Keinna terus mencuri-curi pandang pada Leon yang sejak tadi fokus menyetir. Bibir gadis itu sudah gatal ingin berucap, tetapi Leon malah acuh tak acuh padanya. Tidak tahukah bahwa dia sekarang sedang penasaran bagaimana keputusan Leon yang sebenarnya? Sungguh jantung Keinna tidak akan baik-baik saja sebelum mendapatkan jawaban dari pria bermata coklat di sampingnya.
"Ngapain natap mulu? Kalau mau ngomong silahkan, kan punya mulut," sindir Leon.
Ternyata bukan hanya Keinna yang diam-diam memperhatikan, Leon juga melakukan hal yang sama. Entahlah, tapi rasa canggung tiba-tiba menghampiri sejak kejadian tadi pagi di kamar.
"Gimana?" tanya balik Keinna.
"Apanya?"
"Ck, mau bekerjsama atau nggak."
"Bisa dicoba, asal kamu janji nggak ada main apapun sama daddy aku. Dia pria yang gampang tergoda, bodohnya mommy sangat mencintainya hingga menutup mata apapun yang terjadi."
"Janji, lagian aku bukan tipe perempuan perebut." Keinna mengulurkan tanganya cepat. Tidak lupa senyuman gadis itu mengembang sempurna.
Jika boleh jujur, ada kelegaan dalam hati Keinna sekarang. Selain Leon setuju bekerjasama dengannya, dia juga bisa menjadi diri sendiri di sekitar Leon tanpa takut akan ketahuan nantinya.
"Dari gerak-gerak daddy kamu, aku nggak yakin kalau Yolanda benar-benar putrinya. Gimana kalau kita selidiki latar belakang Yolanda sebelum kamu pulang ke rumah? Bukankah banyak hal ganjil yang kamu rasakan?" Keinna menatap Leon.
"Kamu benar, aku nggak pernah kepikiran tentang hubungan daddy dengan Yolanda. Mungkin karena rasa iri jauh lebih mendominasi."
Lagi-lagi Leon menyetujui saran dari Keinna, hal itu membuat Keinna senang bukan kepalang. Mendapatkan dukungan dari dalam, mambuat pekerjaanya semakin mudah.
"Tapi sebelum itu, kamu harus memenuhi satu permintaan dariku."
"Jangan serakah!" sahut Leon cepat dan dibalas tawa oleh Keinna.
"Nggak serakah, tapi jaga-jaga kalau saja jiwaku tiba-tiba kembali pada tubuhku yang sebenarnya."
"Katakanlah!" Leon menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah yang yang kini mulai diperbaiki.
"Kebetulan kita ada di sini." Keinna buru-buru turun dari mobil, masuk ke halaman rumah peninggalan neneknya yang mulai direnovasi sejak siang tadi atas perintah Nathan. "Aku mengingingkan rumah ini menjadi atas namaku kembali."
"Nggak masalah, uang 50jt hanya butiran debu untuk keluarga kami." Leon tersenyum sombong, tetapi itu malah semakin menambah ketampanannya.
Kedua manusia berbeda generasi itu cukup lama menghabiskan waktu di rumah reyot tersebut. Bahkan Keinna memberikan beberapa perintah pada tukang, agar tidak menebang pohon yang merupakan makam neneknya. Leon dan Keinna baru pulang setelah matahari tenggelam, itupun keduanya mampir ke klik hewan untuk mengambil anak kucing yang Keinna titipkan kemarin.
"Mau taruhan? Sampai di rumah, kamu bakal dapat omelan dari pak Nathan," sindir Keinna ketika mobil mulai memasuki pekarangan rumah mewah milik Federico.
"Tanpa taruhan pun, aku udah kalah." Leon melirik Keinna sekilas, sebelum akhirnya turun dari mobil setelah memarkirkan mobilnya dengan aman. Tanpa menyapa Nathan yang berdiri di ambang pintu, Leon langsung menuju kamarnya.
Berbeda dengan Keinna yang tampak kerepotan karena tas sekolah juga anak kucing digendongannya. Untung saja ada pelayan yang sigap mengambil tas tanpa diperintah.
"Nona Yola mau mandi atau makan dulu?" tanya pelayan.
"Mau mandi dulu, tapi saya siapkan sendiri saja," sahut Keinna.
"Baiklah kalau begitu." Sang pelayanpun pergi dari hadapan Keinna, sehingga menyisakan gadis itu bersama Nathan di ambang pintu.
