Menutup Rasa Gugupnya

Sore harinya Mika dan Naima memutuskan untuk makan di restoran yang tidak jauh dari tempat proyek mereka.

"Bu, tempatnya sangat ramai. Apa sebaiknya kita cari tempat yang lain?" tanya Mika saat melihat hampir seluruh meja penuh.

"Tunggu sebentar..." ucap Naima saat melihat punggung seseorang yang tidak asing dengannya.

Naima melangkahkan kakinya menuju meja seseorang yang dikenalnya dan Mika pun mengikuti Naima dari belakang.

"Doni..." cicit Naima sambil menatap Doni yang lagi sibuk dengan ponselnya.

Mendengar namanya dipanggil, Doni langsung menghentikan kegiatannya. Saat melihat Naima sudah berdiri di hadapannya, Doni langsung berdiri.

"Kak Ima..." ucap Doni sambil merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Naima, tapi Naima langsung mundur satu langkah untuk menolak Doni. Doni pun langsung berdecak karena Naima menolak pelukan darinya, padahal mereka saudara kandung.

"Don, kamu ngapain disini? Kamu kapan pulang?" tanya Naima yang benar-benar sangat terkejut melihat Doni.

"Kemarin..." jawab Doni dengan cuek.

"Papa dan mama sudah tahu?"

Doni hanya mengangguk kepalanya saja.

"Aku sudah bilang sama mereka aku akan pulang setelah menyelesaikan pekerjaan disini!"

"Kamu sama siapa? Sendiri?"

"Tidak, aku sama bos ku! Dia lagi di toilet. Kakak sendiri?"

"Mika, kenalin ini Doni adik saya..." ucap Naima sambil menatap Mika yang berdiri di belakang Doni. Mika pun langsung berjalan mendekati Naima.

Doni yang tadi lagi minum langsung tersedak saat melihat Mika berdiri di hadapannya.

"Yang minum itu bagus!" tegur Naima karena Doni.tersedak saat minum.

Doni tidak menanggapi ucapan Naima, dia langsung membersihkan mulutnya dengan tissue. Setelah itu Doni langsung menatap kearah toilet, Doni benar-benar tampak bingung.

"Woiiii, Doni! Kenapa kamu?" tanya Naima karena melihat tingkah Yoga yang tiba-tiba berubah, seperti yang gugup.

Doni menatap Naima dan Mika sambil menggaruk kepalanya yang terasa gatal.

Mika yang pernah ketemu dengan Doni, hanya memmberikan senyum saja. Mika tidak menyangka kalau pria yang mengaku sebagai om nya Arkan, adalah adik dari Naima, atasannya.

"Permisi..." Naima dan Mika langsung menoleh ke belakang dimana Jefri sudah berdiri di belakang mereka.

Deg...Deg...

Jantung Mika langsung berdebar kencang saat melihat siapa yang berdiri di hadapannya saat ini. Mika tidak menyangka kalau dia bisa bertemu dengan Jefri secepat Ini.

Tidak hanya Mika saja yang terkejut, Jefri juga sangat terkejut melihat Mika ada dihadapannya. Keduanya saling bertatapan.

"Jefri..." sapa Naima sambil tersenyum.

Mendengar namanya Jefri langsung menoleh ke arah Naima. Mereka berdua pun langsung berpelukan. Melihat Jefri dan Naima berpelukan, dada Mika seperti yang ditusuk dengan jarum.

"Wah, kamu makin tampan saja!" puji Naima.

"CK..., bertemu denganku tadi tidak bilang aku tampan...." gerutu Doni karena kakaknya memuji Jefri bukan dirinya.

Naima dan Jefri langsung melepaskan pelukannya dan Naima langsung menjitak kepala Yoga. Doni pun langsung mengelus kepalanya, karena Naima menjitak kepalanya.

"Oh, ya perkenalkan ini Mika. Mika salah satu anggota dari team ku!" Naima memperkenalkan Mika pada Doni dan Jefri.

Saat Naima memperkenalkan Mika sebagai anggotanya, Doni benar-benar sangat terkejut dan melihat ke Jefri yang tampak menatap Mika. Doni tidak menyangka kalau Mika bekerja di perusahaan milik keluarga Jefri selama ini.

Mika pun langsung mengulurkan tangannya pada Doni dan sambil menyebutkan namanya. Setelah memperkenalkan dirinya pada Doni, Mika langsung menatap Jefri dan saat dia ingin mengeluarkan tangannya, Jefri langsung melangkahkan kakinya dan langsung duduk.

