Nathan, pria itu sedang duduk di kursi kebesarannya sambil menatap bangunan-bangunan tinggi yang sejajar atau bahkan berada di bawah perusahaannya memimpin. Pria paruh baya itu sedang memikirkan cara untuk memisahkan Keinna dan Leon. Nathan tidak ingin bermusuhan dengan putra kandungnya hanya karena seorang wanita.
Namun, apa daya. Hal itu telah terjadi di antara Nathan dan Leon. Terlebih Leon tidak suka jika ada yang menyakiti mommynya meski seujung kuku saja.
Atensi Nathan yang sejak tadi menatap dinding kaca kasat mata, teralihkan pada benda pipih yang tergeletak di meja kerjanya. Pria itu memutar kursi lalu mendekati meja. Langsung menjawab panggilan dari nomor tidak di kenal.
"Tuan Nathan?" tanya seorang gadis di seberang telpon.
"Benar, siapa ini?" Kening Nathan mengerut.
"Bisa kita bertemu di hotel ...?" Seorang gadis di seberang telpon menyebutkan hotel yang sering kali Nathan dan Yolanda kunjungi tanpa sepengetahuan siapapun.
Tanpa berpikir lama, Nathan lantas menyetujui ajakan gadis asing yang berada di seberang telpon. Pria itu bergegas pulang setelah sambungan telpon terputus, lagi pula jam kerja telah usai beberapa menit yang lalu.
"Tuan Nathan, apa kepindahan Tuan Leon ke Tiongkok bisa dipersiapkan sekarang?" tanya sang asisten yang Nathan jumpai di depan ruangan kebanggaannya.
"Jangan bertindaj sebelum saya memberi perintah!"
"Baik Tuan."
Nathan segera meninggalkan gedung tinggi tersebut bersama sopir pribadi yang sering kali membawa pria itu kemana pun. Sepanjang jalan, pikiran Nathan tertuju pada Leon. Berharap Leon bersedia kuliah di Tiongkok agar berpisah dengan Keinna.
Sementara di rumah, tepatnya di dalam kamar Keinna. Leon tengah berkunjung tanpa pemberitahuan, sehingga membuat Keinna yang tengah memangku buku usang, terkejut bukan main.
"Leon? Bisa nggak sebelum masuk, ngetuk pintu dulu?" Omel Keinna.
"Nggak bisa, lagian aku kakak kamu." Leon senyum tanpa dosa. Memperhatikan Keinna yang menatap buku usang dengan halaman kosong tersebut. "Dapat petunjuk baru?"
Keinna mengeleng sebagai jawaban, membuat Leon langsung merebut buku di pangkuan gadis itu.
"Mau kamu apakan buku itu?" tanya Keinna. Dia terus mengintili Leon yang mengitari ranjang. Ternyata pria itu ingin mengambil pulpen di meja belajar Keinna, lalu duduk di sofa.
"Jangan nodai ...."
"Syut! Dilarang ngomel." Leon meletakkan jari telenjuknya di bibir Keinna, membuat gadis itu benar-benar diam. Keinna tidak lagi bicara, melainkan memperhatikan Leon yang menulis sesuatu di buku usang tersebut.
Apa yang dilakukan Yolanda sekarang?
Itulah kalimat yang Leon tuliskan pada buku usang. Beberapa menit setelahnya, kalimat itu menghilang lantaran cahaya yang mulai memancar disertai gambar yang bergerak alias video mulai terlihat layaknya CCTV.
"Gila, ternyata bukunya serba bisa, aku baru tahu." Binar keterkejutan terpancar jelas di netra Keinna. "Kok kamu bisa tahu sih?" tanyanya pada Leon.
"Sebenarnya cuma iseng, eh beneran bisa dong." Leon senyum penuh kebanggaan. Pria itu benar-benar hanya asal menulis, berharap buku tersebut seperti benda-benda yang sering kali dia tonton dalam drama fantasi lintas negara, dan benar saja itu terjadi.
"Daripada sibuk nanya, mending perhatikan Yolanda!" lanjut Leon, menarik Keinna agar duduk di sampingnya.
Kedua manusia berbeda gender itu terus memperhatikan gerak-gerik Yolanda yang ditayangkan oleh buku usang. Di dalam sana, Yolanda tengah bersiap-siap dengan menanggalkan satu persatu pakaian yang ada di tubuhnya.
Keinna yang menyadari hal itu, langsung menutup mata Leon.
"Aku nggak liat, Yola!" Omel Leon, berusaha melepaskan tangan Keinna.
"Ish jangan lihat, Leon! Bagaimanapun itu tubuh aku. Aku malu kalau kamu liat!" sahutnya.
