Keinginan Maura

Jefri dan Ridwan yang sudah berdiri di belakang Mika tampak terkejut mendengar kalau Mika yang menyelamatkan Arkan beberapa hari yang lalu.

"Kalian memang berjodoh!" bisik Naima pada Jefri.

"Sebagai tanda terimakasih tante, Tante ingin kamu menerima ini..." Maura melepaskan gelang emas yang dipakainya saat ini.

"Tidak Tante! Maaf saya menolong Arkan dengan ikhlas. Saya sangat senang kalau Arkan bertemu dengan keluarganya." Mika menolak pemberian Maura, karena dia menyelamatkan Arkan dengan tulus dan apalagi dia teringat dengan masa lalunya saat melihat Arkan.

"Tapi, Tante juga ikhlas memberikannya pada mu..." ucap Maura yang berusaha untuk memberikan hadiah pada Mika.

"Sudah ma, kalau Mika tidak ingin menerimanya" timpal Ridwan dengan tersenyum sambil berjalan untuk duduk di samping istrinya.

Melihat kedatangan Ridwan, Mika langsung bangkit berdiri dan memberikan hormat nya pada atasannya.

"Duduk saja..." perintah Ridwan pada Mika.

"Saya tidak menyangka kalau kamu yang menyelamatkan Arkan. Kami benar-benar sangat berterimakasih" sambung Ridwan setelah Mika kembali duduk.

"Kakek, nenek Arkan mau tinggal sama mama!" ucap Arkan sambil menikmati eskrim yang diberikan bibi Iyem padanya.

"Mama?" cicit Ridwan dan Maura dengan mengerutkan keningnya sambil menatap Mika.

Dengan polosnya Arkan hanya mengangguk kepalanya. Mendapatkan tatapan Maura dan Ridwan jantungnya Mika langsung berdetak lebih kencang dan dia takut atasannya akan salah paham dengannya, apalagi dengan Jefri. Mika masih belum menyadari kalau saat ini Jefri berdiri dibelakangnya.

Jefri menatap Naima, dia ingin penjelasan dari Naima. Kenapa Arkan memanggil Mika mama. Mendapat tatapan Jefri, Naima hanya mengangkat bahunya dengan tersenyum.

"Maaf pak, Bu. Em, sewaktu Mika menemukan Arkan, Arkan langsung memanggil Mika mama" Sonia yang langsung menjelaskan, karena Sonia tidak ingin ada yang salah paham dengan sahabatnya. Apalagi Sonia melihat reaksi Jefri yang berdiri di belakang Mika.

Ridwan dan Maura langsung menatap Sonia dan Sarah yang dari tadi terus berdiri di belakang Mika.

"Kalian????" tanya Ridwan yang belum mengenal Sonia dan Sarah.

"Maaf, paman. Mereka berdua teman dari Mika. Mereka pegawai di perusahaan kita juga, bagian administrasi" ucap Naima.

Ridwan dan Maura hanya mengangguk kepalanya dengan tersenyum. Ridwan melihat cucunya Arkan tampak sangat tenang duduk disampingnya Mika.

"Jef, apa kamu akan berdiri di belakang saja?" tanya Maura yang sangat bingung dengan putranya.

Deg....

Mendengar ucapan Maura membuat Mika langsung menegang. Dia merasa aliran darah nya tidak lagi jalan.

Dengan santainya Jefri langsung menarik kursi yang ada di samping Arkan. Padahal ada kursi kosong yang disamping Ridwan. Melihat putra mereka duduk di samping Arkan. Maura dan Ridwan langsung saling tatap dengan tersenyum.

Arkan yang tidak sengaja menumpahkan eskrim nya, dengan refleks Mika dan Jefri langsung mencari tisu untuk membersihkan baju Arkan. Secara bersamaan mereka langsung membersihkan bekas eskrim yang ada di baju Arkan. Yang melihat apa yang dilakukan Jefri dan Mika langsung tersenyum.

"Bagaimana pa?" tanya Maura dengan berbisik pada Ridwan.

"Terserah mama..." jawab Ridwan yang mengerti pertanyaan istrinya.

"Bi, ada baju Arkan yang lain?" tanya Jefri sambil membantu Mika membersihkan baju Arkan yang tampak sangat kotor karena baju yang dipakai Arkan warna putih sehingga noda eskrim nya terlihat jelas.

"Ada tuan. Tapi ada didalam kamar tuan muda, Arkan tuan!"

"Ya, sudah bibi bawa Arkan ke kamar untuk ganti baju dulu!" perintah Arkan pada bibi Iyem.

"Baik tuan!"

Setelah melihat baju Arkan tidak terlalu kotor lagi, Jefri dan Mika langsung berhenti membersihkan baju Arkan.

"Arkan ikut dengan bibi untuk ganti baju ya, setelah itu Arkan boleh datang lagi" ucap Arkan sambil menatap putranya.

