“Galak banget, sih ...,” keluh Kim yang memang sengaja menjaga suaranya.
“Salah kamu, di tempat sepi begini, tiba-tiba narik tangan! Pergi sendiri ke sini saja takut ada yang macam-macam meski masih siang!” Tak beda dengan Kim, Ryuna juga sengaja menjaga suaranya. Ryuna masih sangat sebal kepada Kim, selain ia yang merasa tak habis pikir, kenapa Kim malah diam-diam menyusulnya ke toilet? Tak lupa, gara-gara Kim juga, ia nyaris dia*muk oleh Sonya, beberapa saat lalu di hadapan semuanya.
“Dari semalam hujan lebat dan kayu bakar yang buat masak juga basah semua. Kalau enggak beli, otomatis kamu juga enggak bisa makan.” Kim sengaja kembali datang untuk memberi sejumlah uang kepada Ryuna. Itu ibarat bagian dari kewajibannya. Kim tak mau istrinya kelaparan akibat keadaan layaknya yang ia sebutkan. Sementara alasan Kim menemui Ryuna di toilet, tentu karena Kim yakin, Ryuna akan segera membersihkan diri.
Karena Ryuna akan menolak uang pemberiannya, dengan segera ia menangkap tangan Ryuna kemudian menggenggamkan uangnya di sana. “Meski kita harus merahasiakan hubungan kita, bukan berarti kamu justru sengaja amnesia dan pura-pura enggak ingat kita siapa.” Kali ini Kim sengaja menyindir tegas Ryuna yang detik itu juga langsung salah tingkah.
“Tapi, ....” Ryuna bermaksud mencari-cari alasan.
“Jangan pernah ada tapi di antara kita. Cukup jalani saja karena nanti setelah kita beres dari sini, kita akan langsung pulang ke rumah orang tuaku,” ucap Kim yang yakin, Ryuna akan mengembalikan uangnya. “Diterima. Kalau tetap enggak diterima, kamu yang dosa sudah menolak nafkah dari aku.”
Ucapan menohok Kim barusan membuat Ryuna tidak bisa menolak. Selain itu, ia juga sengaja mengucapkan terima kasih. “Namun rencananya aku akan tinggal dua atau tiga minggu lagi di sini untuk mengajar anak-nak kelas sembilan, yang akan menjalani ujian kelulusan. Para orang tua meminta khusus karena anak-anak bilang, merek cocok belajar dengan aku,” ucap Ryuna yang jadi tidak berani menatap Kim lantaran pria itu menatapnya nyaris tak berkedip. Bahkan kini, pria itu mendadak menyibak kemeja biru salem bagian kerah punggungnya.
“Jangan macam-macam apalagi di tempat seperti ini. Jaga lingkungan di sini dengan layaknya kamu menjaga sesuatu yang kamu sayangi. Jangankan meru*sak, berbicara dengan nada tingg saja harusnya jangan,” ucap Ryuna yang kali ini sengaja menasihati Kim.
“Di rumah kamu menginap, ada cermin?” tanya Kim.
“Hah? Maksudnya gimana?” Ryuna kebingungan.
“Aku meninggalkan banyak ‘bekas’. Di tengkuk, punggung, leher, dan rahang sini juga ada,” ucap Kim sambil menunjuk-nunjuk yang ia maksud.
“Bekas apa, sih?” Ryuna yang penasaran segera mengeluarkan cermin lipat kecil berbentuk bundar dari kantong berisi keperluan mandinya.
Menggunakan cermin yang baru diambil, Ryuna langsung memastikan apa yang Kim katakan. Hanya saja setelah ia memastikan, tangan kanannya malah refleks menjatuhkan cerminnya. Andai Kim tidak cekatan, pecah lah cermin tersebut membentuk bebatuan yang disusun mengisi lantai di sana. Karena bekas yang Kim maksud ialah ‘tanda c*inta’ atau itu cup*ang, dan jumlahnya memang banyak.
“Cepat mandi nanti aku bantu menutupnya menggunakan alas bedak apa semacamnya,” ucap Kim memberi solusi.
“Tapi kamu jangan di sini, takut ketahuan,” balas Ryuna.
“Iya. Urusan sembunyi, aku ahlinya!” yakin Kim lembut sekaligus santai.
Detik itu juga Ryuna jadi gugup. Ia refleks berdeham sementara kedua matanya berkedip-kedip. “Tapi jangan ngintip karena kalau kamu berani ngintip, aku—”
“Iya, aku tahu. Sudah kamu cepat mandi karena aku juga enggak punya banyak waktu!” tutup Kim sengaja mengakhiri perdebatan mereka yang memang masih dilakukan oleh Ryuna.
