Bab 8 Pilih Aku Atau

"Apa? Jadi kalian pergi jauh-jauh itu untuk mencari pesugihan, mas? Astaghfirullah, mas mas! Pokoknya aku tidak bakalan setuju kalau kita mencari kekayaan dengan cara menjadi budak iblis. Apa enaknya kaya kalau kita hidup dalam ketidaknyamanan dan ketentraman. Dunia akhirat kita tidak bakal bahagia loh, mas. Bahkan kita akan disiksa di neraka," omel Maryati. Prapto menyipit bola matanya. Pria yang sudah menikahi Maryati lebih kurang tujuh tahun itu langsung meraih pergelangan tangan istrinya. Dia berusaha membuat tenang istrinya itu. 

Maryati sangat marah dan juga kecewa saat suaminya menjelaskan secara detail atas kepergian Prapto kemarin bersama dengan Duan. Bahkan Prapto menceritakan kalau selama ini Duan sudah memuja ratu iblis untuk mendapatkan kekayaan dan juga kelancaran dalam usahanya.

"Tapi Maryati, aku sudah lelah hidup miskin. Kita selalu dihina dan rendahkan oleh semua orang termasuk keluarga besar kamu. Selain itu selama ini kita terbelit masalah hutang di mana-mana. Beruntung ada Duan yang memberikan kita uang lima juta secara cuma-cuma. Namun perlu kamu ingat, kita juga masih punya tanggungan hutang sepuluh juta pada bu Patmi si rentenir itu. Mau dibayar apa lagi? Sedangkan aku belum mendapatkan pekerjaan yang tetap. Menjadi kuli saja untuk makan dan kehidupan sehari-hari masih belum cukup," kata Prapto panjang lebar.

Pria itu sungguh frustasi dalam keadaan nya sekarang ini. Menjadi seorang suami, Prapto merasa gagal karena tidak mampu memenuhi kebutuhan istri dan kelima anaknya. Kalau bukan karena dibantu oleh keluarga nya, Prapto akan kesulitan memberikan nafkah batin keluarga nya.

"Pokoknya aku tidak mau kalau kita punya pesugihan," sahut Maryati tegas.

"Maryati, tolong lah! Jangan keras kepala dong! Aku sudah buntu. Aku tidak bisa berpikir lagi!" kata Prapto dengan lunglai. Tiba-tiba dia teringat untuk membantu Duan mencarikan gadis perawan yang akan dijadikan sebagai tumbal persembahan ratu iblis yang dipujanya. 

Maryati yang tadi masih berbaring di atas ranjang bersama suaminya itu segera turun dari tempat tidur itu. Dia merapikan pakaiannya usai menunaikan kewajibannya sebagai istri. Sedangkan malam semakin larut. Maryati benar-benar kecewa dengan suaminya. Dia tidak setuju kalau harus memilih jalur pesugihan untuk kaya.

"Sekarang, kamu boleh memilih mas! Kamu ingin bersikeras untuk mencari pesugihan atau memilih aku dan anak-anak? Jika kamu tetap dengan keputusan kamu mencari pesugihan itu artinya kamu harus siap berpisah denganku dan anak-anak. Anak-anak ikut denganku kalau kita cerai. Dan kamu silahkan teruskan apa yang ingin kamu lakukan. Tapi sekali lagi jangan libatkan aku dan anak-anak," ucap Maryati panjang lebar.Mendengar hal itu Prapto sangat terkejut. Mana mungkin dia menceraikan Maryati yang dinikahinya lebih dari tujuh tahun menjadi ibu dari anak-anak nya dan bahkan harus jauh dari anak-anak nya. 

Wanita yang sudah memiliki anak lima itu sudah mengambil tas besar untuk mengangkut semua pakaian nya dan juga milik anak-anak nya. Prapto yang melihat istrinya ingin minggat membawa anak-anak nya menjadi gusar. Prapto tiba-tiba bersujud memeluk kedua kaki Maryati. Pria itu memohon supaya istrinya jangan pergi meninggalkan dirinya.

"Maryati! Aku mohon jangan pergi, sayang! Aku tidak bisa hidup tanpa kamu dan juga anak-anak ku," Prapto memohon seraya memeluk kedua kaki Maryati. Wanita itu menangis terisak-isak. Hatinya mudah luluh hanya karena suaminya memohon. Sebenarnya wanita itu rela hidup miskin dan kekurangan demi Prapto dan anak- anak nya. Bagaimana pun, Maryati sangat mencintai Prapto dan anak-anak. 