"Oh gitu." Leon mengulum senyum, atensinya beralih menatap Keinna yang fokus pada buku usang. "Udah selesai belum ganti bajunya?" tanya Leon.
Kini manik coklat itu menatap Keinna dari samping tanpa berkedip. Ada debaran aneh yang menghampiri dada Leon setiap kali duduk berdekatan atau mendapatkan sentuhan fisik dari Keinna. Leon tidak tahu, debaran apa ini. Mungkinkah jantungnya mulai rusak?
"Udah," ucap Keinna tanpa menoleh. "Leon?" Tidak ada sahutan dari pria itu, membuat Keinna mau tidak mau menoleh.
Saat leher itu memutar, tatapan keduanya bertemu dan saling mengunci satu sama lain. "U-udah?" Keinna tiba-tiba menjadi gugup.
"Cantik," gumam Leon dengan senyuman menawan.
"Iya cantik, kan wajahnya Yolanda."
"B-benar Yolanda memang cantik." Leon mengusap lehernya yang tidak gatal sama sekali.
Rasa canggung tiba-tiba menghampiri mereka, sehingga fokus keduanya hanya tertuju pada buku usang yang masih menampilkan Yolanda.
"Ngapain Yolanda ngajak daddy ketemu?" gumam Leon yang mendengar suara Yolanda di seberang sana.
"Mungkinkah dia ...."
"Nggak boleh!" Leon lantas berdiri. "Pastikan daddy nggak ke sana, biar gue yang nemuin Yolanda!" ucap Loen, langsung meninggalkan kamar Keinna tanpa menunggu jawaban apapun.
Di lantai bawah, Leon kebetulan berpapasan dengan Nathan yang baru saja memasuki rumah.
"Mau kemana sampai buru-buru seperti itu?" tanya Nathan.
"Urusan penting!"
"Yolanda?"
"Ada di kamarnya," sahut Leon sebelum menghilang dari pandangan Nathan.
Senyum jenaka terbit di wajah tampan pria paruh baya itu mengetahui Keinna ada di kamar. Terlebih Niken, sedang ada perjalanan bersama teman-teman sosialitanya dan akan pulang esok pagi. Tanpa membuang waktu lama, Nathan langsung menuju kamar Keinna, terlebih waktu temunya dengan gadis asing yang berada di seberang telpon dua jam lagi.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Nathan langsung masuk ke kamar lalu menguncinya tanpa sepengetahuan Keinna yang berada di kamar mandi. Pria paruh baya itu duduk di ranjang dengan kemeja putih setengah terbuka.
Keinna yang baru saja keluar dari kamar mandi tentu saja terkejut. Sungguh, dia lupa mengunci pintu seperti yang sering kali Leon perintahkan. Untung saja Keinna membawa pakaian ke kamar mandi, atau dia benar-benar akan dilec*ehkan oleh daddy gila seperti Nathan.
"Da-daddy? Yo-yola kira siapa."
"Sayang, daddy rindu banget sama kamu." Nathan beranjak, menghampiri Keinna dan hendak memeluknya. Namun, Keinna menghindar dan memilih duduk di sofa.
Siapa yang menyangka, Nathan ikut duduk lalu membaringkan kepalanya tepat di paha Keinna. Tubuh gadis itu seketika meremang terlebih saat tangan kekar Nathan mulai mengelus paha Keinna secara perlahan.
"Da-daddy, Yola lelah. Yola banyak tugas dan ...."
"Istirahatlah baby! Daddy hanya ingin berbaring seperti ini!"
Keinna mengangguk perlahan, otaknya sedang berpikir keras sehingga kata-kata Leon tiba-tiba terlintas di otaknya.
"Lakukan tes DNA!"
Itulah kalimat yang melintas secara tiba-tiba dibenak Keinna.
"Rambut, ya rambut salah satu sample yang tepat," batin Keinna.
Gadis itu memberanikan diri meremas rambut Nathan secara perlahan, di mana membuat Pria yang naf*sunya mudah terpancing mulai menikmati hal tersebut, sehingga tidak menyadari beberapa helai rambutnya diambil oleh Keinna.
Namun, aksi itu malah mengundang bahaya bagi Keinna yang hanya berduaan di dalam kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Yunia Afida
visual mommynya leon dan leon keina dan yolanda thot
2023-08-30
1
Yunia Afida
daddy nathan keren hot daddy banget pantesan si yol yol kecantol dia,
2023-08-30
0
Eva Karmita
Deddy Nathan ganteng bingit pantesan Yola terpesona 😍😂😂
2023-08-29
0