Menyusul

Mika yang lagi merapikan baju Arkan terngiang apa yang dikatakan bibi Iyem padanya kalau Arkan tampak sangat bahagia hari ini, biasanya Arkan tidak ingin dekat dengan siapapun selain dari keluarganya sendiri.

Saat Mika merapikan baju Arkan, Jefri masuk dan melihat dengan tulus Mika mengurus Arkan.

"Papa..." teriak Arkan bahagia saat melihat Jefri masuk dan Mika pun langsung menoleh kebelakang dan jantungnya berdetak kencang.

Dengan gugup Mika langsung bangkit berdiri disamping Arkan. Jefri menghampiri Arkan dan langsung mensejajarkan dirinya dengan Arkan. Dengan penuh kasih sayang Arkan mengelus kepala Arkan.

"Arkan sudah selesai?" tanya Jefri dengan tersenyum.

Arkan hanya mengangguk kepalanya dengan tersenyum. Setelah itu Jefri bangkit dan menatap Mika yang dari tadi terus memperhatikannya dan Arkan.

Deg...

Mika semakin gugup saat Jefri menatapnya dan saat Jefri melangkahkan kakinya mendekatinya, dengan refleks Mika mundur satu langkah. Melihat Mika mundur, Jefri melangkah lagi. Kini jarak antara Mika dan Jefri hanya beberapa centi saja.

"Terimakasih..." ucap Jefri dengan tersenyum pada Mika.

Ah, saat ini jantungnya Mika semakin berlomba karena ini pertama kalinya Jefri mengucapkan terima kasih padanya dengan tersenyum. Mika merasa saat ini dia sedang mimpi.

"Sama-sama pak" jawab Mika gugup.

"Apa kabar mu?"

Meskipun jantungnya berdetak kencang, Jeffry berusaha untuk mengobrol dengan Mika karena dia ingin menatap wajah cantik alami Mika dengan jarak yang dekat. Kalau mereka kembali ke tempat acara, Jefri tidak bisa lagi berdekatan dengan Mika dan memandang wajah Mike seterusnya.

"Ba...ik pak..." jawab Mika yang benar-benar sangat gugup dan terkejut karena Jefri bertanya kabarnya.

"Papa ayok..." ucap Arkan yang sudah tidak sabar kembali ke tempat acara.

Jefri dan Mika pun langsung menoleh ke arah Arkan yang tampak sudah memakai sepatunya kembali lagi. Jefri pun langsung menghampiri Arkan dan menggemgam tangan Arkan. Dengan polosnya Arkan langsung menggenggam tangannya Mika. Mata Mika langsung membulat saat Arkan menggemgam tangannya dan dengan gugup Mika menatap ke arah Jefri yang saat ini tengah menatapnya. Melihat Jefri tersenyum dan tidak terganggu membuat Mika tampak bingung.

"Mama, papa ayok kita pergi..." ucap Arkan sambil menoleh ke arah Mika dan Jefri secara bergantian.

Keduanya pun langsung menoleh ke arah Arkan dan dengan kompak mereka mengangguk kepalanya.

"Oke boy..." jawab Jefri dengan tersenyum, ada rasa bahagia dalam hati Jefri saat ini.

...----------------...

Saat mereka keluar dari dalam kamar Arkan, bibi Iyem yang menunggu di ruang tamu tampak sangat bahagia karena melihat betapa bahagianya tuan mudanya. Bibi Iyem juga melihat mereka tampak cocok seperti satu keluarga.

"Bibi, Sekarang Arkan jalan bersama mama dan papa..." pamer Arkan pada bibi Iyem.

"Iya, tuan Arkan. Bibi senang..." ucap bibi Iyem sambil memberikan kedua jempolnya pada Arkan.

Mika yang mendengar apa yang dikatakan Arkan tampak sangat merasa kasihan pada Arkan dan merasa bersalah pada Arkan karena menipunya.

Saat Jefri dan Mika masuk kedalam ruangan sambil menggandeng tangan Arkan tampak sangat heboh. Semuanya pada bertanya-tanya apa hubungan Mika dengan Jefri dan Arkan. Para gadis yang sangat tergila-gila dengan ketampanan Jefry dari awal masuk tampak sangat cemburu pada Mika dan kesal.

Doni dan Naima yang melihat kedatangan mereka tampak langsung tersenyum, mereka tahu saat ini Jefri pasti sangat bahagia. Ternyata dorongan mereka untuk menyuruh Jefri menyusul Mika ke atas, membuahkan hasil.

