Part 13 ~ Keinna Kalah

Seperti yang telah dikatakan Nathan sebelumnya. Pria itu berkunjung ke kamar Keinna ketika jarum jam menunjukkan angka 12 malam. Dia mengendap-endap keluar dari kamar setelah berhasil terlepas dari pelukan Niken. Di tangan pria itu ada sebuah kunci cadangan untuk semua ruangan, termasuk kamar Keinna.

Seringai licik tercetak jelas di wajah tampan pria paruh baya itu, terlebih saat berada di depan kamar Keinna. Dia memegang handel pintu, sementara tangan lainnya memutar kunci agar daun pintu tersebut segera terbuka.

Sayangnya, pintu tersebut tidak kunjung terbuka, padahal kuncinya telah berhasil Nathan lepaskan.

"Apa yang terjadi? Kenapa pintunya nggak bisa terbuka? Aku sangat merindukan tubuhnya." Nada bicara Nathan terdengar mengerutu. Meski sudah mendapatkan kepuasan dari istrinya, dia masih ingin menikmati tubuh Yolanda.

Sementara yang kamarnya berusaha dibuka, tengah tidur sangat lelap tanpa mengkhawatirkan sesuatu. Itu semua karena dia telah membeli kunci untuk kamarnya dari dalam. Keinna mempunyai ide tersebut setelah Leon mengatakan, bahwa Nathan mempunyai kunci candangan semua ruangan.

***

Matahari yang mulai memperlihatkan cahaya sedikit demi sedikit, membuat para penghuni bumi pun kian bergegas beraktivitas sesuai rencana masing-masing. Begitupun dengan Keinna yang telah rapi dan siap untuk ke sekolah. Tidur yang nyenyak membuat wajahnya berseri-seri.

Gadis itu menuruni satu persatu anak dengan tatapan tertuju pada kamar Leon, sehingga tidak menyadari seseorang yang berdiri di balik anak tangga paling bawah.

"Jangan culik aku!" pekik Keinna ketika tubuhnya ditarik ke bawah tangga.

"Siapa yang mau culik, hm? Aku masih penasaran tentang rahasia yang kamu ketahui semalam," bisik Leon.

Pria itu mengunci tubuh Keinna pada tembok di balik tangga. Leon tidak bisa tidur semalaman karena dua alasan. Penasaran dan menunggu telpon dari Keinna kalau saja Nathan berhasil menerobos masuk ke kamar.

"Ki-kita bicarain di mobil aja. Lepasin! Aku takut pak Nathan melihatnya," lirih Keinna. Gadis itu memalingkan wajahnya, lantaran napas hangat Leon membuat jantungnya berdetak cepat di pagi hari.

"Baiklah."

Leon melepaskan tubuh Keinna, berjalan menuju ruang makan diikuti Keinna di belakangnya. Kedua manusia tersebut telah rapi dengan setelan masing-masing.

"Adem liatnya kalau gini," ujar Niken yang menyadari kedatangan Leon dan Keinna di meja makan. Berbeda dengan Nathan yang tampak acuh.

Pria paruh baya itu sibuk menyantap sarapannya tanpa menyapa Keinna atupun putra kandungnya. Nathan sangat kesal lantaran insiden semalam, di mana dia tidak bisa masuk ke kamar di mana biasanya dia menghabiskan malam yang panjang bersama Yolanda.

"Untuk pengurusan rumah yang baru daddy beli, Leon akan turun tangan langsung," kata Pria yang baru saja duduk di kursi. Hal tersebut berhasil mengambil atensi Nathan.

"Kenapa tiba-tiba? Bukannya kamu nggak mau berurusan dengan bisnis properti, Leon?"

"Itu benar daddy. Tapi rumah reyot itu pengecualian. Terlebih pergantian nama kepemilikan urusan hukum kan? Aku sebagai calon pergacara bisa belajar dari hal-hal kecil seperti itu." Leon tersenyum. Senyum yang sangat menjengkelkan di mata Nathan.

Berbeda dengan Keinna yang bahagia mendengar perdebatan keduanya. Perdebatan di mana akan menguntungkan gadis itu, terlebih jika Leon menang.

"Nggak bisa ...."

"Biarkan saja, Sayang. Lagian kamu sibuk mengurus perusahaan," sahut Niken.

Mendapatkan restu dari sang mommy, Leon mengedipkan matanya pada Keinna yang kebetulan menatap.

Setelah sarapan bersama usai, Keinna dan Leon akhirnya berangkat bersama. Di tengah-tengah perjalanan, Keinna menceritakan apa yang dia dengar semalam.