 Mendengar itu Arkan langsung menggeleng kepalanya dengan merenggut. Karena tidak ingin jauh dari Mika, Arkan langsung memeluk leher Mika, karena saat ini Arkan berdiri di kursi.

"Arkan mau sama mama" ucap Arkan sambil memeluk Mika.

Mika dan Jefri langsung saling tatap, dan Mika tampak bingung apa yang harus dilakukannya. Apalagi saat ini tatapan Jefri seperti mengintimidasi dirinya.

"Sudah, Jef biar nak Mika ikut menemani Arkan ganti baju. Nak Mika tidak apa-apa kan temani Arkan ganti baju?" timpal Maura dengan cepat.

Mika pun langsung melepaskan tatapannya pada Jefri, dengan gugup Mika mengangguk kepalanya. Pikiran Mika saat ini adalah cepat pergi dari hadapan Jefri.

"Terimakasih ya nak. Bi Iyem antar nak Mika dan Arkan ke kamar ya..." ucap Maura dengan senang.

Mika yang tidak ingin lama-lama dihadapan Jefri langsung membawa Arkan pergi. Sonia dan Sarah yang ingin ikut dengan Mika, Maura langsung menyuruh mereka untuk duduk dan makan bersama dengan mereka. Sonia dan Sarah yang tidak ingin jadi bahan gosip langsung menoleh dengan sopan.

"Maaf Bu, pak kami gabung dengan pegawai yang lainnya saja!" ucap Sonia.

"Kenapa? Kalian duduk bersama kami saja..." ucap Maura.

Dengan terpaksa Sonia dan Sarah pun duduk di satu meja depan atasan mereka.

Saat Mika pergi, Jefri terus menatap punggung Mika. Gerak-gerik Jefri tidak lepas dari pandangan kedua orangtuanya. Begitu juga dengan Naima, Naima sangat tahu kalau saat ini Jefri pasti masih ingin Mika dihadapannya.

"Pa, aku ketemu dengan tuan Felix dulu!" ucap Jefri setelah punggung Mika menghilang dari pandangannya. Ridwan pun langsung mengangguk kepalanya.

"Maaf, nak kalian namanya siapa?" tanya Maura

"Nama Saya Sonia, Bu"

"Kalau nama saya Sarah Bu" ucap Sonia dan Sarah memperkenalkan diri mereka.

"Kalian sudah berapa lama kenal dengan Mika?" Maura berusaha untuk mencari informasi tentang Mika.

"Saya baru kenal dengan Mika saat kami bersama-sama magang di perusahaan Bu. Tapi Sonia kenal dengan Mika sudah lama" jelas Sarah.

"Iya, Bu. Saya kenal dengan Mika dari kecil" jelas Sonia.

"Oh, ya? Apa nak Mika sudah punya pasangan?" tanya Maura dengan antusias.

"Belum Bu. Kenapa Bu?" Sonia tampak bingung dengan pertanyaan dari istri atasannya saat ini.

"Tidak apa-apa. Kalian dari kota mana? Apa kalian asli dari Jakarta? Kalian" lagi-lagi Maura bertanya.

"Tidak Bu, kami dari Bandung." jelas Sonia.

"Oh, kalian juga lulusan dari Bandung?" tanya Maura yang masih berlanjut bertanya tentang hal-hal yang pribadi.

"Ia, Bu! Saya dan Mika lulusan dari universitas Harapan"

Maura langsung menatap suaminya dengan tersenyum karena Sonia menyebutkan lulusan dari universitas Harapan.

"Tadi kamu bilang kamu dan nak Mika lulusan dari universitas Harapan, kalau begitu kalian dari jurusan apa?" tanya Maura dengan cepat.

"Teknik arsitektur, Bu!"

"Oh, ya? Kalau begitu kalian satu jurusan dengan putra saya Jefri?"

"Sebenarnya saya dan Mika satu kelas dengan pak Jefri Bu.." ucap Sonia sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Maura dan Ridwan langsung saling tatap, mereka tampak bingung kenapa Jefri dan Mika tampak seperti tidak saling kenal dan tidak ada saling sapa.

"Tunggu dulu, kalian satu kelas?" tanya Maura yang ingin memastikan.

"Benar Bu..."

"Oh, ya?" Maura masih belum percaya kalau putranya satu kelas dengan Mika dan Sonia sewaktu kuliah.

"Tapi kenapa kalian seperti tidak saling kenal?"

"Emmmm, kalau itu kami memang tidak terlalu dekat dengan pak Jefri, Bu. Soalnya pak Jefri terkenal sangat dingin, walaupun pak Jefri dingin, pak Jefri idola di kampus" ucap Sonia tanpa peduli bahwa Jefri putra dari pemilik perusahaan.

......................

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!