Meski pada akhirnya, malamnya, Ryuna yang dihukum tidur di tanah beralas tikar anyaman daun pandan lusuh, jadi tidak bisa tidur. Ryuna teringat agenda ketika Kim membantunya menutup setiap bekas cu*pangnya. Kala itu, bagi Ryuna Kim tetap mencuri-curi kesempatan untuk mendekapnya, menghirup aroma kepala bahkan tubuhnya, bahkan lebih.
“Mesk hanya anak petani, asal Kim selalu dukung karier aku, aku rasa kami tetap bisa menjadi keluarga bahagia. Sayang, di sini enggak ada sinyal. Kalau ada pasti sudah chatingan,” batin Ryuna yang juga merasa nelangsa lantaran keputusannya debat dengan Sonya, membuatnya dihukum dan wajib tidur di tanah layaknya sekarang. Lebih sia*lnya lagi, setelah mendadak ada kodok, ia juga memergoki ada lintah yang memang akan jadi makin banyak jika sedang musim hujan layaknya sekarang.
“Alamatnya, malam ini aku beneran enggak tidur,” batin Ryuna memilih naik ke kursi kayu yang ada di dekat pintu. Kemudian ia mengawasi suasana luar yang benar-benar gelap sekaligus sunyi. Tak lama setelah itu, tatapannya kembali mengawasi suasana dalam. “Kalau gini caranya, besok aku mau lapor Kim karena fans-nya sudah memperlakukan aku dengan tidak manusiawi!” batin Ryuna yang bertekad mengadu kepada Kim.
Keesokan harinya, Ryuna masih dihu*kum oleh Sonya dan kawan-kawan. Ryuna dipaksa untuk mem*asak sendirian. Bukan hanya perkara menyiapkan bahan, tetapi juga mengenai tungku dan kayu bakar yang masih basah, sementara seharian kemarin tidak ada yang menjemur kayu bakar mereka.
“Hari ini kita enggak usah masak,” ucap Ryuna sambil menunduk dalam menahan takut kepada Sonya yang terus saja menatapnya tajam. Seolah ada yang kurang bahkan berakibat fatal andai wanita cantik itu tak melakukannya.
“Sudah kaya kamu, dari kemarin makannya beli terus!?” kesal Sonya, sementara yang lain kembali kompak menjadi tim hore yang siap membelanya, layaknya kemarin.
“Sonya, mulutmu bu*suk sekali! Cepat keluar karena warga sudah menunggu. Sekali lagi aku tahu kamu enggak beretika, aku laporin kamu ke dosen biar di DO sekalian. Kurang ajar kamu, baru jadi ketua KKN saja merasa berkuasa!” Suara Kim yang lembut, terdengar lantang dari luar pintu rumah mahasiswi tinggal. Tak kalah lantang dari suara Sonya beberapa saat lalu.
“Kim ...?” lirih Sonya. Sonya yang kaget buru-buru lari keluar dari sana. Benar saja, Kim dan mahasiswa lainnya yang memakai jaket almameter, sudah berdiri di depan pintu. Kim dan beberapa temannya memakai jaket almameter warna biru langit. Sementara sisanya memakai jaket alamameter warna army.
Detik itu juga Sonya kebingungan. Lain dengan mahasiswi lainnya yang sudah langsung tebar pesona lantaran satu minggu lebih di sana, membuat mereka haus aroma laki-laki.
“Sepertinya Sonya lupa, jika alasan kita diminta berkumpul pagi-pagi buta di rumah pak kades karena kita akan bantu-bantu masak besar di sana,” ucap Ryuna yang baru datang dan sudah memakai jaket almameter warna army-nya.
“Sudah jangan diperpanjang, enggak enak sama warga yang pasti sudah nungguin kita buat bantu-bantu.” Ryuna sengaja langsung berlalu dari sana. Dan ketika ia lewat di depan Kim, ia juga berlagak seolah tidak memiliki hubungan apalagi hubungan spesial dengan pemuda itu.
Bukan hanya dunia Kim yang menjadi berputar lebih lambat. Sebab kehadiran Kim di sana juga membuat dunia Ryuna berputar lebih lambat hanya karena ia harus berhadapan dengan sang suami, di depan rekan KKN mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Al Fatih
aq merasa jadi ryuna 🤭,, pura2 ga ad hubungan,, tapi ternyata punya hubungan spesial
2024-06-03
2
Mamah Alfa
thor aq padamu...serius thor suka banget semua ceritamu thor
2024-01-15
1
Erina Munir
lgi...jaim2an niihh yee...😂😂😂
2023-12-20
2