Jarum jam telah menunjukkan angka 12 malam, tetapi baik Keinna mau pun Leon masih terjaga lantaran menunggu berita yang mungkin akan rilis sebentar lagi di situs online sekolah the Immortal.
"Kalau ngantuk tidur aja," ucap Leon. Dia melirik Keinna yang duduk di sampingnya. Gadis itu sesekali terpejam, tetapi berusaha tetap terjaga.
"Aku masih kuat, kok! Aku mau tahu Yolanda nyelesain semuanya atau nggak."
"Ck, biar aku yang ngurus."
Leon menarik kepala Keinna pelan agar bersandar di pundaknya. "Kalau nggak enak tidur di ranjang, maka tidur di pundak nyaman aku aja. Nanti pas beritanya rilis, baru aku bangunin."
Tidak ada pilihan lain dan sangat mengantuk, Keinna akhirnya mengalah. Mulai memejamkan mata dengan kepala berada di pundak Leon. Sementara fokus pemilik pundak berada di layar laptop, menunggu apa yang akan dilakukan Yolanda.
Detik dan menit terus bertambah seiring berjalannya waktu, sehingga tidak terasa telah jam 1 dini hari. Selama itu pula, apa yang Leon tunggu tidak kunjung pria itu dapatkan. Mulai merasa lelah, akhirnya Leon memutuskan menutup laptop dan mengendong Keinna menuju ranjang.
Pria itu memperlakukan Keinna sangat baik karena satu alasan yang hanya dia ketahui sendiri. Awalnya Leon hanya ingin bekerjasama untuk membongkar rahasia besar di rumah tersebut, tetapi semuanya berubah saat Leon berkunjung ke rumah reyot Keinna. Di sana, Leon melihat sesuatu yang membuatnya ingat kejadian di masa lalu.
"Tidur yang nyenyak, aku pasti bakal lindungi kamu," gumam Leon sebelum meninggalkan kamar gadis itu.
***
Langkah kaki Keinna yang baru saja memasuki lingkungan sekolah the Immortal terlihat ragu. Terlebih melihat beberapa barisan siswa yang dipimpin oleh Olive dan Aline. Namun, bukan itu fokus Keinna sejak tadi. Fokus gadis itu tertuju pada gadis yang bersujud di tengah-tengah barisan.
"Yolanda?" panggil Olive mulai mendekat dan hendak mengamit lengan Yolanda seperti biasa. Tetapi yang Keinna lakukan malah menepis tangan tersebut.
"Lo nggak berhak nyentuh gue! Menjauhlah!" perintah Keinna pada Olive. Gadis itu melangkah mendekati Yolanda. "Kenapa natap gue sampai segitunya, hm?"
Yolanda yang ditanya malah mengalihkan tatapanya pada siswa-siswa yang berdiri di sisi kiri dan kanan. Andai bukan desakan mereka, Yolanda tidak mungkin bersujud di depan Keinna seperti ini.
"Maafin gue karena udah nyebar fitnah tentang lo!"
"Fitnah?"
Kening Keinna mengerut, pagi tadi Leon memberitahukan bahwa Yolanda tidak merilis apapapun, tetapi kenapa sekarang malah gadis itu meminta maaf.
"Gue iri sama lo, makanya gue buat berita palsu tentang lo yang merupakan anak raham."
"Segampang itu?" Keinna senyum sinis setelah mengerti apa yang terjadi.
Gadis itu menarik kerah seragam Yolanda agar berdiri, kemudian menatap satu persatu siswa yang ikut menghina kemarin.
"Bubar, gue nggak butuh maaf kalian!" kata Keinna, setelahnya menarik Yolanda pergi dari sana. Dia membawa gadis itu ke gudang di mana Yolanda pernah menyiksanya habis-habisan hingga memutuskan untuk bunuh diri.
Keinna menghempaskan Yolanda ke lantai berdebu tersebut. Sebenarnya dia tidak tega jika harus menyakiti tubuhnya sendiri, tetapi dia harus bersikap tegas demi memberi pelajaran pada Yolanda.
"Minta maaf yang benar, dan sebut nama gue!" perintah Keinna.
Bukannya melakukan perintah Keinna, Yolanda malah berdiri sambil bersedekap dada.
"Lo ngira gue tulus meminta maaf, hm? Gue cuma nggak mau nama Yolanda buruk, karena gue yakin cepat atau lambat gue bakal balik seperti semula," ucapnya.
Yolanda memang tidak merilis pernyataan di situs sekolah, tetapi gadis itu mengakuinya di depan semua siswa dan bertingkah seperti orang gila. Itu semua Yolanda lakukan agar nama Keinna semakin jelek di mata semua orang.