"Sudah dua hari daddy lihat kamu terus menghabiskan waktu bersama Leon! Daddy nggak suka itu Yola! Kamu itu milik daddy," ucap Nathan dengan nada tegasnya.
Ingin rasanya Keinna muntah mendengar kalimat kepemilikan itu keluar dari mulut pria paruh baya seperti Nathan.
"Tadi kak Leon cuma nganter Yola ke rumah itu dan ngambil kucing. Ayolah Dad, Yola nggak mungkin berpindah hati. Lagian kak Leon nggak ada apa-apanya dibandingkan daddy," celetuk Keinna.
Gadis itu sengaja memancing Nathan, seakan-akan keduanya sepasang kekasih. Itu semua Keinna lakukan karena ingin membuktikan apa yang dia lihat di ponsel Yolanda semalam.
"Tentu saja, Baby! Persiapkan dirimu, daddy akan berkunjung jam 12 malam nanti," bisik Nathan sebelum pergi.
Sungguh, bulu kuduk Keinna meremang seketika. Suhu ruangan yang awalnya adem, terasa sangat dingin untuknya. Tanpa membuang waktu lama, Keinna berlari ke kamar Yolanda lalu menguncinya serapat mungkin. Gadis itu membersihkan dirinya, sebelum mengurus anak kucing yang tengah tiduran di atas ranjang.
"Lucu banget sih? Sampai bisa narik perhatian kak Leon." Keinna menguyel-uyel wajah comel anak kucing tersebut. Dia sedang tengkurap di atas ranjang sambil memeluk kucing.
Sementara di tempat lain, yakni kamar seorang pria. Leon tengah sibuk memperhatikan ponselnya, hingga sebuah pesan masuk. Pesan yang mampu mengundang senyum di wajah Leon. Pria yang semula selalu memasang wajah jutek ketika berada di rumah, kini mulai tersenyum lantaran gadis periang yang tinggal di rumahnya.
Gadis yang selalu membawa santai masalah, tidak seperti Niken, Nathan dan Yolanda.
Leon berjalan terburu-buru agar bisa sampai di depan pintu dengan cepat. Aksinya mengundang tanya wanita paruh baya yang baru saja keluar dari sebuah ruangan. Karena penasaran, wanita paruh baya itu menghampiri Leon.
"Putra mommy senyum-senyum terus sambil berlari, memangnya ada apa, Sayang?" tanya Niken.
"Nerima paket." Leon memperlihatkan dus berukuran 1×1 meter yang berada di pelukannya.
"Sebesar itu? Isinya apa?" Mata Niken membola.
"Rumah kucing, Mom. Yola punya anak kucing, jadi Leon berinisiatif membeli rumahnya."
Sudut bibir Niken semakin melengkung mendengar ucapan putra satu-satunya. "Mommy senang banget kalau kalian akur seperti ini. Bawa lah rumah kucing itu ke kamar Yola dan rakit berdua!" Niken mendorong tubuh Leon cukup pelan.
Ada rasa bahagia di hati Niken, melihat sikap Leon yang baik pada Yolanda tanpa ada paksaan. Berbeda dengan Nathan yang berdiri tidak jauh dari sana. Pria paruh baya itu semakin kesal, karena Leon terus melengket bagai perangko pada Yolanda. Nathan takut, Yolanda akan beralih hati pada Leon, putranya sendiri.
"Ini nggak bisa dibiarkan. Aku harus mengirim Leon pergi dari rumah ini, biar nggak ada penghalang apapun antara hubunganku dengan Yolanda," gumam Nathan.
Pria itu terus memperhatikan kemana langkah Leon pergi.
"Sayang, mau dengar kabar baik? Putra kita mulai menerima Yolanda tanpa paksaan lagi. Aku senang banget," ucap Niken yang menghampiri Nathan.
"Akupun senang, Sayang. Kita sekarang nggak perlu khwatir mereka akan bertengkar dan saling melukai. Sekarang kita punya sepasang anak yang cantik dan tampan." Nathan memeluk Niken, bukan karena bahagia. Melainkan berusaha menyembunyikan rasa kesal dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Amriati Plg
Fix nih yola itu selingkuhan bukan anak nathan
2024-01-09
2
Yunia Afida
buat leon tidur ama keina biar si pak nathan itu g bisa ngelecehin ya
2023-08-28
0
Eva Karmita
makin seru lanjut thoooorr
2023-08-27
0