"Jadi selama ini aku tertipu?" Leon menertawakan kebodohannya.

"Kurang lebihnya seperti itu." Keinna menganguk-anggukkan kepalanya. "Tapi bukan itu yang penting sekarang. Bagaimana kalau kita mencari bukti bahwa Yolanda bukan anak kandung orang tua kamu? Sekalian bukti-bukti tentang perselingkuhan ...."

"Kau yakin tentang perselingkuhan itu?" Leon melirik Keinna sekilas.

"Dari gerak-gerik daddy kamu, aku yakin. Terlebih posisi Yolanda yang bukan siapa-siapa untuk daddy kamu."

"Kamu benar."

***

Datang terlalu pagi ke sekolah adalah hal yang Yolanda lakukan saat ini. Gadis itu tidak sabar melancarkan rencananya untuk menyingkirkan Keinna dari popularitasnya. Yolanda tersenyum puas setelah berhasil menyelinap ke sebuah ruangan yang sering kali digunakan untuk mengakses situs halaman sekolah.

Yolanda dengan mudah merilis berita di sana dikarenakan mengetahui kata sandi situs halaman the immortal.

"Lihat saja apa yang bakal terjadi Keinna! Lo nggak bakal dipuja-puja lagi," gumam Yolanda.

Tidak ingin ketahuan bahwa dialah yang telah menyebar berita. Gadis itu bergegas menuju kelasnya, duduk dengan manis layaknya siswa teladan. Di atas meja, ada sebuah buku pelajaran pinjaman dari perpustakaan. Sesekali Yolanda memperhatikan sekitar untuk memastikan apakah beberapa siswa telah melihat beritanya.

Sedangkan di tempat lain, yakni pagar sekolah. Keinna baru saja turun dari mobil Leon. Melambaikan tangan sebagai tanda terimakasih telah diantar tanpa adanya perdebatan, melainkan rencana-rencana yang akan mereka jalankan setelah pulang sekolah nanti.

Seperti biasa, Keinna berjalan di koridor sekolah dengan dagu terangkat, sehingga bisa melihat berbagai macam ekspresi dari beberapa siswa setelah melihat ponsel masing-masing. Suasana ini, tatapan mereka bagaikan dejavu untuk Keinna.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka berani menatap Yolanda sesinis itu?" gumam Keinna tidak mengerti.

Penasaran apa yang mereka lihat, Keinna segera mengambil ponsel baru yang dibelikan oleh Leon. Memeriksa situs online sekolah. Baru saja akan mengetikkan kata kunci, dua sahabat Yolanda telah datang dan menghentikan aksi Keinna.

"Nggak usah liat beritanya, lo bakal marah besar," ucap Aline, merebut ponsel di tangan Keinna.

"Maksud lo apa?"

"Beneran lo anak haram om Nathan?" tanya Olive tanpa basa-basi.

"Anak haram?" Kening Keinna semakin mengerut.

"Aduh udah deh nggak usah sok bingung gitu," sinis Olive. Gadis itu menarik tangan Aline agar menjauh dari Keinna.

"Sorry Yola, kita nggak mau berteman sama anak haram kayak lo! Lo bukan pewaris dan lo jauh di bawah gue," lanjut Olive. Gadis itu merupakan anak tunggal dari donatur kedua setelah Nathan di sekolah the immortal.

"Belagu banget seakan-akan pewaris tunggal, eh tau-taunya cuna anak haram." Celetukan siswa yang lewat mulai terdengar satu persatu.

Sementara Olive dan Aline telah pergi setelah tahu berita tentang Yolanda. Keduanya sangat mustahil ingin berteman dengan gadis miskin yang jauh dari kasta mereka.

"Sial, jadi ini yang Yolanda maksud?" batin Keinna. Gadis itu mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Yolanda. Atensi Keinna berhenti setelah menemukan Yolanda sedang berdiri di lantai tiga. Gadis itu mengacungkan jempol lalu membaliknya, seakan meremehkan Keinna.

"Lo kalah sekarang!" Itulah makna dari gerakan bibir yang Keinna lihat dari kejauhan.

Terpopuler

Comments

N Wage

N Wage

hahaha...yolanda...yolanda...
gak nyadar apa buka aib sendiri?!?!?
gak mikir apa,kalau nanti bertukar tubuh lagi,kalau kamu kembali ke tubuhmu yg asli?

2024-02-22

0

Teh Yen

Teh Yen

ad yg lucu d sini knp justru Yola sendiri yg buka aib drinya sendiri d sekolah yah

2023-08-31

1

Lia Widia Astuti Irawan

Lia Widia Astuti Irawan

lanjuttt

2023-08-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!