"Baik! Aku tidak jadi pergi dari rumah ini bersama kelima anakku. Tapi aku hanya minta dari kamu mas. Jangan lagi berpikiran untuk mencari pesugihan untuk mendapatkan kekayaan. Aku tidak akan pernah setuju dengan itu. Aku dan anak-anak tidak ingin  masuk neraka hanya karena harta dunia," kata Maryati tegas. Prapto tersenyum simpul. Namun guratan di dahinya menunjukkan bahwasanya dia pusing memikirkan hutang- hutang dan semua kebutuhan untuk keluarga nya yang masih kekurangan. 

"Baik, istriku! Maafkan aku! Aku janji setelah ini aku akan mencari pekerjaan yang halal," sahut Prapto seraya berdiri memeluk istrinya.

Pria yang masih mengenakan sarung saja itu akhirnya mengajak istrinya kembali beristirahat. Walaupun pikirannya masih dalam kegelisahan dan kekacauan karena masih terhimpit hutang, dia berusaha tenang. Semua karena masih ada Maryati yang menguatkan dirinya.

"Bagaimana aku bisa membayar semua hutang-hutangku dengan rentenir itu? Sedangkan aku belum memiliki pekerjaan tetap?" pikir Prapto dengan tarikan napasnya yang dalam. Betapa dia merasakan berat bebannya.

"Satu-satunya cara adalah mencari gadis perawan yang akan dijadikan tumbal pesugihan. Duan menjanjikan uang sepuluh juta untuk itu. Aku rasa, adik kandung Maryati yang bernama Koniyah bisa dikorbankan. Lagipula dialah yang suka menghinaku saat berkumpul di keluarga besar Maryati," pikir Prapto. Dia mulai berpikir untuk menyusun siasat untuk menggiring dan mengajak Koniyah ke rumah Duan. Lagipula Koniyah masih muda dan Prapto pikir Koniyah masih gadis perawan. 

Prapto tersenyum mendapatkan ide untuk membawa Koniyah ke rumah Duan. Lagipula sejak dari dulu Koniyah menyukai Duan. Namun cinta nya terhalang karena Duan sendiri sudah beristri. 

"Iya benar! Bukannya dulu Koniyah pernah curhat denganku perihal ini? Dia menyukai Duan saat Duan berkunjung ke rumah ini. Aku akan memanfaatkan perasaan cinta Koniyah terhadap Duan ini. Aku akan bilang kalau Duan sebenarnya menyukainya. Namun karena telah beristri, Duan tidak bisa meneruskan rasa suka nya terhadap Koniyah, hehehe," pikir Prapto. 

Prapto bergegas memejamkan mata nya. Besok pagi sebelum dia pergi ke pasar untuk bekerja sebagai kuli panggil, dia akan menjumpai Koniyah. Prapto akan mengajak Koniyah ke rumah Duan untuk bertemu. Setelahnya biar jadi urusan Duan untuk menyelesaikan semuanya. Harapan Prapto adalah bisa mendapatkan uang sepuluh juta sebagai Penukaran nyawa Koniyah yang akan dijadikan tumbal pesugihan. 

****

"Ada apa, kang Prapto datang kemari? Pasti ingin ngutang duit untuk makan yah? Kasihan mbak Maryati memiliki suami yang miskin dan kere, huh!" ucap Koniyah dengan sinis serta memandang sebelah mata atas kedatangan Prapto pagi itu di rumah Koniyah. Di mana Koniyah sendiri sudah memiliki rumah sendiri karena sukses dengan usahanya menjual baju-baju dan memiliki toko besar yang menjual pakaian baru. 

Prapto menarik napas dalam-dalam. Dia berusaha sabar untuk bicara dengan Koniyah. 

"Maaf, dik. Bukan itu maksud kedatangan ku menjumpai adik Koniyah. Namun kedatangan ku kemari karena perihal Duan. Kamu masih ingat Duan bukan? Dialah yang menyuruhku datang kemari untuk menemuimu. Duan ingin berjumpa dengan kamu, dik Koniyah!" ulas Prapto panjang lebar. 

Koniyah terkejut tentu saja. Namun dalam hatinya Koniyah begitu bahagia karena Duan ingin bertemu dengan dirinya yang sejak dari dulu begitu menyukai Duan. Jangan lupakan Prapto yang tersenyum penuh kemenangan karena dia telah berhasil membawa Koniyah masuk kedalam perangkapnya. 

"Aku pikir kalau Koniyah tewas dijadikan tumbal, aku tidak bakal sedih. Dia sudah sering menyakiti hatiku," batin Prapto. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!