Senyuman Keinna tidak pernah pudar sejak beberapa menit yang lalu, bahkan ketika dia dan Leon telah sampai di rumah, senyuman itu masih terlihat indah di wajah cantiknya. Dia melirik ke samping saat Leon tiba-tiba mengenggam tangannya tanpa mengatakan apapun. Dengan sigap Keinna menarik tangan tersebut.
"Ke-kenapa digenggam? Yola nggak bakal hilang di rumah sendiri," ucap Keinna sedikit gugup. Seumur hidupnya, dia tidak pernah terlalu dekat dengan laki-laki. Selain karena dia kurang cantik, tidak ada yang ingin mendekat lantaran statusnya orang miskin dan tidak punya orang tua yang mengurusnya.
"Refleks tadi, soalnya kamu senyum terus. Senang banget perasaan habis diajarin ngendarain mobil," jawab Leon.
"Senanglah, bentar lagi aku bisa bepergian sendiri tanpa ngerepotin kak Leon." Senyuman Keinna lagi-lagi mengembang, bahkan melupakan karakter Yolanda yang jarang tersenyum juga arogant pada siapapun.
"Dia bukan Yolanda, aku yakin itu," batin Leon yang terus memperhatikan Keinna.
"Kalian dari mana saja sampai pulang larut malam seperti ini?" tanya Nathan, yang menyambut kedatangan dua anaknya.
"Jalan-jalan," sahut Leon.
"Kau sebagai kakak harusnya mengajari adikmu yang benar, bukan malah pergi dan berduan di luar sana!" Tegas Nathan pada putra sulungnya, membuat Leon memutar bola mata malas. Segera meninggalkan tempat tersebut dan menuju kamar, tempat ternyaman di mana tidak ada yang akan menganggunya.
Berbeda dengan Keinna yang tetap berdiri di hadapan Nathan. Pria menyeramkan bagi Keinna, tetapi harus gadis itu hadapi karena sesuatu hal yang sangat penting. Tanpa memikirkan hal lain, Keinna langsung memeluk lengan Nathan yang sejak tadi menatapnya penuh selidik.
"Daddy kenapa natap Yola sampai segitunya? Yola kan tadi perginya sama kak Leon, jadi nggak mungkin aneh-aneh," ucap Keinna bergelajut manja di lengan Nathan.
Siapa yang menyangka, tingkah manja Keinna disambut baik oleh Nathan. Pria itu mengamit pinggang Keinna, bahkan beberapa kali mencium wajah cantik gadis itu. Andai bukan sebuah misi, Keinna akan menolak perlakuan menji*jikkan Nathan sebagai seorang daddy.
"Kamu tahu betul, Sayang. Daddy nggak suka kalau kamu dekat sama siapapun, termasuk Leon," bisik Nathan.
"Aku baru tahu, padahal kak Leon adalah kakak kandungku." Keinna tertawa demi menghilangkan rasa gelisah dalam dirinya.
"Apa kau lupa ingatan Sayang?" Nathan menatap penuh selidik pada Keinna.
Keinna yang merasa terancam segera memutar otak untuk mengalihkan topik pembicaraan.
"Sepertinya ada sebuah rahasia yang hanya diketahui oleh Yola dan pak Nathan. Dasar pria picik," batin Keinna kesal.
"Aduh daddy meluk mulu sejak tadi, Yola sampai lupa mau ngomong apa." Dengan sigap Keinna melepaskan pelukannya dari Nathan. "Yola mandi dulu dan nemuin Daddy di ruang kerja, gimana?"
"Tentu sayangku." Nathan mencuri kecupan di pipi Keinna sebelum memasuki ruangan kedap suara yang merupakan ruang kerja Nathan.
Sementara di dalam kamar, Keinna tampak gelisah dan mondar mandir di depan lemari tinggi milik Yolanda. Gadis itu mengigit bibir bawahnya, bingung harus melanjutkan rencananya atau menyerahkan rumah yang merupakan peninggalan sang nenek.
Keinna sebenarnya takut akan sikap Nathan yang sangat menyeramkan dan aneh dalam porsi seorang ayah.
Keraguan adalah musuh kesuksesan.
Samar-samar Keinna mendengar suara lembut tersebut, seiring tirai yang menari-nari akibat angin menerpanya cukup kecang.
"Buku usang?" tanya Keinna.
Gadis itu memusatkan perhatiannya pada laci yang bercahaya tapi tidak kunjung terbuka. Memang kadang kala buku usang itu akan mengeluarkan suara di waktu-waktu yang tidak tepat. Bercahaya dengan sendirinya dan redup tanpa diminta.
