Part 10 ~ Karma is real

Keinna mengambil napas sangat panjang, lalu menghembuskannya secara perlahan setelah turun dari mobil Leon. Sampai saat ini detakan jantung Keinna masih tidak terkendali, terlebih Leon belum juga memberikan jawaban akan kerja sama yang dia ajukan.

Gadis dengan bibir mungil itu mengepalkan tangannya, meyakinkan pada diri sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Kemenangan masih berpihak padanya.

"Yola!" pekikan dua gadis centil berhasil membuyarkan lamunan Keinna yang tengah berjalan di koridor sekolah. Keinna langsung berbalik dengan kening mengerut melihat penampilan Olive dan Alin layaknya tante-tante yang sedang mencari lajang di luar sana.

Alis yang terlalu tebal, lipstik kemerahan dan fondation cukup dempul. Keinna sampai mengulum senyum melihat itu semua.

"Kalian habis ngisap darah siapa?" tanya Keinna.

"Ish enak aja habis ngisap darah. Ini tuh lipstik pengeluaran terbaru dari brand ternama," celetuk Olive kesal.

"Brand mahal pun kalau nggak disesuaikan sama kegunaannya akan terlihat murahan," sindir Keinna. Meninggalkan dua gadis centil yang bagi Keinna tidak berguna. Terlebih gadis itu masih kesal dan marah sebab Alin dan Olive juga selalu membulinya dulu, meski atas perintah Yolanda.

Keinna terus berjalan seorang diri di koridor sekolah hingga tidak terasa sampai di lantai dua, berbarengan dengan datangnya Yolanda yang menjadi pusat perhatian semua siswa. Bagaimana tidak, penampilan gadis itu kini sangatlah berbeda. Rambut yang tergerai indah, wajah yang bercahaya lantaran mendapatkan perawatan mahal.

Alih-alih marah ataupun jengkel, Keinna malah tersenyum senang melihat perubahan itu ada pada tubuhnya. Ternyata wajahnya bisa cantik juga jika dirawat dengan baik.

"Terimakasih Yola, lo perlahan-lahan bantu gue memperbaiki dan menaikkan derajat. Tapi, gue nggak bakal lupa sama dendam yang sudah tertanam di hati sejak awal," gumam Keinna. Masuk ke kelas tanpa memperdulikan Yolanda.

Sementara di lantai bawah, Yolanda berjalan dengan percaya dirinya tanpa memperdulikan tatapan tidak percaya teman-teman sekolahnya.

"Gimanapun penampilan lo, lo tetap miskin," celetuk Alin yang menghampiri Yolanda.

"Miskin? Gue hanya bertukar peran di sini! Lo mungkin masih bisa sekolah di sini, tapi nggak setelah gue balik." Yolanda senyum sinis, menatap tidak suka pada Alin dan Olive. "Enyah dari hadapan gue!" bentak Yolanda, membuat kedua gadis centil itu tersentak kaget.

Keduanya menyingkir, mempersilahkan untuk Yolanda kembali melangkah.

"Sial, Keinna semakin berani sama kita! Mana Yola mulai acuh lagi," geram Olive.

"Ck, nggak bisa dibiarin, kita harus beri dia pelajaran," sahut Alin.

Kedua gadis itu saling tatap sebelum akhirnya tertawa, seakan isi pikiran mereka sama untuk mengerjai Yolanda habis-habisan yang dia kira Keinna.

***

Dalam diamnya, Yolanda terus saja memperhatikan Keinna dari kejauhan. Tersenyum licik lantaran apa yang akan dia lalukan tentu bisa membuat Keinna hancur berkeping-keping. Setelah ini tidak akan ada yang menghormati Keinna, bahkan semua siswa akan mencemohnya habis-habisan.

"Bisa-bisanya dia ngerusak cintra gue dengan baik ke semua siswa miskin!" geram Yolanda, lantaran melihat Keinna tengah menolong siswa yang terkena pembulian dari orang yang lebih berkuasa.

Tangan Yolanda mengepal, berjalan lebih cepat untuk menghampiri Keinna. Namun, beru beberapa langkah, seseorang menabrak Yolanda.

"Lo!" Wajah Yolanda memerah habis-habisan karena seragam baru yang dia beli malah dikotori oleh minuman. "Dasar gendut nggak berguna! Hobinya makan aja lo!" Omelnya.

"Kenapa? Nggak punya seragam lagi ya? Makanya kalau miskin ya miskin aja kali, nggak usah sok-sok an," ejek siswa gendut suruhan Olive dan Aline.

"Nama lo masuk dalam daftar musuh gue! Lo orang pertama yang bakal gue keluarin dari sekolah!" Ancam Yolanda.

