Keinna terkesiap saat tubuhnya tiba-tiba dihempaskan oleh Nathan, sehingga tidak bisa bergerak meski sedikit saja. Dia memejamkan matanya merasakan terpaan napas hangat Nathan mulai menyapu wajah segar habis mandi gadis itu. Jantung keinna berdetak sangat cepat akibat rasa takut menyambanggi dirinya. Terlebih ketika bibir beserta kumis tipis mulai menyentuh leher jenjangnya yang terekspos indah.
"Da-daddy," lirih Keinna, menelan salivanya kasar.
"Ya, panggil daddy seperti itu, Sayang! Suaramu sangat candu," bisik Nathan.
Bibir pria paruh baya itu semakin menjelajah. Mengigit kancing piyama bagian atas Keinna, tetapi saat kancing itu hampir terbuka. Seseorang mendorong tubuh Nathan sehingga menjauh dari tubuh Keinna.
"Apa yang Daddy lakukan, hm? Melecehkan darah daging sendiri!" bentak Leon dengan mata tajamnya.
Nathan terkesiap, menatap Leon bergantian dengan pintu yang masih tertutup rapat. Pria paruh baya itu ingat betul, bahwa saat masuk telah menguncinya. Kenapa Leon bisa masuk tanpa menimbulkan suara apapun?
"Le-Leon, Daddy tadi hanya terjatuh. Bagaimana mungkin daddy melecehkan adikmu, hm?"
"Begitukah?"
"Kamu nggak percaya sama daddy?"
"Kalau begitu keluarlah dari kamar Yolanda, daddy!" usir Leon.
Tanpa mengatakan apapun, Nathan segera keluar dari kamar Keinna. Tidak lupa membanting daun pintu lantaran kesal hasrat yang minta dipuaskan harus berhenti diujung sehingga membuat kepalanya terasa sangat sakit.
Sementara di dalam kamar, Keinna tampak terdiam. Di genggaman gadis itu masih ada rambut Nathan yang berhasil dia dapatkan.
"Ma-makasih sudah menolong aku," ucap Keinna pada Leon yang hanya menatap tanpa berkedip. Dia mendekat lalu mengulurkan tangannya. "Aku mendapatkan rambut ...." Mulut Keinna terbuka tanpa menyelesaikan kalimatnya.
Itu semua karena tubuh kekar Leon berubah menjadi sebuah cahaya lalu terjauh ke lantai dalam bentuk buku usang.
"Ja-jadi yang tadi menolongku buku usang? Bukan Leon?" gumam Keinna.
Gadis itu menunduk untuk mengambil buku usang yang tadi menjelma sebagai Leon, demi menyelamatkan Keinna dari jeratan hasrat Nathan.
***
Mata coklat Leon terus menyusuri lobi secara seksama. Alih-alih mengikuti Yolanda, Leon memilih menunggu di hotel yang telah Yolanda sebutkan saat bertelponan dengan Nathan di seberang. Senyuman pria itu mengembang ketika melihat Yolanda baru saja memasuki hotel dengan pakaian cukup seksi.
Diam-diam dia mengikuti Yolanda yang entah akan menuju lantai berapa. Merasa mempunyai kesempatan yang pas. Leon menyeret tubuh adik angkatkan setelah membuka pintu sebuah yunit. Dia menendang pintu agar tertutup, setelahnya melepaskan bekapan di mulut Yolanda.
"Ka-kak Leon?" Yolanda sangat terkejut melihat kedatangan Leon, padahal yang dia nantikan adalah Nathan. Pria yang bisa memakmurkan hidupnya hingga tujuh turunan jika berhasil menjadi selingkuhan.
"Apa yang sedang kau rencanakan, Yolanda?" tanya Leon.
"Kak Leon mengenaliku? Aku memang Yolanda. Aku senang kak Leon mau ...."
Langkah Yolanda tiba-tiba mundur ketika akan memeluk Leon, itu akibat dorongan dari pria itu sendiri.
"Aku memang mengenalimu, lalu kenapa?"
"Kak Leon?"
"Jangan berani menyentuhku! Dasar gadis nggak tahu diri! Sudah untung daddy dan Mommy mau mengasuhmu, kenapa malah merangkap menjadi pelakor hm?"
"Y-yola ... Kak Leon bicara apa?" Yolanda bertingkah seolah-olah tidak tahu apa-apa. "Pasti otak kak Leon telah dicuci oleh Keinna, makanya menuduh Yolanda yang nggak-nggak. Benarkan? Kak Leon, aku adikmu yang sebenarnya. Orang yang ada di rumah kita adalah penyihir jahat."
