PESUGIHAN KANDANG BUBRAH

PESUGIHAN KANDANG BUBRAH

Bab 1 Putus Asa

Prapto sudah bosan hidup susah dan miskin. Dia selalu dipandang sebelah mata oleh keluarga besar istrinya, Mariyati karena tidak bisa memberikan kemewahan dan kebahagiaan. Setiap hari Prapto hanya bekerja sebagai buruh yang gajinya cukup untuk makan sederhana. Sampai akhirnya dia ketemu dengan teman lamanya yang mengajaknya ke desa pleret untuk menjumpai orang pintar. Di mana orang pintar itu bisa menghubungkan dengan makhluk gaib untuk mendapatkan pesugihan.

Prapto memilih pesugihan kandang bubrah yang baginya tidak memiliki banyak resiko. Namun Prapto tidak bakal tahu bahwa setiap upaya bergantung dengan iblis atau selain Tuhan beresiko. Termasuk menyiapkan tumbal selain setiap tahun harus merenovasi rumah yang ditempatinya supaya segala usahanya lancar. Dan itu akan mendatangkan rejeki dari mana pun asalnya.

Prapto mulai menjalankan usaha kecil-kecilan hingga cepat sukses dan kaya raya. Dia benar-benar sudah memuja setan dan memiliki pesugihan kandang bubrah. Ikuti ceritanya dalam novel PESUGIHAN KANDANG BUBRAH

⭐⭐⭐⭐⭐

"Punya suami kok kere! Kamu itu dulu pasti kena pelet oleh si Prapto. Sampai kamu tidak bisa membedakan laki-laki yang pantas untuk kamu pilih menjadi suami. Sudah bagus kamu dilamar oleh si Doni. Eh, malah milih Prapto yang miskin dan pekerjaan nya sebagai buruh saja," omel ibu Mariyati.

"Mbak, dulu mas Prapto kaya raya loh mbak! Kenapa bisa semiskin itu?" sahut adik kandung dari ibu nya Mariyati.

"Entahlah! Aku juga tidak tahu! Mungkin saja dulu kaya karena banyak hutangnya kali!" sahut ibu kandung Mariyati. Semua yang berada di sana tertawa. Lebih tepat nya mentertawakan akan kemiskinan Prapto sekarang ini. Tentu saja semua itu jelas menyinggung hati Mariyati sebagai istri Prapto.

"Bu, tolong hentikan menghina mas Prapto bu! Dia suamiku dan ayah dari anak-anak ku. Ibu dan bulek tidak seharusnya menghina mas Prapto. Menghina suamiku sama artinya menghina aku," sahut Mariyati. Prapto yang melihat istrinya membela dirinya menarik lengannya supaya menghentikan perdebatan itu.

Dia adalah bu Sumi, mertua dari Prapto. Semua anggota keluarga besar dari Mariyati menatap remeh pada suami Mariyati. Prapto menahan amarah nya. Namun demikian sebisa mungkin Prapto tetap bersikap hormat pada mereka termasuk kedua orang tua Mariyati, istrinya.

"Mas," sebut Mariyati pelan. Dia mengusap punggung tangan suaminya supaya sabar menghadapi hinaan dari keluarga nya. Prapto menarik nafasnya dalam-dalam. Dia tetap berusaha tersenyum pada Mariyati.

"Tidak apa-apa istriku! Memang kenyataannya aku belum bisa membahagiakanmu. Sebagai suami aku belum becus memberikan nafkah lahir kepada mu. Memberikan kemewahan padamu pun aku tidak sanggup. Maafkan aku Mar!" ucap pelan Prapto.

"Mas!" sahut Mariyati seraya meraih tangan suaminya dan menggenggam nya erat.

"Kita pulang yuk!" ajak Mariyati akhirnya. Prapto menyetujui ajakan istrinya pulang ke rumah. Sejujurnya dada Prapto sudah sangat sesak. Dia ingin berteriak sekeras mungkin untuk meluapkan emosinya. Namun dia berusaha tetap tenang karena orang-orang dari keluarga besar istrinya masih memperhatikan dirinya. Sindiran yang begitu menyakiti Prapto tentu di dengar di telinga nya.

"Mereka benar-benar keterlaluan! Di saat keluarga ku jatuh miskin seperti ini, mereka menghina kami habis-habisan. Bagaimana dulu saat aku masih di atas. Di mana aku masih banyak uang dan belum mengalami kebangkrutan," batin Prapto.