Keinna mengepalkan tangannya. "Benar, keraguan adalah musuh terbesarku. Aku harus membuangnya jika ingin membalas dendam dan mengubah hidupku jauh lebih baik."
Setelah lama bergulat dengan pikirannya, Keinna kembali menemui Nathan yang masih berada di ruang kerja. Gadis itu langsung duduk di samping Nathan, lalu memeluknya, terlebih saat melihat berkas jual beli yang terdapat di atas meja.
"Daddy kira kamu ketiduran," ucap Nathan.
"Nggak kebalik Dad? Yola kira Daddy udah tidur, tau-taunya masih ngurus berkas," jawab Keinna. "Btw, Daddy beli rumah?"
"Hm, ada gadis bodoh yang menjual rumah dengar harga murah. Entah dari mana dia mendapatkan kontak daddy."
"Rumahnya cukup jauh dari jalam raya dan terlihat tua."
"Hm, daddy sampai bingung mau mengelolanya seperti apa."
Keinna tersenyum ketika sebuah ide terlintas di otaknya begitu cepat. "Rumahnya unik, Yola suka. Gimana kalau rumah ini buat Yola aja? Bisa buat tempat nongkrong Yola sama teman-teman."
Nathan tampak terdiam, mengelus dagunya seolah memikirkan sesuatu. Hal itu membuat Keinna harap-harap cemas. Namun, kecemasan itu tidak berlangsung lama setelah melihat Nathan menganggukkan kepala.
"Ide bagus, rumah ini milik kamu sekarang. Nanti daddy akan mengerahkan beberapa orang untuk merenovasinya sesuai keinginan kamu, Sayang. Ah ya, daddy akan mengalihkan nama kepemilikannya atas namamu."
"Makasih daddy." Keinna kembali memeluk tubuh kekar itu. Perasaan Keinna sedikit lega karena untuk sementara rumah itu akan menjadi miliknya, bahkan akan direnovasi sebaik mungkin.
Yang harus Keinna pikirkan selanjutnya, bagaimana mengalihkan nama kepemilikan agar menjadi namanya, agar suatu hari nanti saat tubuh mereka tertukar kembali, Keinna bisa menikmati hidupnya dengan damai.
Keinna tidak terlalu lama di dalam ruangan tersebut, sebab Nathan mulai menggila seakan ingin menjamah tubuhnya dengan rakus. Gadis itu bernapas lega setelah lolos, tersenyum kikuk pada Leon yang kebetulan melintas di depan ruang kerja Nathan.
"Ka-kak Leon," sapa Keinna, tetapi yang disapa seakan tidak melihat Keinna. Berjalan begitu saja seperti tidak ada orang yang berdiri di depan ruangan.
Tidak ingin mengambil pusing, Keinna kembali ke kamarnya untuk istirahat, terlebih besok akan bangun pagi untuk berangkat ke sekolah. Gadis itu merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan selimut tebal membalut tubuhnya. Di tangan Keinna ada sebuah benda pipih milik Yolanda. Dia mengotak-atik isinya hingga menemukan beberapa hal yang mencurigakan.
"Jadi benar dugaanku? Yolanda dan ... sial, pantas saja sikap pak Nathan sangat aneh. Dasar orang-orang picik!" geram Keinna.
Banyak hal aneh di rumah mewah tempatnya tinggal sekarang. Untuk saat ini, Keinna belum menemukan orang yang benar-benar waras di rumah tempatnya bernaung. Nathan, Yolanda, dan Leon mungkin telihat aneh, tetapi yang membuat Keinna heran adalah sikap Niken. Kenapa wanita paruh baya itu tidak sekalipun curiga akan tingkah suami dan putrinya? Bahkan menganggap semuanya normal, padahal bagi Keinna sudah berada di atas batas normal.
Atensi Keinna terlihkan pada pesan yang tiba-tiba masuk di ponselnya.
Hey gadis miskin, siap-siap besok! Lo bakal terkejut setelah sampai di sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Teh Yen
Nathan engg waras kynya yah selingkuh sama.ank haramnya dari wanita lain OMG bejad banget dah tuh
wah wah kamu harus siaga keinna mau buat ulah apalg tuh c yolla
2023-08-31
0
Umi Tum
nggak sabar nunggu lanjutannya 🤔🤗😍👍
2023-08-25
0
Yunia Afida
sesuai dugaanku kalo yola dan pak nathan ada ehem ehemnya
2023-08-25
0