Bab 7 Kemarahan Maryati

"Bagaimana, Prapto? Setelah sampai di rumah nanti, jangan lupa rundingkan semuanya pada Maryati, istrimu. Jika dia setuju, kamu bisa datang ke sini bersama istrimu. Tapi maaf, To! Aku tidak bisa mengantarkan kamu di desa pleret. Jelas kamu tahu, kan? Aku harus mengurus beberapa usahaku setelah ini," kata Duan sambil mengemudikan mobil mewahnya.

Sementara Prapto yang duduk di sebelah Duan menatap ke depan sambil berpikir dan merenung dengan semua yang ia lihat saat menemani Duan melakukan ritual di sebuah goa yang dibantu oleh sang juru kuncen. Banyak hal-hal mistik yang disaksikan oleh Prapto. Di mana Duan tidak mengalaminya. Prapto beberapa kali diikuti oleh beberapa anak kecil dengan kepala botak. Selain itu Prapto juga diikuti seorang wanita jelmaan iblis. Di mana mereka ingin ikut Prapto pulang. Itu artinya Prapto disukai oleh beberapa makhluk gaib itu. Mereka tentu saja akan membantu menyelesaikan masalah yang sedang menghimpit kehidupan Prapto. Namun Prapto masih bimbang jika harus memutuskan dirinya menempuh jalan pesugihan dengan bantuan iblis.

"Aku rasa, Maryati tidak akan setuju jika kamu memilih jalan sesat ini," sahut Prapto. Duan mendengus kesal. Dia diam seribu bahasa tapi dalam hatinya sangat jengkel dengan sikap Prapto yang sombong.

"Baiklah, Prapto! Semua itu adalah pilihan kalian! Jangan lupa, lima juta yang aku beri kamu secara cuma-cuma kemarin itu juga di dapat dari bantuan makhluk gaib yang menjadi istri gaib ku. Aku memutuskan memiliki pesugihan dengan menjadi suami ratu iblis karena aku telah bosan miskin," kata Duan ketus.

Prapto mengerut keningnya. Dia lupa karena Duan telah menyelesaikan masalah hutang piutangnya kemarin. Prapto harus ingat itu. Prapto menyaksikan sendiri saat Duan melakukan senggama dengan ratu iblis yang berumur ribuan tahun dengan bau busuk dan wajah yang menjijikkan. Namun Duan bisa melakukannya.

"Kenapa, To? Kamu ingin mengatakan sesuatu?" tanya Duan. Prapto menyipit bola matanya. Dia heran Duan bisa nekat melakukan itu. Di mana Duan menjadi budak ratu iblis untuk memuaskan napsu nya.

"Duan! Aku menyaksikan kamu saat melakukan ritual di goa kemarin. Aku yang melihat nya saja rasanya ingin muntah. Aku heran dengan kamu, bisa tahan saat melakukan ritual aneh itu dengan ratu iblis," kata Prapto. Duan terkekeh mendengar nya.

"Semua aku lakukan karena aku ingin tetap kaya. Aku tidak mau kembali miskin dan merosot usahaku jika aku tidak meneruskan kesepakatan gaib itu. Tapi setelah ini, aku akan kaya raya dan usahaku maju, Prapto. Dan setelah ini ratu iblis berubah wujud nya menjadi lebih cantik dan muda jika aku memberikannya tumbal," terang Duan. Prapto mengerut keningnya.

"Tumbal? Kamu akan mencarikan tumbal untuk ratu iblis sesembahan kamu itu?" sahut Prapto yang tiba-tiba bergidik ngeri.

"Benar! Di mana aku akan mencarikan tumbal darah wanita perawan kepada ratu iblis itu," ucap Duan gamblang.

"Apa? Di mana kamu akan mencari darah perawan itu, Duan?" tanya Prapto. Duan terkekeh mendengar nya.

"Hahaha, di kampung pasti masih banyak gadis-gadis yang masih perawan. Aku yakin itu," jelas Duan.

"Bagaimana kalau kamu salah pilih dan menebaknya? Zaman sekarang sulit mencari gadis remaja yang benar-benar masih menjaga kesuciannya," kata Prapto.

