Mendengar suara ketukan pintu berulang kali, tanpa mendengar suara apapun membuat Keinna urung beranjak dari ranjangnya. Gadis itu takut kalau saja Nathan tiba-tiba bertamu dan melakukan hal tak terduga padanya. Meski berada di tubuh orang lain, bukan berarti Keinna tidak takut jika tubuh seksi itu dilecehkan oleh orang lain, terlebih Nathan.
"Yola, ini aku!" ucap seseorang di balik pintu.
Mendengar suara yang sangat dia kenali, barulah Keinna beranjak, kemudian membuka pintu lebar-lebar. Mata gadis itu membola melihat dus besar yang berada di kaki Leon.
"Ck, lama banget buka pintunya. Dus ini berat banget," omel Leon. Tanpa dipersilahkan, pria itu memasuki kamar seraya membawa rumah kucing tersebut.
Keinna mengikuti dari belakang, berdiri memperhatikan Leon yang mulai membuka dus tersebut.
"Jangan liatin aja, tapi bantu! Sudah untung aku mau beliin kucing kamu rumah," sindir Leon.
"Ah ya, aku agak lemot." Keinna menyengir, segera duduk di samping Leon. Membantu pria itu merapikan bahan-bahan yang dikeluarkan Leon.
"Memang lemot," ledek Leon.
"Sekarang udah nggak ketus lagi nih? Nggak marah tiba-tiba?" Keinna kembali meledek. Bukannya marah, Leon malah tertawa.
Memang benar sikap Leon sedikit berubah setelah tahu gadis yang ada di hadapannya bukan Yolanda. Leon selalu menjaga sikap sebelumnya, lantaran Yolanda sering kali mengadukan hal yang tidak-tidak pada Nathan. Di mana akan memicu pertengkaran putra dan daddy di rumah mewah tersebut.
"Nggak lah, kan yang ada di dekat aku gadis riang."
Leon dan Yolanda mulai merakit rumah kucing tersebut. Sesekali Leon akan memperhatikan Keinna yang sangat serius memasang baut. Kadang kala senyuman pria itu terbit tanpa di duga, hanya karena tingkah Keinna yang mampu membuat Leon seakan takjub.
Tubuh yang sama tapi kepribadian yang sangat berbeda Leon lihat saat ini. Dibandingkan Yolanda yang sering kali menyuruh seseorang untuk mengurus keperluannya, Keinna lebih senang mengerjakannya seorang diri.
Tangan Leon bergerak cepat mengambil baut yang hampir di injak oleh Keinna. "Bayangkan kalau baut ini masuk ke kaki kamu." Memperlihatkan baut kecil.
"Seram banget perintahnya." Keinna merebut baut tersebut, lalu menancapkan pada lubang dan menunggu Leon merapatkannya.
"Selesai!" Sorak Keinna dengan pancaran bahagia di matanya. Gadis itu mengusap kening yang sedikit berkeringat lantaran bergerak cukup banyak. Leon yang melihat itu, mengambil tisu lalu ikut mengeringkan keringat Keinna.
"Ak-aku bisa sendiri."
"Mengeringkan dengan tangan itu nggak baik, Yola. Tangan memegang apa aja, jadi nggak boleh nyentuh wajah, yang ada jerawat akan bermunculan di wajah cantikmu itu."
"Sepertinya kamu banyak tahu tentang kulit, pantas saja wajah kamu bersih tanpa noda." Keinna menyengir, membuatnya mendapatkan jawilan di hidung oleh Leon.
Aksi keduanya sejak tadi tidak luput dari perhatian Nathan yang diam-diam memperhatikan dari kejauhan. Rasa ingin mengirim Leon pergi jauh, semakin besar. Rasa cemburu menyelimuti hati Nathan, sebab sesuatu yang dia sangka miliknya mulai didekati oleh putra kandungnya sendiri.
Sedangkan yang diperhatikan masih sibuk saling bercanda. Keduanya seakan baru saja menemukan teman yang tepat untuk berbagi cerita satu sama lain. Terlebih Keinna dan Leon mengetahui identitas satu sama lain.
"Jangan lupa kunci pintu, aku takut apa yang jadi kecurigaan kamu benar adanya," ucap Leon. Pria itu bersiap-siap untuk meninggalkan kamar Keinna, terlebih jarum jam telah menunjukkan angka 10 malam.
Keinna mengangguk. "Siap! Tapi hp kamu harus aktif terus ya? Tadi pak Nathan nyuruh aku siap-siap, katanya dia bakal datang jam 12 malam," jawab Keinna.
