"Daddy?"
Panggilan seorang gadis, berhasil mengalihkan atensi Nathan yang sejak tadi fokus pada ponselnya di atas mobil. Pria itu melirik Yolanda yang berdiri di depan pagar, kebetulan kaca mobil terbuka setengahnya.
"Berhenti!" perintah Nathan pada sang sopir, tetapi tatapannya masih tertuju pada gadis cantik dan lumayan seksi. Persis seperti gaya berpakaian Yolanda, hanya saja wajah mereka berbeda.
Setelah mobil berhenti, Nathan turun dari mobil dengan gagahnya. "Siapa kau berani memanggil saya dengan sebutan daddy, hm?" tanya Nathan dengan suara tegasnya.
"Ini Yola, Daddy."
"Yola?" Nathan tertawa. "Kau mengira saya sudah rabun? Jelas-jelas putri saya adalah gadis yang cantik dan modern, nggak seperti kamu!"
"Aku nggak peduli Daddy percaya atau nggak, tapi dengarkan Yola sebentar saja! Yola jugalah yang telah menelpon daddy kemarin untuk bertemu di hotel," ucap Yolanda.
Awalnya Yolanda datang ke kediaman Faderico untuk bertemu Keinna, tetapi takdir malah mempertemukannya dengan pria yang selalu menyebut namanya saat merasakan kenikmatan dunia. Tidak mungkin kan, Yolanda menyia-nyiakan kesempatan ini?
"Aku mau bicara empat mata dengan, Daddy," ucap Yolanda sekali lagi.
Nathan tampak terdiam, tetapi tatapannya terus tertuju pada Yolanda yang terus memaksa.
"Baiklah, silahkan naik ke mobil," ucap Nathan akhirnya.
Tanpa membuang waktu lama, Yolanda langsung masuk ke mobil, disusul Nathan setelahnya. Mobil memawa dua manusia berbeda generasi tersebut ke sebuah tempat cukup sepi, guna berbicara serius tanpa adanya gangguan.
Setelah mobil berhenti di sebuah jalanan, Yolanda melirik sopir pribadi Nathan. "Aku hanya ingin bicara empat mata," ucapnya menyindir.
"Menunggulah di luar!" perintah Nathan, membuat sopir yang sejak tadi duduk tanpa bicara, turun dan menutup pintu. Berdiri di sisi mobil sambil memperhatikan orang yang mungkin saja lewat di area terpencil tersebut.
Sementara di dalam mobil, Yolanda mulai memutar otaknya untuk menyusun kalimat demi kalimat agar Nathan percaya akan ucapannya.
"Katakan! Saya nggak punya waktu banyak," kata Nathan.
"Daddy, aku lah Yolanda yang sebenarnya. Yolanda yang ada di rumah Daddy adalah penyihir jahat yang bekerjasama dengan kak Leon, untuk membocorkan tentang hubungin kita," ucap Yolanda tanpa basa-basi.
"Mungkin ucapan Yola nggak masuk akal untuk Daddy, tapi itulah kenyataannya. Mereka akhir-akhir ini dekat bukan? Sikap Yolanda yang ada di rumah daddy sangat aneh. Pasti dia nggak mau disentuh oleh daddy, berbeda dengan Yola yang selalu suka jika disentuh apalagi dibuat menjerit oleh kegagahan daddy."
Yolanda dengan lancang meraih tangan Nathan yang tampak bergeming. Mungkin mencerna semua kalimat-kalimat aneh yang keluar dari mulut Yolanda. Namun, meski dirasa aneh, apa yang dikatakan Yolanda ada benarnya. Tentang kedekatan Leon dan Yolanda, juga tingkah Yolanda saat disentuh oleh Nathan.
"Entah daddy mau percaya atau nggak. Tapi berhati-hatilah, Kak Leon dan penyihir jahat itu sebentar lagi membocorkan tentang hubungan kita," lanjut Yolanda, lantaran tidak mendapatkan respon dari pria yang sering kali memuaskannya.
"Yolanda hanya mencintai daddy, tubuh Yola hanya milik daddy. Daddy sangat suka melihat tanda lahir cantik di tubuh seksi Yola." Bisikan demi bisikan itu terus keluar dari mulut Yolanda, disertai tangan yang mulai mengelus rahang tegas Nathan yang ditumbuhi rambut kecil-kecil.
"Daddy Hiperse*ks, mommy nggak tahu dan nggak bisa ngimbangin, Daddy. Yang bisa hanya Yola," bisik Yolanda.
Bisikan itu menimbulkan reaksi berlebihan dari Nathan yang sejak tadi menahan napas karena sentuhan sensual Yolanda.