Flash Back

"Kenapa kamu sibuk disini dengan mereka?" bisik Doni pada Jefri yang terus mengobrol dengan kolega bisnisnya.

"Dasar bego, tentu saja ngobrol tentang bisnis!" ucap Jefri yang tidak mengerti maksud dari Doni.

Tiba-tiba Naima datang dan meminta maaf pada para tamu yang sedang mengobrol dengan Jefri untuk bicara dengan Jefri sebentar.

Sama seperti Doni, Naima bertanya pada Jefri kenapa Jefri asik terus ngobrol dengan orang lain.

"Kenapa kakak sama saja dengannya?" tanya Jefri sambil menunjuk kearah Doni.

"Astaga kenapa yang satu ini tidak bisa pintar!" gerutu Naima karena Jefri tidak juga mengerti.

"Kemana Mika?" tanya Naima pada Jefri dengan kesal.

"Kakak kn tahu kalau Mika menemani Arkan ganti baju ke kamar!"

"Dasar bocah lemot!" ucap Naima sambil mencubit lengan Jefri dengan kesal.

"Seharusnya kamu itu nyusul ke atas. Ambil kesempatan untuk bicara dengan Mika" sambung Naima setelah mengejek Jefri lemot.

"Ah, benar juga. Tapi, aku tidak tahu apa yang harus ku katakan" Jefri yang tadinya tersenyum karena apa yang dikatakan Naima, tiba-tiba langsung lesu karena tidak tahu apa yang harus dikatakannya pada Mika.

"Astaga, kenapa aku punya temen dan atasan yang bodoh seperti mu!" ucap Doni yang dari tadi menahan kesalnya.

"Berani sekali kamu mengatakan ku bodoh!" ucap Jefri yang sangat kesal karena umpatan Doni padanya.

"Kamu memang cocok dibilang bodoh!" timpal Naima.

"Apa susahnya bilang terimakasih dan tanyakan kabarnya" sambung Naima.

Mendengar usulan Naima, tanpa mengucapkan terimakasih Jefri langsung pergi meninggalkan tempat acara. Naima dan Doni hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah Jefri.

Flash Back End

Sedangkan kedua sahabatnya Mika ya sangat terkejut.

"Wah... Bisa-bisa Mika tidak bisa tidur malam ini..." gumam Sonia dengan pelan.

"Apa hanya aku yang berpikir kalau mereka tampak seperti pasangan yang sangat cocok?" gumam Sarah sambil tersenyum menatap sahabatnya berjalan bersama Jefri dan Arkan.

"Pa, apa mama tidak salah lihat?" bisik Muara yang sangat terkejut melihat pemandangan di hadapan mereka.

"Lihatlah senyum putra mu dan cucu mu itu!" ucap Ridwan yang tampak terkejut melihat senyum Jefri dan Arkan yang merekah.

"Benar, mama sudah lama tidak melihat senyum bahagia mereka." ucap Maura dengan senang.

"Papa ternyata tidak salah melihat waktu itu!" ucap Ridwan tanpa melepaskan pandangannya pada Jefri.

"Maksud papa?"

"Nanti papa ceritakan" ucap Ridwan.

Jefri, Mika dan Arkan menghampiri kedua orangtuanya Jefri yang dari tadi terus memperhatikan mereka. Sesampainya di hadapan kedua orangtuanya Jefri, Mika menundukkan kepalanya sebagai tanda hormatnya.

"Kakek, nenek..." sapa Arkan dengan bahagia.

"Cucu nenek tampak sangat bahagia" ucap Maura dengan tersenyum.

"Wah, cucu kakek tampak sangat tampan sekarang..." puji Ridwan.

"Mama yang memilih baju Arkan..." ucap Arkan.

"Ya sudah sekarang Arkan duduk yuk sama nenek..." lagi-lagi Arkan menggeleng kepalanya.

"Arkan mau sama mama..." ucap Arkan sambil memeluk lengan Mika.

Mika yang tidak merasa enak hati, Mika pun langsung bicara dengan Arkan untuk mengikuti apa yang dikatakan Maura. Arkan pun langsung mengikuti apa yang dikatakan Mika tapi Mika juga harus ikut duduk dengannya.

"Tapi, Tante ada kerjaan yang harus Tante kerjaan..." ucap Mika yang tidak enak hati pada Naima dan pegawai yang lainnya.

"Tidak apa-apa, Mi. Kamu duduk saja, lagian kamu belum ada makan dari tadi..." ucap Jefri langsung yang mengerti ucap Mika.

"Benar, nak. Kamu harus makan dulu..." ucap Maura dengan lembut.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!