Prapto yang ada di ruangan yang sama tentu bisa mendengar nya dengan jelas. Mariyati tentu saja merasa tidak enak karena suaminya di hina seperti itu. Mariyati mendekati Prapto dan mengajaknya pulang ke rumah. Prapto hanya bisa diam tanpa mampu meluapkan kekesalannya.

Sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Suami istri itu tidak ada obrolan. Tentu saja Prapto tersinggung dengan ucapan orang tua Mariyati khususnya ibu nya Mariyati.

"Mas Prapto! Aku minta maaf soal ibu tadi. Kamu jangan diambil hati yah mas, ucapan ibuku tadi," kata Mariyati.

Prapto mengusap puncak kepala istrinya. Walaupun bagaimana pun, dirinya juga menyadari kalau dia sekarang benar-benar miskin dan bekerja sebagai buruh yang pendapatan nya sedikit. Untuk membelikan perhiasan kalung, cincin, gelang emas saja tidak mampu. Makanan yang dimakan setiap hari oleh istri dan dua anak-anak nya pun terbilang sangat sederhana.

"Maafkan aku, Mariyati! Memang benar semua yang dikatakan oleh ibu kamu. Aku ini miskin dan tidak mampu membahagiakan kamu dan anak-anak. Maafkan aku, Mariyati!" ucap Prapto.

Mariyati berkaca-kaca matanya. Benar saja. Suaminya sangat tersinggung dengan ucapan ibunya. Namun Mariyati juga tidak bisa membungkam mulut tajam orang tuanya yang selalu saja menghina suaminya.

"Mas Prapto! Maafkan ibuku, mas!" sahut Mariyati. Prapto tersenyum lebar walaupun hatinya sangat panas mendapatkan cacian dari orang tua Mariyati.

"Tapi aku berjanji kepada kamu dan anak-anak. Setelah ini aku akan mencari pekerjaan yang lebih baik. Aku ingin kamu dan anak-anak kita mendapatkan kemewahan hidup dan semua kebutuhan tercukupi. Aku juga ingin melihat istriku yang cantik ini memakai perhiasan emas, gelang, kalung, cincin. Dan anak-anak ku bisa memiliki sepeda seperti teman-temannya yang lain," ucap Prapto penuh harapan dan angan-angan. Mariyati justru menangis karena terharu dengan ucapan suaminya.

"Aku sudah merasa bahagia dengan hidup seperti ini, mas! Demi Tuhan aku bahagia. Karena kita sekeluarga dalam keadaan sehat. Walaupun kita hidup pas-pasan dan sederhana. Namun aku merasa bahagia," sahut Mariyati.

"Tapi, aku sebagai seorang suami merasa gagal. Karena aku tidak bisa memberikan kamu kemewahan hidup seperti ibu-ibu yang lainnya," kata Prapto.

Mariyati hanya bisa memeluk suaminya karena dia tidak mampu menahan tangis karena terharu dengan tekad suaminya yang ingin merubah kehidupannya menjadi lebih baik lagi.

"Sudah yah, jangan menangis! Mulai besok aku akan mencari kerjaan yang lebih baik lagi. Hapus air mata kamu. Jangan sampai anak-anak kita melihat kamu menangis," kata Prapto akhirnya.

Mariyati menghapus air mata yang sudah jatuh di pipinya. Dia memaksakan dirinya tersenyum menatap suaminya yang penuh kasih dan perhatian. Walaupun hidupnya tidak seperti ibu-ibu tetangganya, Mariyati terlihat damai dan tenang karena dia merasa cukup bisa rukun bersama suami dan anak-anak nya.

Memang setiap kali mereka pergi ke rumah orang tua Mariyati, orang tua Mariyati suka membandingkan Prapto dengan menantunya lain yang lebih kaya dan mapan. Prapto dan Mariyati jadi malas jika harus mengunjungi orang tua Mariyati atau mertua Prapto. Namun karena siang tadi ada arisan keluarga yang mengharuskan mereka datang, akhirnya Prapto dan Mariyati kembali mendengar ocehan orang tuanya yang merendahkan rumah tangga Prapto dan Mariyati.

"Kalau begitu, aku siapkan makan malam untuk kamu dan anak-anak yah mas! Aku akan buat nasi goreng dengan kerupuknya," ucap Mariyati yang berusaha selalu semangat menjadi ibu dan istri yang baik.

Terpopuler

Comments

Naumy Polkadot

Naumy Polkadot

bagus sekali cerita nya tetapi tidak ada serem nya

2024-02-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!