Yolanda terus berusaha menyentuh Leon, tetapi pria itu terus menepis tangan Yolanda setiap kali mendekat. Memang sekarang belum ada bukti kuat tentang perselingkuhan Yolanda dan Nathan, tetapi tahu adik angkatnya meminta bertemu di hotel bersama sang daddy, membuat Leon sangat geram.
"Apa motivasi kamu menyuruh daddy datang, hm? Ingin menjual tubuh gadis baik korban pembulian kamu selama ini? Apa kamu waras? Harusnya kamu itu tobat Yolanda!" bentak Leon.
Yolanda tertawa dengan pancaran mata kekecewaan. Tidak suka Leon membela gadis yang dia benci selama ini.
"Kak Leon membelanya dibandingkan aku yang sudah tinggal selama hampir dua tahun? Hebat banget."
"Terserah apa yang mau kau katakan. Tapi ingat ini!" Leon maju beberapa langkah. "Jangan pernah menjual tubuh gadis yang aku sukai! Atau kau akan benar-benar hancur! Satu lagi! Akui kesalahanmu di sekolah besok!"
Leon menghempaskan wajah Yolanda ke samping, sebelum meninggalkan kamar hotel tersebut. Sementara Yolanda yang berada di dalam sana, meraung tanpa henti. Kesal, marah karena apa yang menjadi miliknya perlahan-lahan diambil alih oleh musuhnya sendiri.
"Kau benar-benar memancing amarahku Keinna!" Yolanda mengepalkan tangannya sangat kuat.
***
Leon, pria itu bersenandung kecil sambil memutar-mutar kunci mobil di tangannya. Dia baru sampai di rumah setelah memastikan Yolanda tidak akan berbuat sesuatu yang akan merugikan Keinna nantinya.
Siulan demi siulan Leon mengambil atensi Nathan yang sedang duduk di ruang istirahat. Pria paruh baya itu lantas berdiri dan menatap Leon heran. Bagaimana tidak, beberapa menit yang lalu, Nathan melihat putranya berada di kamar Keinna, tetapi kenapa sekarang baru dari luar?
"Kenapa daddy menatap sampai segitunya?" tanya Leon.
"Bukannya tadi kamu ada di kamar Keinna?"
Leon mengerutkan keningnya, jelas-jelas dia baru pulang. Sungguh pertanyaan itu sangat konyol untuk Leon.
"Lah, salah lihat kali."
"Tapi kamu beneran ada di kamar Yolanda, Leon."
"Apa yang Leon lakukan di sana?" tanya Leon dengan tatapan menyelidiknya.
"It-itu ...."
"Daddy kena tipu. Leon tadi memang ada di kamar Yolanda. Tapi karena gabut, Leon lompat dari lantai dua dan masuk lewat pintu," ucapnya dan berlalu pergi.
"Aneh, tadi saat di kamar tatapan Leon sangat mematikan," gumam Nathan yang masih bingung.
Sementara Leon telah menghilang karena berkunjung ke kamar Keinna. Senyuman pria itu semakin merekah ketika melihat Keinna tengah duduk di sofa sambil memangku buku usang. Tampaknya Keinna sedang melamun. Mungkinkah gadis itu sedang memikirkan dirinya? Sebagaimana dia memikirkan Keinna saat berjauhan.
Ingin mengagetkan, Leon langsung berbaring di paha Keinna, usai menyingkirkan buku usang tersebut.
"Lelah banget habis ketemu Yolanda," gumam Leon, tanpa peduli keterkejutan Keinna. "Tau nggak? Ternyata kamu juga cantik. Aku sampai terpesona tadi."
"Maksudnya?" Kening Keinna mengerut. Datang-datang Leon mengagetkan dan memujinya secara bersamaan, siapa yang tidak bingung?
"Tubuh lo yang sebenarnya."
"Oh."
"Cuma oh?"
"Mau gimana lagi? Bukannya semua perempuan cantik? Terlebih jika dirawat."
"Dasar nggak peka." Leon menjawil hidung Keinna gemes. Entahlah, tapi Leon sangat senang jika bercanda dan berduan bersama Keinna. Entah karena tubuhnya, atau jiwa gadis itu.
"Leon?"
"Hm?" Leon melirik Keinna dari bawah.
"Aku udah dapat rambut daddy kamu, sekarang sisa sampel dari Yolanda."
"Lah, ngapain repot-repot? Yolanda kan kamu? Tinggal ngambil darah kamu, semuanya beres."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Yunia Afida
semoga yolanda g tahu kelemahan nya keina ya
2023-08-30
0
Yunia Afida
pasti si leon nulis di buku usang
2023-08-30
0
Lia Widia Astuti Irawan
lanjutttt
2023-08-30
0