Part 9 ~ Kau Penyihir?

Seorang pria dengan kemeja hitam di tubuhnya baru saja keluar dari kamar, di punggung pria itu ada tas yang tersampir. Sementara di tangan kanan ada benda pipih lumayan mahal. Dia terus berjalan menjauhi kamar hingga akhirnya sampai di dapur, tempat sang mommy sedang mengatur sarapan untuk keluarga tanpa menyentuhnya.

"Hari ini putra mommy tampan banget, tapi kok lesu sih?" tanya Niken, mengelus rahang tegas Leon.

Memang benar, pagi ini raut wajah Leon sedikit kusut seakan mempunyai masalah yang tidak bisa diselesaikan.

"Sampai kapan Daddy bersikap kayak gitu, Mom? Nggak adil untuk anak-anaknya," ucap Leon.

"Sayang?"

"Dia hanya anak haram Daddy, nggak seharusnya mendapatkan hak istimewa di rumah ini! Harusnya dia nggak tinggal sama kita! Dia luka buat Mommy!" ucap Leon dengan suara tegasnya.

Setiap kali melihat Nathan bersama Yolanda, darah Leon selalu saja mendidih. Sebagai putra satu-satunya yang sah di mata hukum, dia merasa tidak adil.

"Jaga bicara kamu, Leon! Yola putri ...."

"Dia bukan putri, Mommy! Sampai kapan Mommy menutup mata tentang semua ini?"

"Mommy cinta sama daddy kamu, Nak. Lagian ...."

"Cinta menghancurkan segalanya." Leon senyum sinis. Menepis tangan Niken ketika melihat Nathan baru saja memasuki ruang makan. Dia memperhatikan daddynya yang mengecup kening dan bibir Niken penuh kelembutan.

Sejak kenyataan bahwa daddynya pernah selingkuh, di mata Leon pria paruh baya itu adalah bajingan. Bahkan rasanya dia ingin menjauhkan Yolanda agar tidak menjadi korban daddynya. Hanya saja Yolanda sendirilah yang tampak manja.

"Leon, panggil adikmu! Kita sarapan bersama," perintah Niken yang duduk lebih dulu bersama suaminya.

Leon hanya mengangguk, meletakkan tas lalu berjalan menuju kamar Yolanda yang berada di lantai dua. Sambil berjalan, tidak lupa Leon mengulung lengan bajunya agar telihat lebih keren. Pria berusia 22 tahun itu, mendorong daun pintu yang kebetulan tidak terkunci.

Dia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru, tetapi tidak menemukan adiknya di dalam kamar mewah tersebut. Leon terkesiap ketika angin menerpa wajahnya cukup keras, belum lagi tirai yang menari-nari padahal tidak ada jendela yang terbuka.

"Seram banget nih kamar," gumam Leon. Bulu kuduk pria itu meremang, tetapi memberanikan diri berjalan menuju jendela, berbarengan sebuah cahaya yang keluar dari laci di mana Keinna sering menyimpan buku usang tersebut.

Atensi Leon yang menangkap cahaya itu, membuat tubuhnya bergerak mendekati laci. Tanpa membuang waktu lama, dia membuka benda persegi tersebut sehingga menemukan sebuah buku yang sampulnya sangat kuno. Yang membuat Leon terkejut karena buku itu terbuka dengan sendirinya.

Bencana akan menghampirimu sebentar lagi! Bergegaslah atau kau akan kembali ke tubuhmu yang sebenarnya.

Kening Leon mengerut membaca sederet kalimat yang perlahan mulai menghilang. Baru saja akan menyentuh buku tersebut, suara perempuan yang dia cari terdengar dari belakang.

"Kak Leon ngapain di sana?" tanya Keinna. Gadis itu baru saja keluar dari ruang ganti dan telah siap dengan seragam sekolahnya.

Keinna menelan salivanya kasar ketika menyadari tatapan Leon tertuju pada buku usang tersebut.

"Kau penyihir?" tanya Leon balik, tidak lupa mengambil buku usang tersebut.

Keinna terkesiap, mundur beberapa langkah lantaran Leon terus maju sambil melayangkan buku usang di tangannya.

"Jawab aku, Yolanda!" bentak Leon.

"Ak-aku ...."

"Pantas aja sikap kamu beberapa hari ini sangat aneh! Terlalu ramah, terlalu baik, terlalu asing! Kau membuatku curiga setiap saat!" ucap Leon penuh tekanan.

"Ka-kak Leon."

"Berhenti memanggilku kakak, dasar penyihir jahat! Di mana adikku?" bentaknya.

