Hari Pernikahan
16 Aku Istrimu Bukan Pengasuh Ibumu
17 Awal Penderitaan Ema
18 Nyinyiran Tetangga
19 Bertemu Kenalan Lama
20 Mampir
21 Tak Sebanding
22 Apa Yang Terjadi Pada Ema?
23 Hari Baru Semangat Baru
24 Ema Sadar
25 Nasehat Ibu
26 Sidang
27 Penyesalan
28 Belum Berubah
29 Jodoh Yang Tertunda
30 Tanggung Jawab Yang Terlupa.
31 Tamu Spesial
32 Hamil
33 Hana Tetaplah Hana
34 Suapan Dari Keenan
35 Malaikat Tak Bersayap
36 Keinginan Ema
37 Ikrar Talak
38 Penyesalan 2
39 Menjemput
40 89 Hari Menanti
41 Takut Trauma Masa Lalu
42 Posesif
43 Mira
44 Putusan
45 Ada Apa Dengan Indra?
46 Menagih Jawaban
47 Terlambat
48 Jawaban
49 Pecel Ayam
50 Lingkaran Hitam
51 Butik
52 Bertemu Orang Tua Keenan
53 Bertemu Mantan
54 Mencari Tahu.
55 Fitnah
56 Fitnah 2
57 Memberi Paham
58 Pindah
59 Kalap
60 Tanggung Jawab
61 Sisi Lain Ibu Mertua
62 Tetap Bersama Atau Bercerai?
63 Harapan Hana
64 Meratapi Nasib
65 Dibandingkan
66 Meminta Ijin
67 Bertemu Hana
68 Curhat
69 Rumah Impian
70 Melahirkan
71 Galen
72 Menjenguk Bayi Hana
73 Perasaan Ema
74 Keinginan Fia
75 Apa Yang Terjadi???
76 Keadaan Indra
77 Lapor Polisi
78 Menerima Ema
79 Konsultasi
80 Bertemu Sam
81 Kemana Fia?
82 Emosi Indra
83 Berjanjilah
84 Karma Sedang Bekerja
85 Pesan Dari Fia
86 Persiapan Pernikahan
87 Pernikahan
88 Ema Hamil?
89 Kebenaran
90 Berharap Sebuah Keajaiban
91 Sebuah Harapan
92 Operasi
93 Hikmah Di Setiap Kejadian
94 End
95 Promosi Novel Baru
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Bab. 1 Dihempaskan Setelah Diterbangkan
2
Bab. 2 Curhat Dengan Ibu Mertua
3
Bab. 3 Mendengar Kebenaran
4
Keputusan Hana
5
Bertemu Calon Madu
6
Perubahan dan Ancaman Hana
7
Tetap Disini atau Hotel Prodeo
8
Hana Yang Rapuh
9
Tawaran Dion
10
Keputusan Indra
11
Indra Mulai Ragu
12
Datang Ke Restoran
13
Wanita berbeda
14
Ingatan Masa Lalu
15
Kejutan Di Hari Pernikahan
16
Aku Istrimu Bukan Pengasuh Ibumu
17
Awal Penderitaan Ema
18
Nyinyiran Tetangga
19
Bertemu Kenalan Lama
20
Mampir
21
Tak Sebanding
22
Apa Yang Terjadi Pada Ema?
23
Hari Baru Semangat Baru
24
Ema Sadar
25
Nasehat Ibu
26
Sidang
27
Penyesalan
28
Belum Berubah
29
Jodoh Yang Tertunda
30
Tanggung Jawab Yang Terlupa.
31
Tamu Spesial
32
Hamil
33
Hana Tetaplah Hana
34
Suapan Dari Keenan
35
Malaikat Tak Bersayap
36
Keinginan Ema
37
Ikrar Talak
38
Penyesalan 2
39
Menjemput
40
89 Hari Menanti
41
Takut Trauma Masa Lalu
42
Posesif
43
Mira
44
Putusan
45
Ada Apa Dengan Indra?
46
Menagih Jawaban
47
Terlambat
48
Jawaban
49
Pecel Ayam
50
Lingkaran Hitam
51
Butik
52
Bertemu Orang Tua Keenan
53
Bertemu Mantan
54
Mencari Tahu.
55
Fitnah
56
Fitnah 2
57
Memberi Paham
58
Pindah
59
Kalap
60
Tanggung Jawab
61
Sisi Lain Ibu Mertua
62
Tetap Bersama Atau Bercerai?
63
Harapan Hana
64
Meratapi Nasib
65
Dibandingkan
66
Meminta Ijin
67
Bertemu Hana
68
Curhat
69
Rumah Impian
70
Melahirkan
71
Galen
72
Menjenguk Bayi Hana
73
Perasaan Ema
74
Keinginan Fia
75
Apa Yang Terjadi???
76
Keadaan Indra
77
Lapor Polisi
78
Menerima Ema
79
Konsultasi
80
Bertemu Sam
81
Kemana Fia?
82
Emosi Indra
83
Berjanjilah
84
Karma Sedang Bekerja
85
Pesan Dari Fia
86
Persiapan Pernikahan
87
Pernikahan
88
Ema Hamil?
89
Kebenaran
90
Berharap Sebuah Keajaiban
91
Sebuah Harapan
92
Operasi
93
Hikmah Di Setiap Kejadian
94
End
95
Promosi Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!