Part 20 ~ Saling Menyerang

Jika tadi yang memperhatikan diam-diam adalah Keinna, maka sekarang telah berbeda. Kali ini Leon lah yang memperhatikan Keinna diam-diam. Bahkan sengaja memotret padahal tahu apa yang dia potret bukanlah Keinna yang asli.

Sementara yang diperhatikan tampak serius menatap hamparan hijau dari ketinggian. Pikiran Keinna melayan pada buku usang dan balas dendam yang tidak kunjung usai dia jalani. Gadis itu tersentak saat tangannya tiba-tiba digenggam oleh Leon. Dia melirik Leon yang tersenyum padanya.

"Aku manggil-manggil malah dicuekin," ucap Leon. "Tahu kenapa aku ngajak kamu naik bianglala?" tanyanya dan dibalas gelengan kepala oleh Keinna.

"Itu karena aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Sesuatu sangat penting dan diluar rencana balas dendam kita." Raut wajah Leon terlihat sangat serius, berbeda dengan Keinna yang mengerutkan kening lantaran bingung dengan ucapan pria tampan yang selama ini membantunya.

"Ngomong apa?"

"Entah ini waktu yang tepat atau bukan, tapi aku sudah nggak bisa menahan apa yang aku rasakan lebih lama lagi. Aku juga nggak mau menyesal nantinya." Leon menjeda kalimatnya sebentar. Dia kembali meraih tangan Keinna yang tadi ditarik oleh pemiliknya.

Pria itu menunduk lalu mengecup kedua punggung tangan Keinna, membuat gadis itu terkejut bukan main.

"Leon, apa yang kamu lakukan?" tanya Keinna.

"Pria yang aku maksud adalah aku sendiri, Keinna. Aku nggak tahu kapan perasaan ini muncul, tapi aku merasa kamu adalah rumah yang tepat untukku."

"Ma-maksud kamu?" Kening Keinna semakin mengerut, seiring detakan jantung yang tidak normal. Itu semua karena tatapan teduh Leon.

"Keinna, mau kah kamu menjadi pacar aku?"

"It-itu ... Aku nggak bisa!" Keinna menarik tangannya dari Leon untuk kedua kalinya. Gadis itu tampak gusar, kini dia tidak berani menatap Leon yang telah kehilangan senyumnya.

"Kenapa?"

"Ak-aku nggak suka sama kamu. Aku ada di sini untuk balas dendam, jadi tolong jangan hancurkan semuanya," ucap Keinna tanpa menatap.

"Nggak ada rasa apapun yang kamu dapat dari aku? Selama ini kita selalu bersama."

"Maaf, tapi aku benar-benar nggak bisa." Keinna buru-buru mengambil dokumen di samping Leon. Turun dari bianglala yang telah dibuka oleh pemiliknya.

Keinna berjalan cepat tanpa arah, di pikiran gadis itu hanya menjauhi Leon. Keinna takut jatuh cinta dan merasakan sakit tanpa ada penawarnya.

"Keinna!" Teriakan itu terdengar samar di telinga Keinna yang masuk ke taksi.

"Sial, harusnya aku tahan sedikit lagi!" teriak Leon. "Harusnya aku bersikap biasa saja."

***

Keinna berjalan terburu-buru memasuki kediaman Federico dengan dokumen di tangannya. Gadis itu bahkan tidak memperhatikan Nathan yang berada di ruang istirahat. Dia langsung menuju kamarnya dan mengunci rapat-rapat. Bersandar di balik pintu sambil memeluk dokumen tersebut.

Detakan jantung yang semakin hebat membuat Keinna kian kesal. Dia menepuk dadanya berulang kali. "Berhentilah berdetak, kita datang ke sini untuk balas dendam, bukan jatuh cinta pada pemilik rumah," ucapnya pada diri sendiri.

"Jika kau jatuh cinta, maka semuanya akan berakhir!"

Suara yang sangat lirih itu terdengar jelas di telinga Keinna.

"Ak-aku nggak akan jatuh cinta pada siapapun, jadi jangan akhiri semuanya! Aku belum berhasil membalaskan dendamku," sahut Keinna.

"Semuanya tergantung padamu."

"Aku berjanji," lirih Keinna.

Gadis itu beranjak dari duduknya. Mengepalkan tangan sambil memperhatikan tubuh Yolanda dari pantulan cermin.

"Keinna kamu nggak lemah, kamu pasti bisa melawan hati kamu sendiri," ucapnya meyakinkan diri sendiri.

Merasa penampilannya terlihat sangat kacau, Keinna memilih untuk mandi.