"Pasti." Leon segera meninggalkan kamar Keinna. Lokasi yang cukup jauh membuat keduanya susah untuk saling mengunjungi. Kamar Keinna berada di lantai dua, sementara Leon berada di lantai dasar. Ini semua akibat ulah Nathan yang seakan membuat jarak untuk keduanya.
Padahal di depan Niken, Nathan bersikap seolah-olah berusaha membuat Leon dan Yolanda dekat layaknya adik kakak pada umumnya.
Kembali pada Keinna yang ikut keluar dari kamar setelah tubuh Leon tidak terlihat lagi. Gadis itu merasa lapar karena tidak sempat makan malam tadi. Langkah kecilnya terus bergerak di cahaya temarang, hingga sebuah suara berhasil mengambil atensinya dari ruangan.
Ruangan dengan pintu yang sedikit terbuka, memperlihatkan sepasang suami istri yang tengah berpelukan.
"Sayang, hubungan Leon dan Yolanda sepertinya sudah membaik. Apa nggak sebaiknya kita terus terang pada Leon? Aku nggak mau, dia terus berpikiran buruk tentangmu," ucap Niken yang berada dalam pelukan Nathan.
"Nggak sekarang, Sayang. Aku takut Leon malah mengusir Yolanda dari rumah."
"Itu nggak bakal terjadi Nathan. Aku yakin Leon lebih bisa menerima bahwa Yolanda hanya anak angkat, dibandingkan anak hasil perselingkuhan kamu. Lagi pula, aku yang mengangkat Yolanda menjadi putriku setelah ibunya meninggal. Aku kesepian saat itu karena Leon belajar di luar negeri." Niken terus saja berbicara, tanganya terus bergerak mengusap dada bidang Nathan yang setengah terbuka.
Semua pembicaraan dan tingkah Niken dan Nathan tidak luput dari perhatian Keinna yang sengaja mengintip di celah yang ada. Gadis itu sedikit terkejut mendengar pembicaraan ambigu keduanya.
"Jadi Yolanda bukan darah daging keluarga ini? Hah ternyata dia sama saja denganku," batin Keinna. "Nggak punya apa-apa tapi bersikap arogan, dasar nggak tahu malu."
Tidak ingin ketahuan sedang mengintip, Keinna segera pergi dari sana. Melaksanakan niat awalnya keluar dari kamar, yaitu makan sepuasnya di dapur. Gadis itu akan menemui Yolanda besok, dia berencana menekan mental Yolanda agar ketakutan dan putus asa akan hidupnya.
Sepertinya balas dendam Keinna semakin hari semakin dekat. Kehancuran Yolanda sudah di depan mata.
"Ekhem, aku kira pencuri," bisik seseorang tepat di telinga Keinna.
Gadis itu sontak menghentikan kunyahannya, berbalik dan terkejut mendapati Leon sedang bersedekap dada.
"Ak-aku kira kamu ...."
"Aku nggak bisa tidur, memikirkan daddy akan berkunjung jam 12 malam." Leon berucap tanpa ditanya. Duduk di samping Keinna tanpa menyentuh apapun. Leon adalah pria yang sangat menjaga pola makannya. Jika sudah lewat dari jam 8 malam, jangan harap Leon akan makan karbohidrat.
"Mengkhawatirkan aku atau ...."
"Jangan geer kamu. Aku nggak mau daddy mengkhianati mommy untuk kesekian kalinya." Leon menyentil kening Keinna.
"Dengar sesuatu tadi?" tanya Keinna dan dijawab gelengan oleh Leon.
"Apa memangnya?"
"Aku baru saja mendengar rahasia cukup menarik. Aku yakin kamu belum mengetahuinya. Ini tentang Yolanda, daddy dan mommy kamu."
"Katakan!" desak Leon yang mulai penasaran, tetapi yang didesak malah kembali menyantap menu makanan yang ada di atas meja.
"Yolanda!"
"Aku lapar, dan saat lapar aku nggak bisa bicara banyak," sahut Keinna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Teh Yen
pantas saja Nathan berani main apa.wong.bukan darah dagingnya sendiri yah tuh c Yolanda
2023-08-31
0
Yunia Afida
ternyata si yolanda anak angkat ya, jadi si daddy nathan bebas anu anu
2023-08-28
0
Kendarsih Keken
Ooou ternyata Yolanda hanya anak angkat dan tanpa di sadari Niken Yolanda sudah menjadi duri di rumah tangga nya ☹☹
2023-08-28
0