Karena Jefri tampak enggan untuk berjabat tangan dengannya, Mika tampak sangat kecewa dan rasa sakit di dadanya kembali lagi. Naima yang melihat apa yang dilakukan Jefri pada Mika, Naima langsung menepuk pundaknya.

"Jangan masukkan ke dalam hati mu. Dia memang sangat dingin dengan semua perempuan" bisik Naima pada Mika.

"Jef, apa kami boleh numpang meja depan kalian? Soalnya mejanya sudah penuh." tanya Naima pada Jefri. Jefri pun hanya mengangguk kepalanya.

"Mika ayok duduk..." ucap Naima sambil menarik Mika untuk duduk lebih dulu.

Karena duduknya saling berhadapan dengan Jefri membuat Mika sama tidak ingin menegakkan kepalanya. Dia tidak ingin melihat wajah Jefri saat ini, karena melihat wajah Jefri dia akan teringat perlakukan Jefri tadi.

"Mi, kamu pesan apa?" tanya Naima setelah menyebutkan pesanannya.

"Nasi goreng spesial dan lemon tea" ucap Mika sambil menatap waiters yang lagi sibuk mencatat apa yang dikatakannya.

Setelah mencatat pesanan Mika dan Naima, waiters tersebut pun langsung ijin pada mereka empat.

"Jef, bagaimana dengan Arkan? Apa dia sudah sehat?" tanya Naima.

"Sudah kak!" jawab Jefri sambil menatap Naima.

"Syukurlah! Aku yakin Arkan jauh lebih sehat kalau dia tinggal di Indonesia."

Jefri hanya tersenyum saja. Sesekali Jefri melirik ke arah Mika ya sibuk dengan ponselnya. Mika memilih untuk bermain game di ponselnya, karena dia tidak tahu ingin bicara apa. Saat Naima bertanya pada Jefri tentang Arkan, Mika sebenarnya sangat penasaran siapa Arkan yang Naima sebukan.

Saat pesanan mereka datang, Mika langsung menikmati makanannya dari pada ikut nimbrung dalam perbicangan, Naima, Doni dan Jefri. Setelah menyelesaikan makanannya Mika minta ijin pada Naima untuk kembali lebih dulu ke hotel.

"Kenapa? Kamu sakit?" tanya Naima karena melihat Mika yang tampak pucat.

"Tidak Bu, hanya saja saya merasa lelah" ucap Mika dengan tersenyum kecil.

"Kamu yakin? Kenapa tidak sebentar lagi saja? Biar kita sama-sama pulangnya?"

Naima berusaha untuk mencegah Mika untuk kembali ke hotel lebih dulu. Naima tahu kalau saat ini Mika pasti tidak merasa nyaman karena sikap Jefri yang sangat cuek.

"Maaf Bu...." ucap Mika yang tidak enak hati pada Naima.

"Baiklah kalau kamu ingin kembali lebih dulu..." ucap Naima.

Mika langsung tersenyum dan bangkit berdiri. Mika minta maaf pada Yoga, Naima dan Jefri untuk pergi lebih dulu. Mika sampai saat ini belum tahu kalau Jefri adalah putra pimpinannya dari kantor karena Naima dan yang lainnya tidak ada membahas tentang perusahaan. Mereka membahas tentang kuliah Jefri dan Doni selama di Amerika.

"Tidak apa-apa nona Mika, selamat istirahat..." ucap Doni pada Mika.

Setelah itu Mika langsung pergi dan sekilas dia melirik ke Jefri yang tampak sangat cuek padanya. Setelah Mika pergi, Doni dan Naima langsung melirik ke Jefri.

Plak...

"AW ..." jerit Jefri sambil mengelus-elus kepalanya yang kena jitak dari Naima.

Sebenarnya Naima sudah menahan dirinya untuk tidak memukul Jefri karena sikap juteknya. Naima tidak ingin merusak harga diri Jefri didepan Mika. Melihat Jefri kena jitak dari Naima, Doni langsung tertawa.

"Apa tidak bisa jutek mu itu hilang? Kamu membuat anggota ku tidak nyaman!" ucap Naima kesal pada Jefri.

"Maaf..." ucap Jefri sambil mengelus-elus kepalanya.

"Hahahaha, kak juteknya itu untuk menutupi gugupnya di didepannya" tebak Yoga dengan santainya.

Mendengar itu, Naima langsung menatap Doni dengan mengerutkan keningnya yang tidak mengerti maksud dari ucapan Doni.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!