"Jangan harap gue bakal minta maaf sama gadis miskin kayak lo!" bentak Yolanda, mendorong Keinna. Untung saja Keinna sudah membaca hal itu, sehingga tidak terlalu terkejut dan dapat menyeimbangkan tubuhnya.
Bukannya takut, Keinna malah tertawa. "Yang miskin siapa di sini, lo atau gue? Gue jelas-jelas punya rumah, tapi lo? Lo cuma anak angkat!"
"Keinna!"
"Minta maaf yang benar dan memohon sama gue! Atau gue bakal bongkar semua rahasia lo sekarang juga!" pinta Keinna.
Gadis itu melangkah mendekat sehingga mau tidak mau Yolanda mundur beberapa langkah. Terlebih tatapan Keinna sangat mematikan.
"Minta maaf!" ucapnya sekali lagi, menekan pundak Yolanda agar segera bersujud.
"Maaf," ucap Yolanda meringis kesakitan. Bagaimana tidak, kuku tajam berhasil melukai pundak gadis itu.
"Sebut nama gue!"
"Maafin gue Keinna."
"Apa kesalahan lo?" Keinna semakin menancapkan kuku tajamnya.
"G-gue udah buli lo selama satu tahun ini. Maafin gue. Gue ...."
"Terimakasih untuk permintaan maafnya. Jangan membuat masalah lagi." Keinna tersenyum puas. Segera menjauhkan kukunya dipundak Yolanda, kemudian berlalu pergi.
Meski permintaan maaf itu hanya terpaksa keluar dari mulut Yolanda, Keinna tetap saja merasa lega. Mungkin ini terakhir kalinya dia akan menganggu hidup Yolanda di sekolah. Pembalasan dendam kecilnya sudah cukup, sekarang saatnya fokus menghancurkan Yolanda hingga dasar bumi paling dalam.
***
Baru saja Keinna melewati pagar sekolah, tubuhnya telah dikagetkan dengan tepukan pundak dari belakang. Awalnya Keinna ingin berteriak, tetapi urung saat melihat siapa pelakunya.
"Leon? Kamu mengejutkanku," ucap Keinna.
"Sengaja. Bagaimana sekolahnya hari ini? Semuanya sudah beres?" tanya Leon.
Keinna lantas menaikkan kedua jempolnya sebagai jawaban. Keduanya berjalan saling mengenggam tangan satu sama lain menuju mobil yang terparkir cukup jauh. Sepanjang jalan, tatapan teman-teman sekolahnya tentu tertuju pada mereka berdua, terlebih yang mereka tahu Yolanda dan Leon tidak seakur tersebut.
"Kalian susah baikan?" tanya Olive yang tiba-tiba mendekati Leon dan Keinna.
"Urusannya sama lo apa? Sana pergi, dasar penjilat!" sinis Keinna.
Leon yang melihatnya hanya bisa mengulum senyum melihat sikap ketus Keinna. Sikap yang sangat berbanding terbalik dengan hati gadis yang itu yang sebenarnya.
"Sudah bisa sinis ternyata," sindir Leon setelah berada di dalam mobil.
"Ajaran kamu dan tuntutan peran. Aku sebenarnya merindukan diriku yang dulu, Leon. Aku mau menyelesaikan semuanya dan kembali."
"Meninggalkan aku?" Leon langsung melirik Keinna.
"Tentu saja! Lagi pula hubungan kita hanya sebatas rekan kerja bukan? Terlebih, kasta kita mengalami perbedaan cukup jauh."
"Begitu?"
Suasana hati Leon tiba-tiba buruk mendengar penuturan Keinna. Ada rasa kesal mendengar mereka akan berpisah. Tidak bisakah momen ini berlangsung seumur hidup? Agar mereka tidak perlu berpisah.
"Kenapa manyun?"
"Ada orang yang nyebelin banget."
"Aku?"
"Mungkin."
"Padahal aku cuma membicarakan kenyataan. Lagi pula kenapa harus kesal?"
"Karena aku su ...." Belum sempat Leon melanjutkan kalimatnya, nada dering yang berasal dari benda pipihnya terdengar nyaring.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Yunia Afida
leon udah jatuh cinta ke keina gimana reaksi keina ya jika tahi
2023-08-31
0
Yunia Afida
apakah keina temen masa kecilnya ya
2023-08-31
0
Teh Yen
duh itu telp ganggu aj deh Leon kan mau jujur sama kienna
2023-08-31
0