"Nggak takut, bodo amat." Siswa gendut itu menjulurkan lidahnya sebelum pergi.

"Sial!" kesal Yolanda.

Gadis itu mengurungkan niatnya untuk menghampiri Keinna, dia malah berlari ke toilet untuk membersihkan noda merah yang terdapat di seragamnya. Sambil mengeringkan air bekas membasuh seragam, Yolanda terus mengerutu tiada henti. Kesal karena semua siswa seakan bersekongkol untuk mengerjainya habis-habisan. Padahal dulu dia sangat ditakuti di sekolah the immortal.

"Ini nggak bisa terus dibiarin, gue harus laksain rencana sekarang, biar semua orang berbalik mecemoh Keinna."

Usai mengeringkan bajunya di kamar mandi, Yolanda buru-buru membuka pintu, terlebih bel pelajaran sudah berbunyi. Namun, kesialan lagi-lagi menjumpai Yolanda ketika membuka pintu. Air yang sangat kotor menguyur tubuh gadis itu dan tidak tahu siapa pelakunya.

"Siapa yang berani ngerjain gue!" teriak Yolanda cukup kencang, sehingga berhasil mengambil atensi siswa, termasuk Keinna yang juga akan berkunjung ke kamar mandi.

Gadis itu senyum penuh kemenangan melihat Yolanda kesal dan matanya mulai berkaca-kaca.

"Bahkan tanpa gue bergerak, dia sudah mendapatkan semuanya," batin Keinna. Bukankah dengan begini Keinna bisa fokus pada rahasia besar untuk menyelesaikan misinya? Biarkan Yolanda menikmati kejahilan para siswa didikannya sendiri.

***

Jarum jam terus berputar tanpa henti, hingga tidak terasa matahari berada tepat di atas kita, cahayanya mampu menyengat kulit, seakan berada di dalam oven. Cahaya itu membuat kening pemuda tampan mengerut, padahal kacamata hitam telah terpasang di wajahnya sejak keluar dari kelas setelah dosen memberikan tugas.

Pria itu tidak lain adalah Leon. Berjalan terburu-buru menuju parkiran karena jarum jam telah menunjukkan angka 3 sore, adiknya sudah pulang sekolah. Ah ralat bukan adik, melainkan penipu.

"Cuacanya sangat buruk, seperti perasaan aku," gumam Leon, melajukan mobil mewah miliknya membelah jalan raya yang tidak terlalu padat.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Leon untuk sampai di sekolah the immortal. Tatapan pria itu tertuju pada gadis dengan wajah ditekuk yang baru saja keluar dari pagar setinggi dua meter.

"Yolanda!" panggil Leon, membuat Yolanda mendongakkan kepalanya. Siapa yang menyangka, Yolanda langsung berlari untuk menghampiri Leon.

"Kak Leon ngenalin, Yola?" tanya Yolanda dengan senyuman.

"Tentu saja aku mengenali adikku, bahkan aku datang untuk menjemputnya," ucap Leon dengan senyum miringnya.

"Benarkah? Kalau begitu, Ayo kita masuk ke mobil! Matahari sangat panas." Yolanda menarik tangan Leon agar segera masuk ke mobil, tetapi sebelah tangan gadis itu malah ditarik secara kasar oleh Keinna.

"Beraninya lo nyentuh tangan kakak gue!" sentak Keinna.

"Akhirnya kamu datang juga Yola! Aku sangat risih disentuh oleh gadis gelandangan sepertinya," celetuk Leon. Pria itu segera membuka pintu untuk Keinna.

Jika boleh jujur, sebenarnya Leon memang memanggil Yolanda, tetapi bukan untuk mengajaknya pulang. Melainkan mengetes apakah yang dikatakan Keinna benar. Dan semuanya terbukti, jiwa mereka benar-benar tertukar. Bukankah dengan begini Leon bisa bernapas lega? Menyingkirkan Yolanda dari kehidupan daddynya tanpa melalukan sesuatu yang sia-sia?

Terpopuler

Comments

Teh Yen

Teh Yen

bagaimana.rasanya.d bully dan ngalamin hal sial beberapa kali.dlm.sehari enk engg yol.???😏

2023-08-31

0

Yunia Afida

Yunia Afida

karma dibayar instan yolanda ngerasain bagaimana rasanya di bulli

2023-08-28

0

Kendarsih Keken

Kendarsih Keken

rasa nya ngeri ngeri syedap ya Yolanda saat diri lo di bully , begitu juga yng di rasakan Keinna saat lo dulu membully nya 😠😠

2023-08-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!