"Tentu aku membutuhkan observasi dalam hal ini, To! Atau kamu bisa memberikan rekomendasi untuk ku? Aku akan memberikan imbalan uang padamu," ucap Duan dengan terkekeh. Prapto benar-benar tidak habis pikir. Dia sangat bingung dengan dunia mistik dan gaib seperti itu.

Mobil mewah Duan melewati alas jati yang sedang menggugurkan daun nya. Suasana kembali mencekam dan sunyi walaupun masih terang di sore itu. Keduanya terdiam larut dalam pikiran masing-masing. Di saat itu pula, di sebelah kiri jalan ada seorang wanita cantik bergaun putih. Tentu saja kedua pria satu generasi itu melihat nya. Mereka sama-sama diam. Tarikan napas Prapto mengisyaratkan sesuatu keanehan dari apa yang telah dilihatnya. Lambaian tangan wanita cantik bergaun putih itu tidak membuat Duan menghentikan mobilnya. Hingga mobil itu cukup jauh berjalan meninggalkan alas jati. Prapto tergelitik bertanya.

"Menurutmu, apakah ada yang aneh dari wanita cantik bergaun putih tadi, Wan?" tanya Prapto ingin memastikan firasatnya apakah sama dengan pikiran Duan, sahabat nya.

"Aku sudah punya sesembahan sekarang ini. Ratu iblis yang membantu masalah ekonomi dan juga bisnisku. Aku rasa, wanita tadi adalah jelmaan makhluk gaib yang berwujud wanita cantik. Sepertinya dia menyukaimu, To! Jika kamu mau, dia akan mengikuti kamu hingga ke rumah. Itu artinya. Dia akan menjadi budak kamu yang akan membantu kamu dalam masalah keuangan mu," jelas Duan. Prapto mengerut keningnya.

"Maksudnya aku akan memelihara dia?" tebak Prapto.

"Seperti itulah. Simbiosis mutualisme. Di mana kamu meminta bantuannya dan kamu memenuhi syarat yang dia inginkan. Mungkin saja dia menuntut tumbal atau semacamnya. Kalau untuk menjadi istri gaib kamu, itu melewati proses ritual terlebih dahulu. Dan kita membutuhkan perantaraan orang pintar sebagai penghubung antara kita dengan dunia mereka," jelas Duan. Prapto manggut-manggut. Dia masih belum paham akan semua itu.

"Ah, aku menjadi ragu, Wan! Apakah setibanya di rumah nanti, Maryati akan setuju dengan jalur pesugihan ini untuk merubah nasib keluargaku," sahut Prapto. Duan mengernyitkan dahinya. Dia semakin sebal dengan idealisme dari sahabatnya itu.

"Ingat Prapto! Kamu harus pandai-pandai membujuk istri kamu. Ingat juga sebelum ini kamu terlilit banyak hutang di mana-mana. Kalau bukan aku yang membantu kamu, sampai sekarang kamu pasti bisa stres atau mungkin saja kamu bunuh diri," kata Duan.

Prapto membenarkan ucapan Duan. Sebelum ini dia nyaris putus asa. Rasanya sulit bernapas ketika setiap hari diteror dengan tagihan hutang. Ditambah dengan penghinaan dari keluarga besar istrinya dan juga tetangga.

"Baiklah! Aku akan membujuk Maryati. Secepatnya aku dan istriku akan kembali ke desa pleret untuk menemui ki ageng Praja untuk membantu menghubungkan kami dengan dunia mereka. Semoga aku berjodoh dengan jalur pesugihan yang kecil resikonya dan bahayanya," kata Prapto. Duan tertawa terbahak-bahak.

"Prapto! Semua jalur pesugihan pasti akan memiliki resikonya. Walaupun para dukun bilang tidak akan mendatangkan tumbal. Tapi sebenarnya kita telah menjadi tumbal mereka. Bukan hanya kita. Tapi seluruh keluarga kita akan menjadi budak-budak mereka. Mungkin saja anak-anak dan istri kita. Karena mereka menikmati hasil kekayaan dari pesugihan itu sendiri. Baik pesugihan kandang bubrah maupun memelihara tuyul," terang Duan seolah-olah dia sangat paham dunia seperti itu.

"Serem sekali, Wan! Aku jadi takut untuk terjun menjadi budak mereka," sahut Prapto yang lagi-lagi kembali bimbang.

☠️☠️☠️☠️☠️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!