"Kau benar Yolanda? Kau tahu segalanya tantang saya." Tatapan Nathan semakin menukik, terlebih saat Yolanda naik ke pangkuan Nathan tanpa dipersilahkan.
"Sudah aku katakan, aku Yolanda yang asli."
***
Sejak tadi, perhatian Keinna tidak pernah lepas dari Leon yang sedang mengendarai mobil. Entahlah, tapi ada sesuatu yang selalu menganggu hati dan pikiran Keinna setiap kali Leon bersikap lembut padanya.
"Menatap seseorang cukup lama, bisa menimbulkan rasa suka sangat cepat. Terlebih yang ditatap cukup tampan," celetuk Leon yang menyadari Keinna menatapnya. Dia dan Keinna sedang dalam perjalanan menuju taman untuk bertemu seseorang.
"Apa sih, menatap nggak akan membuat orang jatuh cinta." Keinna langsung mengalihkan perhatiannya ke luar jendela mobil, sementara Leon diam-diam tersenyum, lantaran senang melihat wajah kesal Keinna.
Cukup lama mereka berkendara hingga akhirnya sampai di taman yang dipenuhi oleh pengunjung, terlebih taman itu dikhususkan untuk tempat bermain. Berbagai wahana ada di dalamnya.
Leon menarik Keinna menuju bianglala, selain untuk menunggu seseorang, pria itu ingin mengajak Keinna menikmati keindahan dari ketinggian.
"Takut ketinggian?" tanya Leon setengah berbisik. Terlebih suara bising terlalu mendominasi.
"Nggak! Aku cuma takut air, makanya benci pantai."
"Alasannya?"
"Pernah hampir tenggelam karena nekat nolongin orang." Keinna tersenyum canggung. Sampai kapan pun, gadis itu tidak akan melupakan momen di mana dia hampir kehilangan nyawa hanya kerena seorang laki-laki.
Saat itu Keinna sedang bermain bersama teman-temannya dan tidak sengaja melihat anak sekolah lain saling dorong hingga salah satu dari mereka terjatuh.
"Kamu tau anak yang ...."
"Tuan Leon, maaf saya terlambat," ucap seorang pria yang membawa map di tangannya.
Leon yang tidak suka jika melanjutkan kalimat yang sudah terpotong, akhirnya hanya fokus pada orang suruhannya untuk menyelidiki tentang Yolanda.
"Apa yang kau temukan?"
"Nona ...." Pria itu melirik Keinna yang berdiri di samping Leon. Mungkin tidak enak membicarakan seseorang di depannya langsung.
"Bicaralah, saya nggak papa," kata Keinna.
"Nona Yolanda adalah anak dari kepala pelayan yang ada di rumah Anda. Dia meninggal saat anda sedang melakukan studi di luar nengeri. Nyonya Niken mengasuhnya karena kasihan melihat Nona Yolanda."
"Ada lagi?" tanya Leon.
"It-itu Anda bisa memeriksa dokumen yang saya berikan, Tuan. Saya benar-benar nggak enak."
"Baiklah, kamu boleh pergi sekarang."
"Mari Tuan."
Sepeninggalan pria itu, Leon bukannya memeriksa dokumen yang dia dapatkan. Dia malah menarik tangan Keinna memasuki kotak yang kebetulan penghuninya baru saja turun.
"Bayar dulu!" seru Keinna ingin turun dari biang lala tersebut, tetapi dicegah oleh Leon.
"Nggak usah, yang jaga teman aku. Nanti urusan bayar membayar belakangan," ucap Leon.
Tidak ingin membesar-besarkan masalah, Keinna memutuskan untuk menikmati momen bianglala tersebut, terlebih saat benda persegi itu mulai bergerak secara perlahan.
Jika boleh jujur, ini adalah kali kedua Keinna merasakan indahnya naik bianglala. Pertama dia menikmatinya bersama kedua orang tuanya yang kini telah menghilang. Menelantarkan Keinna tanpa ada seorang pun dari mereka yang berusaha mencari. Keinna menghela napas saat pikirannya bertanya-tanya kemana dua manusia yang membuatnya hadir di dunia kejam ini.
"Helaan napas kamu seakan-akan punya beban berat. Kenapa?" tanya Leon.
"Teringat sesuatu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
N Wage
mudah2an si yolanda yg ada di tubuh keinna tidak berbuat macam2 dg si nathan garong.
2024-02-22
0
Sri Widjiastuti
duh tubuh kena sdh macam2 ni dg si Bpk nathan... wow
2023-10-31
2
Yunia Afida
kak jangan bikin nathan anu anu ama tubuh kei, g rela aku
2023-09-03
0