"Ak-aku ...."

Keinna tidak dapat melanjutkan ucapannya lantaran tangan gadis itu ditarik secara kasar oleh Leon menuju pintu kamar. Sekuat tenaga Keinna mempertahankan tubuhnya agar tidak bergeser, menyentak tangan Leon dengan sisa tengan yang dia punya.

"Ya aku memang bukan Yolanda! Tubuhku dan tubuh adikmu tertukar beberapa jam setelah dia melukai harga diriku!" bentak Keinna.

Tatapan gadis itu tidak lagi teduh, begitupun dengan Leon.

"Adik kesayangan .... Ralat, adik harammu itu telah membuat hidupku menderita hingga titik di mana aku menyerah untuk berdiri di atas permukaan bumi! Tapi berkat buku yang kau pegang, hidupku jauh lebih baik."

"Dengan mengambil kehidupan orang lain?"

"Memangnya kenapa? Yolanda harus merasakan apa yang aku rasakan selama satu tahun terakhir ini! Adikmu? Dia adalah pemilik rumah yang baru saja daddy kamu beli! Dia dengan entengnya menjual rumah peninggalan nenek aku!"

Keinna mengatur napasnya yang mulai memburu, sementara Leon tampak terdiam. Mencerna kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut Keinna. Dari pancaran mata dan cara bicara Keinna yang bergetar, Leon dapat merasakan luka gadis itu.

"Jadi benar kamu bukan Yolanda? Lalu tujuanmu datang ke rumah ini apa?" Kening Leon semakin mengerut.

"Awalnya membalaskan dendamku pada Yolanda, yang telah mempermalukan aku di lingkungan sekolah. Tetapi buku usang yang kau pegang, malah memberiku misi untuk menguak rahasia besar di rumah ini," jawab Keinna dengan tenang.

"Rahasia besar? Balas dendam? Lakukan itu sendiri dan pergi dari rumah aku sekarang juga!" Leon kembali menarik tangan Keinna hingga akhirnya sampai di ambang pintu kamar.

Namun, langkah pria itu berhenti karena perkataan Keinna yang tidak bisa dia hiraukan begitu saja.

"Kau yakin Yolanda adikmu? Hasil dari perselingkuhan Daddy mu itu? Bagaimana jika anak haram hanya kedoknya agar bisa memelihara pelakor? Luka yang katanya mommy kamu simpan di istananya sendiri." Keinna senyum sinis, berbeda dengan Leon yang tampak terdiam.

Leon adalah pria yang sangat menyayangi mommynya, apapun akan pria itu lakukan jika itu akan membuat Niken bahagia. Perlahan-lahan cengkraman tangan Leon terlepas dari pergelangan tangan Keinna.

"Biarkan aku tinggal di sini dan membalaskan dendamku pada Yolanda, dan aku akan membantumu menguak rahasia besar di rumah ini!" ucap Keinna.

Tanpa menunggu jawaban Leon, Keinna berbalik untuk mengambil tas ranselnya, lalu meninggalkan Leon seorang diri di dalam kamar. Keinna ikut bergabung bersama Niken dan Nathan, sarapan tanpa mengucapkan sepatah katapun. Hal itu juga Leon lakukan, seolah-olah tidak ada yang terjadi di dalam kamar.

Usai sarapan, Keinna dan Leon berangkat bersama. Sepanjang jalan tidak ada pembicaraan, sehingga keheningan melanda di dalam mobil.

"Kau penyihir?" tanya Leon secara tiba-tiba.

Keinna yang sedang bergulat dengan pikirannya, menghela napas panjang. Melirik Leon kesal. "Berapa kali harus aku bilang, aku bukan penyihir! Awalnya aku juga nggak percaya sihir itu ada, tapi buku usang yang kamu pegang membuktikannya, bahwa di dunia ini ada sihir. Dia mampu menukar jiwaku dengan Yolanda dalam sekejap mata."

"Semuanya begitu tiba-tiba dan terasa seperti mimpi," gumam Leon yang masih bingung dengan semua yang dia lihat dan dengar dari Keinna.

Terpopuler

Comments

N Wage

N Wage

aku suka cerita yg alurnya sat set...sat set tp jelas.tidak dibuat berliku liku tak jelas.

2024-02-22

0

Yunia Afida

Yunia Afida

semoga leon mau nantu keina ya

2023-08-28

0

Kendarsih Keken

Kendarsih Keken

semoga Leon berpihak ke Keinna dan membongkar rahasia yng ada , dan juga membongkar jatidiri nya Yolanda

2023-08-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!