Setelah mandi, gadis itu duduk di kursi belajarnya, memeriksa dokumen yang Leon dapatkan siang tadi dari seseorang. Keinna membaca dokumen itu satu persatu. Mulai dari di mana Yolanda berasal, Yolanda mempunyai tanda lahir di bokong, juga sejak kapan Yolanda dan Nathan mulai berhubungan dan mengkhianati kepercayaan Niken selama ini.

Keinna senyum sinis setelah membaca dokumen itu dengan seksama. "Sudah aku duga, Yolanda lah yang menggoda pak Nathan. Benar-benar manusia nggak bersyukur. Bukannya berbakti pada keluarga Federico, dia malah ingin merebut semuanya," gumam Keinna.

"Sepertinya ini sudah cukup untuk menghancurkan Yolanda. Anak angkat yang merangkak menjadi seorang pelakor," lanjut Keinna.

Gadis itu meletakkan dokumen tersebut, lalu memotrernya satu persatu. Tidak lupa dia mengirim pada Yolanda untuk menekan mental gadis tersebut.

***

"Sial!" teriak Yolanda, gadis itu melempar ponselnya ke ranjang setelah melihat pesan dari Keinna.

Tubuh Yolanda bergetar hebat, amarah dan ketakutan menguasai gadis itu saat ini. Jika apa yang dikirimkan Keinna bocor ke media, terlebih situs sekolah. Maka citranya sebagai primadona sekolah benar-benar hancur. Bukan hanya itu, dia bahkan akan ditendang oleh Niken keluar dari kediaman Faderico.

"Tenang, kamu pasti mendapatkan solusinya," gumam Yolanda yang berusaha mengatur napasnya. "Kita tunggu reaksi aki-aki tua itu, apa dia mempercayaiku atau nggak," lanjutnya.

Tadi saat bertemu Nathan, Yolanda hampir saja meluluhkan dan memuaskan Nathan dengan tubuh Keinna. Hanya saja, urusan mendesak dari perusahaan membuat Yolanda dan Nathan tidak jadi melakukannya.

Baru saja Yolanda akan duduk dengan tenang, ponsel yang dia lempar ke ranjang kembali berbunyi. Kali ini cukup lama sehingga menganggu fokus Yolanda yang sedang mencari jalan keluarnya.

"Ck, siapa lagi yang menganggu ketenangan aku," kesal Yolanda. Gadis itu dengan sigap memeriksa ponselnya. Raut wajah yang tadinya kesal berubah sumbringan mengetahui siapa sang penelpon.

"Halo, Daddy. Sungguh aku sangat merindukan, Daddy. Apakah Daddy mau melanjutkan sesuatu yang tertunda?" tanya Yolanda menggoda.

"Saya belum yakin kau Yolanda yang asli atau bukan. Tetapi dari artikel yang saya baca, sihir itu memang ada. Jika kau benar Yolanda yang asli, pasti kau tahu tempat di mana kita sering menghabiskan malam bersama dikediaman Federico."

"Tentu Yola tahu, Daddy. Sekarapung jika dipersilahkan, Yola akan ke sana."

"Bergegaslah, penghuni rumah sedang sibuk dengan urusan masing-masing."

Sudut bibir Yolanda semakin naik setelah mendengar kalimat terakhir Nathan. Dengan pria paruh baya itu ada dipihaknya, maka tidak akan ada yang terjadi. Leon bukanlah masalah besar jika berhadapan dengan Nathan.

Tidak ingin membuang waktu banyak, Yolanda bergegas bersiap-siap lalu meninggalkan kontrakannya. Gadis itu akan ke kediaman Federico untuk menemui Nathan dan melanjutkan sesuatu yang tertunda. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, Yolanda telah sampai di depan pagar.

Jika dulunya dia tidak bisa menerobos masuk, maka kali ini pagar tinggi itu langsung terbuka setelah dia datang. Sehingga Yolanda langsung masuk dan menyusuri rumah mewah tersebut. Rumah yang hampir satu bulan lebih dia tinggalkan akibat sihir menyebalkan yang menukar jiwanya bersama Keinna.

Terpopuler

Comments

Yunia Afida

Yunia Afida

semoga setelah kembali leon dan keina bisa bersatu

2023-09-03

0

Yunia Afida

Yunia Afida

leon gawat tubuh keina mau di anu anuin, leon seharusnya jangan katakan dulu

2023-09-03

0

Yunia Afida

Yunia Afida

Alhamdulillah akhirnya tubuh keina g jadi disentuh

2023-09-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!